Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

[PIAIT] Bab 1 : Target baru

Di tengah kelamnya malam yang dibelah gemerlap lampu disko, sebuah klub bar berdiri angkuh. Bukan sekadar pelepas dahaga dengan minuman beralkohol, tempat ini juga menawarkan pesona wanita-wanita menggoda.

Di salah satu kursi dekat pintu masuk, seorang pria berusia senja menjadi pusat perhatian para wanita berpakaian minim.

Salah satu yang paling dekat dengan pria itu adalah Lucianna Forger. Seorang wanita dengan lekuk tubuh menggairahkan, wajah rupawan, tatapan mata hazel yang memikat, dan bibir mungil yang terpoles lipstik merah menyala.

'Andai saja para klienku datang malam ini, aku tak perlu bersusah payah merayu pria tua renta ini,' batinnya sambil menghela napas lirih.

Lucianna adalah seorang pelacur premium. Ia hanya melayani para pria lajang kaya raya. Bukan sekadar kaya, melainkan teramat kaya. Klien Lucianna hanya berjumlah empat orang, namun keempatnya masih muda, tampan, dan bergelimang harta.

Lucianna enggan meniduri pria uzur seperti yang duduk di sampingnya. Ia hanya akan menemani pria itu hingga ia merasa bosan. Kendati klien tetapnya tak datang, ia harus tetap bekerja agar gajinya tak dipotong.

Lucianna memiliki standar tinggi dalam memilih klien. Teman-temannya kerap mencibirnya karena terlalu pilih-pilih. Padahal, Lucianna mampu meraup lebih dari seratus juta rupiah per bulan hanya dengan empat kali kencan.

Ketika kebosanan mulai melanda, mata Lucianna tertuju pada seorang pria yang baru memasuki bar. Tubuh kekar dan tegapnya terbalut dalam jas abu-abu yang elegan. Rambut cokelat gelapnya tersisir rapi ke belakang, sorot matanya memancarkan kelelahan.

'Sepertinya dia orang baru di sini,' batin Lucianna yakin. Ia bangkit dari kursinya, meninggalkan pria tua itu, dan menghampiri pria tampan tersebut.

Ekspresi pria itu tampak tegas, namun Lucianna dapat merasakan bahwa ia merasa tidak nyaman berada di tempat ini. Lalu, apa yang membawanya ke sini?

Pria itu memilih duduk di kursi yang cukup jauh dari keramaian. Tanpa ragu, Lucianna segera mendekatinya dan duduk di sampingnya.

Tebakan Lucianna tepat sasaran. Pria itu jelas merasa tidak nyaman. Bahkan, begitu Lucianna duduk, ia langsung menatap tajam ke arahnya, seolah tidak menyukai kehadirannya.

Hal ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Lucianna. Ia sudah terbiasa merayu pria-pria yang asing dengan dunia prostitusi.

Lucianna mendekat dan melingkarkan tangannya di lengan pria itu.

"Maaf, aku tidak membutuhkan layanan seperti ini," ujar pria itu sambil melepaskan pelukan Lucianna.

"Lalu, mengapa Anda datang ke tempat ini?" tanya Lucianna, tak henti menatap pria itu dengan tatapan menggoda.

"Aku ada urusan, jadi mohon tinggalkan aku," usir pria itu dengan halus. Ia tampak fokus pada laptop yang ada di hadapannya. Namun, penolakan itu tidak membuat Lucianna menyerah.

Ia kembali mendekat, kali ini tidak melingkarkan tangannya, melainkan menempelkan dadanya di lengan pria itu. "Apa yang sedang Anda kerjakan?"

Berpura-pura penasaran dengan aktivitas pria itu, Lucianna mulai menggesekkan dadanya secara perlahan di lengan pria itu. Pria itu mulai merasa kesal dan tidak nyaman dengan tindakan Lucianna. Akhirnya, ia mendorong tubuh Lucianna hingga hampir terjatuh dari kursi.

"Apa kau tidak menyadarinya sejak tadi? Aku merasa jijik terhadap wanita penghibur sepertimu. Aku hanya ingin bekerja dengan tenang, jadi pergilah, sebelum kubuat bar ini berhenti beroperasi," bentak pria itu dengan nada dingin.

Bentakan itu tidak membuat Lucianna gentar sedikit pun. Dari intonasi suaranya, Lucianna dapat menyimpulkan bahwa pria itu sebenarnya berhati lembut. Ia memutuskan untuk meninggalkan pria itu.

Bukan untuk menyerah, melainkan untuk menyusun strategi. Lucianna akan menggunakan teknik memancing. Ia tidak boleh terus menarik, tetapi juga harus sedikit mengulurkan tali pancing agar targetnya tidak lepas.

Lucianna berjalan menuju meja bar yang tidak jauh dari tempat duduk pria itu. Sesampainya di sana, seorang pria berpakaian rapi menghampiri pria tampan itu. Pria itu adalah bosnya. Mungkinkah pria tampan itu seorang investor? Semoga saja ia tidak mengadukan perlakuan yang ia terima selama beberapa menit di bar ini kepada bosnya.

Alih-alih merasa khawatir, Lucianna justru semakin bersemangat untuk menaklukkan pria itu. Lagipula, bosnya—pemilik bar—juga tidak akan berani memarahinya, karena Lucianna sudah menjadi aset berharga bagi bar ini.

Saat kedua pria itu sedang berbincang, seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka, lalu menghampiri meja bar. Saat pesanan mereka siap, Lucianna menghentikan pelayan itu.

"Pria berjas abu-abu itu, apa yang ia pesan?" tanya Lucianna. Pelayan itu menunjuk pada segelas jus jeruk yang ada di sebelah kiri nampan.

Lucianna mengeluarkan selembar kertas putih yang terselip di belahan dadanya. Ia menaburkan bubuk perangsang ke dalam minuman jeruk itu. Pelayan itu sudah terbiasa melihat aksi Lucianna, jadi ia hanya diam saja.

Minuman itu segera diantarkan ke meja pria itu. Sekarang, Lucianna hanya perlu menunggu.

Setelah tiga puluh menit berlalu, kedua pria itu menyelesaikan percakapan mereka. Akhirnya, mereka meminum minuman masing-masing. Mereka berjabat tangan, dan pria tampan itu bergegas menuju pintu keluar.

Lucianna berlari ke ruang loker dan mengambil tasnya. "Bos, aku ada pekerjaan!" serunya.

Ia mengejar pria itu menuju area parkir. Dari kejauhan, Lucianna dapat melihat bahwa obatnya mulai bereaksi. Pria itu berjalan sempoyongan. Sesampainya di mobil, ia tidak langsung masuk, melainkan menyandarkan kepalanya di atap mobil.

"Kenapa terasa sangat panas?" gumam pria itu sambil membuka kancing jas dan melonggarkan dasinya.

'Aku akan menunggu sekitar tiga menit lagi, agar obatnya bereaksi sempurna,' batin Lucianna sambil bersembunyi tak jauh dari pria itu.

Deru napas pria itu terdengar jelas di parkiran bawah tanah yang sepi ini.

Setelah merasa cukup, Lucianna segera menghampiri pria itu. "Apa Anda membutuhkan bantuan, Tuan?" tanyanya dengan nada lembut.

Pria itu tidak merespon. Penglihatannya mulai kabur, dan ia tidak menyadari bahwa wanita di hadapannya adalah wanita yang mengganggunya tadi.

Lucianna melirik ke arah bawah pinggang pria itu. Tampaknya, celana pria itu sudah tidak mampu lagi menahan gejolak yang ia rasakan. Dengan sigap, Lucianna mengambil kunci mobil yang sedari tadi digenggam pria itu. Ia membuka pintu kursi belakang dan mendorong pria itu masuk. Lucianna ikut masuk ke dalam mobil dan menutup pintu rapat.

Ia melepaskan jas dan dasi pria itu, lalu perlahan membuka kancing kemejanya. Dada bidang pria itu tampak kekar dan berisi. Lucianna semakin tidak tahan melihat tubuh besar pria itu.

"Tidak masalah untuk melakukannya di mobil."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

🌹Widianingsih,💐♥️

🌹Widianingsih,💐♥️

pelacur ..... pekerjaan maksiat yang tidak mengenal dosa, astagfirullah

2025-10-05

1

Rosse Roo

Rosse Roo

Luciana, kenapa gk jd ani2 dpr aja. kan ckp satu laki. 😌😂

2025-10-05

1

mama Al

mama Al

la kenapa masuk Bar kalau mau kerja yang tenang. aneh. atau jangan-jangan dia sebenarnya mata-mata.

2025-10-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!