Delia Aurelie Gionardo hanya ingin mengakhiri pernikahan kontraknya dengan Devano Alessandro Henderson. Setelah satu tahun penuh sandiwara, ia datang membawa surat cerai untuk memutus semua ikatan.
Namun malam yang seharusnya menjadi perpisahan berubah jadi titik balik. Devano yang biasanya dingin mendadak kehilangan kendali, membuat Delia terjebak dalam situasi yang tak pernah ia bayangkan.
Sejak malam itu, hidup Delia tak lagi sama—benih kebencian, dendam, dan rasa bersalah mulai tumbuh, mengikatnya kembali pada pria yang seharusnya menjadi "mantan" suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBMS - Bab 15 Surat Pagi Hari
"Pria lain?" ulang Liam. Pria itu menatap tak percaya pada Delia. Liam sudah bekerja bersama Dev cukup lama, sedikit banyak ia juga mengenal Delia. Tapi baginya Delia bukanlah wanita murahan semacam itu yang mau mengandung benih seorang pria tampan adanya sebuah ikatan.
"Ya, Liam.. dia calon suamiku, sebentar lagi kami akan menikah," ucap Delia.
Perih rasanya harus berbicara seperti itu. Tapi Delia juga tak ingin kehilangan anaknya dan menghancurkan kebahagiaan Dev lagi.
Liam terdiam sejenak sebelum menjawab, "Baik nona, saya akan merahasiakannya,"
"Terimakasih banyak, Liam,"
***
Waktu bergulir...
Kehamilan Delia kini telah memasuki bulan ke empat. Perutnya yang tadinya rata kini sudah tampak sedikit membuncit.
Semakin hari perutnya akan semakin membesar. Ia tau tak selamanya Delia bisa menyembunyikan kehamilan ini dari Dev.
Hari ini Delia telah mengemasi seluruh barang-barangnya dari apartemen. Ia tak memiliki tujuan pasti, tapi Delia tau ia tak bisa terus tinggal, ia harapkan pergi sejauh mungkin.
"Aku akan pergi, Van.." ucap Delia lirih menatap Alvan yang masih terdiam.
Kini mereka berdua ada dikediaman milik dokter Alvan. Pria itu sangat kaget mendengar keputusan Delia. Tapi ia juga tak bisa menahan, apa yang Delia alami saat ini juga tidak mudah.
"Mau pergi kemana Del?" tanya Alvan.
Delia diam, tatapannya sendu. "Aku juga tidak tau,"
"Kalau begitu, tinggallah disini, aku akan menjagamu," ucap Alvan.
Sebenarnya pria itu masih memiliki perasaan terhadap Delia, tapi saat ini mungkin bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkapkan sebuah perasaan.
"Tidak Van, aku tidak ingin Dev melihat anak ini nantinya," ujar Delia.
"Kalau begitu bilang saja kalau dia adalah anakku," ujar Alvan. "Aku yang akan bertanggung jawab,"
Alvan meraih tangan Delia mencoba meyakinkannya bahwa dunianya akan tetap baik-baik saja selama ia bersama Alvan. pria itu berharap jika Delia akan tinggal, dan membesarkan anak ini bersama.
"Del, anak ini butuh kasih sayang seorang ayah nantinya, aku tidak mau jika kamu dan dia mengalami kesulitan sedikitpun," ucap Alvan menatapnya dengan lembut.
Delia tersenyum, ia tau Alvan adalah pria yang sangat baik. Dulu mereka berpisah hanya karena Delia harus pindah ke kota ini bersama kakek Arthur. Ia tak ingin melukai hati Alvan untuk menunggunya, karena Delia tau ia tak akan pernah kembali untuk pria itu.
Hingga akhirnya mereka dipertemukan kembali, disaat rumah tangganya bersama Dev nyaris retak, dan kini telah benar-benar hancur. Tapi Alvan masih mau menemaninya, bahkan menganggap anak dalam kandungannya seperti anaknya sendiri.
"Kamu terlalu baik Alvan. Banyak hal yang sudah kamu lakukan untukku, tapi maaf, kali ini tekadku sudah bulat. Aku akan tetap pergi," ucap Delia.
Tatapan Alvan berubah sendu, genggaman tangannya mengendur perlahan. Ia pikir Delia masih memiliki sedikit rasa terhadapnya. Tapi nyatanya ia malah memberikan seluruh cintanya bahkan pada pria yang tak pernah menginginkan ia ada dihidupnya.
Alvan mengeratkan bibirnya, mengangguk sembari berpaling wajah. Raut kecewa sangat jelas terlihat di sana.
"Van?" panggil Delia.
Pria itu langsung menatap Delia sambil melepaskan senyumanya. "Aku akan mendukungmu, apapun pilihanmu."
"Terimakasih banyak, Van. Kalau begitu, aku berangkat sekarang," ucap Delia.
Delia berpamitan dan pergi dengan mobilnya, sementara Alvan melambaikan tangan sampai mobil itu benar-benar hilang.
"Aku harap kita akan bertemu lagi, Delia," gumam Alvan, suaranya dipenuhi sebuah harapan.
***
Pagi ini Dev baru saja sampai dikantornya dan memasuki ruangan bersama Liam.
"Kamu urus semuanya Liam, kita harus mendapatkan proyek besar itu." ucap Dev, yang tengah membahas tentang pekerjaannya.
Tiba-tiba sebuah amplop coklat diatas meja menyita perhatiannya. Pria itu berdiri sambil menyelipkan kedua tangannya dalam saku, tatapannya tak lepas dari amplop coklat itu.
"Siapa yang mengirimkannya?" tanya Dev.
Liam menundukkan kepalanya. "Saya tidak tahu Tuan, saya baru saja datang bersama Anda,"
Dev terdiam, Liam benar ia baru saja sampai bersama. Karena hari ini Liam lah yang membawa mobil dan menjemputnya dari apartemen. Karena hari ini mereka akan pergi keluar kota untuk urusan bisnis yang sudah sangat mereka nantikan sejak lama. Ini akan sangat mempengaruhi perkembangan perusahaan mereka.
Perlahan Dev mulai mengulurkan tangannya, jemarinya meraih amplop coklat itu dan membukanya. Sebuah kertas ia tarik dari dalam dan langsung membacanya.
Raut wajah Dev langsung berubah ketika ia membaca surat tersebut yang ternyata adalah surat pengunduran diri dari Delia.
Dev membanting amplop tersebut keatas meja. Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi.
Drrrt...
Drrrt...
Drrrt...
Dev langsung merogoh ponselnya, itu adalah panggilan dari mama Raisa.
"Dev, kerumah sekarang!" tekan mama Raisa, suaranya terdengar sangat tidak ramah.
"Baik,"
Tut-
Begitu sambungan telepon dimatikan, Dev dan Liam segera berangkat menuju ke arah kediaman utama.
Mobil sampai, Dev langsung turun dan masuk kedalam. Ketegangan langsung memenuhi udara, ketika Dev memasuki ruangan tengah, yaitu ruang keluarga.
Dev menyadari ada sesuatu yang sedang tidak beres, melihat tatapan dingin dari kedua orangtuanya.
Mama Raisa langsung menghampirinya dan menampar wajah Dev dengan keras.
Plak! Suara tamparan itu menggema diudara.
Dada Mama Raisa naik turun menahan amarahnya. Tangannya mengangkat sebuah map coklat yang ia genggam.
"Apa ini Dev!" teriak mama Raisa, suaranya nyaris bergetar. Ia melemparkannya ke dada Dev.
Dev menatap surat itu kelantai. Itu adalah surat perceraian Dev dan Delia berserta kontrak pernikahan yang Dev buat, tapi bagaimana bisa sampai ke tangan kedua orangtuanya? selama ini Delia lah yang menyimpannya.
"Ma, aku bisa jelaskan," ucap Dev.
"Apa Delia kurang baik untukmu?! Jelaskan ini pada mama!" tekan mama Raisa. Ia sungguh tak menyangka jika putranya berani mempermainkan sebuah ikatan suci.
"Ma, ini keputusan kami bersama, bukan hanya aku," jelas Dev, suaranya menuntut pengertian dari sang mama.
Tapi mama Raisa tau bagaimana Dev selama ini mencoba menentang keras perjodohan mereka. Mungkin memang sebagai orang tua, merekalah yang sudah salah karena memaksakan kehendak pada Dev dan juga Delia hingga berakhir seperti ini.
"Tapi mama tau.. bagaimana Delia sangat mencintaimu Dev. Dia tidak mungkin mengambil langkah ini jika belum sampai diujung kesabarannya," desis mama Raisa, membuat hati Dev menjadi bergetar.
Dev terdiam, menahan setiap tudingan yang menyudutkannya.
"Apa kamu tau? Pernikahan ini juga sama beratnya untuk Delia, apa kamu pikir Delia langsung bisa menerimanya?" cecar mama Raisa.
"Delia juga sama sepertimu, berat. Tapi ia mencoba menerima, hingga akhirnya terbiasa. Dan selama ini jika bukan karena untuk menjaga hati kakek Arthur, mana mungkin Delia hanya akan tinggal diam!" ucap mama Raisa dengan nada penuh kekecewaan.
"Papa tidak mengajarkanmu untuk menjadi seorang pecundang Dev! Dimana tanggung jawabmu! Pernikahan itu sakral, bukan hanya sekedar permainan, dan kamu sudah mencoreng harga diri papa didepan Delia!" timpal papa Bryan.
"Temui Delia sekarang Dev! Minta maaf padanya, mama tidak akan memaafkanmu sampai kamu mendapatkan maaf dari Delia. Karena sampai kapanpun, hanya Delia-lah menantu mama," tekan mama Raisa.
Dev jangan jadi di paksa Delia nya
di bujuk secara halus dunk🤭
kasih maaf aja Del tapi jangan cepat² balikan lagi ma Dev
hukumnya masih kurang 🤣
Akui aja toh kalian kan sudah bercerai
biar Dev berjuang samapi titik darah penghabisan 🤭
semangat ya Dev awal perjuangan baru di mulai
kak sekali² cazy up dunk kak🤭🤭
Biar bisa lihat cicit nya
semua butuh waktu dan perjuangan 🤭🤭
Siksa terus Dev dengan penyesalan 🤗🤗🤗
Makan to rencana mu yg berantakan 😏😏
Ayo Dev Nikmati penyesalan mu yg tak seberapa 😄😄
jangan pakai acara nangis Bombay ya Dev 🤣🤣🤣
biar nyesel to Dev
bila perlu ortu Dev tau kalau mereka sudah cerai dan bantu Delia buat sembunyi
soalnya mereka pasti senang kalau tau bakalan punya cicit sama cucu🤭🤭
tunggu karma buatmu ya Dev 😏😏