NovelToon NovelToon
Terpaksa Kawin Kontrak

Terpaksa Kawin Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Biqy fitri S

Elzhar Magika Wiratama adalah seorang dokter bedah kecantikan yang sempurna di mata banyak orang—tampan, disiplin, mapan, dan hidup dengan tenang tanpa drama. Ia terbiasa dengan kehidupan yang rapi dan terkendali.

Hingga suatu hari, ketenangannya porak-poranda oleh hadirnya Azela Kiara Putri—gadis sederhana yang ceria, tangguh, namun selalu saja membawa masalah ke mana pun ia pergi. Jauh dari tipe wanita idaman Elzhar, tapi entah kenapa pesonanya perlahan mengusik hati sang dokter.

Ketika sebuah konflik tak terduga memaksa mereka untuk terjerat dalam pernikahan kontrak, kehidupan Elzhar yang tadinya tenang berubah jadi penuh warna, tawa, sekaligus kekacauan.

Mampukah Elzhar mempertahankan prinsip dan dunianya yang rapi? Atau justru Azela, dengan segala kecerobohan dan ketulusannya, yang akan mengubah pandangan Elzhar tentang cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biqy fitri S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketegangan Malam

Setelah rangkaian acara selesai, semua tamu sudah pulang, termasuk kedua orang tua dari kedua belah pihak. Kedua pengantin sudah berada di Apartemen Elzhar.Suasana terasa sepi dan tenang, hanya diisi suara langkah mereka berdua.

Elzhar melepas jasnya, lalu menatap Azel dengan senyum hangat.

“Akhirnya… kita udah resmi jadi suami istri, Zel,” ucapnya pelan, tapi penuh makna.

Azel tersenyum malu, menunduk sebentar.

“Iya… semoga ini keputusan terbaik,” jawabnya lembut.

Elzhar melangkah lebih dekat, menggenggam tangan Azel. “Makasih ya, Zel… lo udah mau bantu gue sejauh ini. Gue bener-bener bahagia, dan gue janji akan jaga lo, jadi suami siaga buat lo,” ucapnya tulus.

Azel menatapnya, matanya sedikit berkaca-kaca. “Iya, L… gue juga terima kasih. Lo udah buat kedua orang tua gue bahagia. Ya, walaupun ada kontrak di belakangnya, tapi sejenak gue merasa berhasil bikin mereka tersenyum lepas.”

Elzhar tersenyum lembut, menepuk pundak Azel.

“Udah, Zel… nggak usah mikirin kontrak itu. Di mata agama dan negara, kita sah sebagai suami istri.”

Setelah itu, mereka membersihkan diri masing-masing. Beberapa saat kemudian, Azel keluar dari kamar mandi, rambut masih sedikit basah, dan menemukan Elzhar sedang bersantai di sofa menonton TV.

Hening sebentar, kemudian Azel tersenyum canggung sambil menggaruk-garuk kepala.

“Hmmm… jadi gue tidur di mana malam ini?” ucapnya pelan.

Elzhar menoleh, tersenyum santai.

“Hah… ya kita tidur di kamar gue lah, Zel,” jawabnya.

Azel mendengus, wajahnya memerah.

“Hah… gila lo, L! Enggak! Gue tidur sendiri di kamar lo!” serunya sambil berlari masuk ke kamar, lalu menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

Elzhar hanya terkekeh melihat kelakuan istrinya itu, menggeleng pelan.

“Hmmm… harusnya malam pertama ini menjadi momen yang paling ditunggu setiap pengantin baru,” gumamnya sambil menatap pintu kamar, sedikit geli.

Beberapa menit berlalu. Elzhar merebahkan tubuhnya di sofa, tapi matanya sesekali melirik pintu kamar Azel. Meski malam pertama belum dimulai seperti yang ia bayangkan, hatinya terasa hangat karena Azel ada di sampingnya—istrinya sekarang, resmi, dan sah.

Elzhar terlelap di sofa, napasnya teratur menandakan kelelahan yang dalam.

Tak lama kemudian, Azel keluar dari kamar dengan langkah mengendap-endap, mencoba untuk tidak membangunkan suaminya. Ia menatap Elzhar yang tertidur, wajahnya tenang meski jelas lelah, dan hatinya terasa hangat melihatnya.

Dengan hati-hati, Azel kembali masuk ke kamar, mengambil selimut, lalu kembali menghampiri Elzhar. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut, memastikan ia tetap hangat. Perlahan, tangannya membelai kepala Elzhar dengan lembut.

“Kasian dia… pasti kelelahan. Begitu banyak beban di kepalanya,” gumam Azel pelan, bibirnya tersenyum tipis.

Saat hendak meninggalkan Elzhar dan kembali ke kamar, tiba-tiba Elzhar menarik tangannya. Azel terkejut dan terjatuh di atas badan suaminya.

“L…!” teriak Azel, wajahnya memerah. Ia menatap wajah Elzhar dari dekat, yang pura-pura memejamkan mata, membuat Azel sedikit bingung.

“Kamu yang mulai ya, Zel,” gumam Elzhar dengan nada lembut, kemudian memeluk tubuh Azel dengan perlahan.

Azel hanya diam, membeku sejenak dalam pelukan hangat itu, merasakan kedekatan yang baru tapi aman. Tak ada kata-kata, hanya rasa hangat dan ketenangan yang mengisi ruangan.

Malam itu, mereka tetap di sofa. Tidak terjadi apa-apa selain sentuhan lembut dan pelukan hangat, hingga pagi datang dengan sinar matahari yang menyelinap melalui jendela. Suasana tetap manis, penuh rasa aman dan kehangatan, menandai awal kehidupan baru mereka bersama.

\=\=\=\=

Di tempat lain, Divo duduk sendiri di sebuah club, setengah mabuk dan menatap gelas minumannya dengan mata kosong. Suasana bising di sekitarnya tampak tak menyentuhnya.

Tak lama, seorang wanita menghampirinya.

“Mas Divo…” sapa wanita itu.

Divo menoleh, terkejut namun sedikit lega. “Eh… kamu sudah datang. Sini, duduk di sebelahku,” ucapnya sambil menepuk kursi di sampingnya.

Wanita itu adalah Sisil. Ia duduk perlahan, menatap Divo yang tampak gelisah.

“Gue nggak habis pikir, Sil… kenapa Azel tiba-tiba nikah sama Elzhar?” gumamnya sambil meneguk satu gelas minumannya. “Masalahnya… Elzhar sahabat baik gue…”

Sisil menepuk bahu Divo lembut. “Sabar ya, Mas… kan ada aku,” ucapnya menenangkan.

Divo menoleh, matanya berbinar sebentar, lalu tanpa sadar menyenderkan kepala di bahu Sisil. “Iya… iya… ada kamu, Sisil. Kamu cantik hari ini,” gumamnya pelan.

Mereka minum beberapa gelas lagi, berbincang seadanya. Perlahan, Divo memanggil supir pribadinya dan mereka pergi menuju sebuah hotel.

“Kita mau ke mana, Mas?” tanya Sisil, sedikit gugup.

“Kamu mau nemenin aku kan malam ini?” Divo memelas sambil menatapnya.

Sisil hanya mengangguk pelan, tak berani menolak.

Sesampainya di hotel, mereka berjalan sempoyongan ke kamar. Divo langsung tersandar di ranjang, tubuhnya lelah dan setengah tidak sadarkan diri. Sisil berdiri di sampingnya, menatapnya dengan campuran khawatir dan kesal.

“Azelll… Azel… sini…” gumam Divo, tangannya seolah ingin meraih sesuatu, tapi menyadari kesalahannya, ia tertawa pahit.

“Mas, aku bukan Azel… aku Sisil,” jawab Sisil dengan nada kecewa, menarik tangannya dari Divo.

“Oh iya… iya… kamu Sisil… Sisil yang cantik,” gumam Divo, berusaha menenangkan pikirannya sendiri.

Mereka berdiam sejenak. Sisil menatap Divo yang tampak rapuh, sementara Divo mencoba mengatur napasnya.Tak lama divo mencium Sisil dengan lembut ciuman yang semakin membara. jemari Divo bermain nakal hendak membuka kancing baju sisil.

lalu sisil menepisnya ." aku takut Mas..." sisil.mencoba menolaknya.

“Tenang, Sisil… jangan takut. Aku Janji… pelan-pelan,” ucap Divo lembut.

Sisil menunduk sebentar, kemudian mengangguk kecil, menerima kehadirannya sebagai teman malam itu.

Merekapun larut berciuman divo menghantamkan ciuman sisil bertubi tubi .divo menyusuri leher sisil dengan perlahan membuat sisil mendesah kecil . divo membuka kancing kemejanya lalu ia melapeskan semua pakaiannya, perlahan ia menanggalkan baju sisil perlahan .

Terlihat sisil tampak malu tak lama divo tak menundanya lagii, teriakan kenikmatan terdengar di malam itu rasa sakit karena baru pertama kali sisil rasakan, namun ada rasa bahagia bercampur emosional membuat suasana tak terkendali..

Divo melakukan ya berkali kali, dia tak menyangka wanita yang ia tiduri malam ini masih perawan, dia seolah penuh kepuasan dan kemenangan. Mereka pun tertidur kelelahan..

Pagi itu, cahaya matahari menyelinap pelan melalui jendela hotel, menembus tirai tipis dan menerangi kamar. Sisil sudah pergi, meninggalkan Divo yang masih setengah sadar di ranjang. Ia hanya meninggalkan sebuah pesan di ponsel Divo sebelum pergi.

Divo membuka mata, kepalanya masih berat dan pikirannya berputar mengingat malam tadi. Tubuhnya lelah, tapi ingatan tentang keintiman emosional yang mereka bagi membuat dadanya berdegup cepat. Namun, matanya segera menangkap kenyataan—Sisil tidak ada di sisi ranjang.

Dengan cepat, ia meraih ponselnya dan menemukan sebuah pesan baru dari Sisil.

"Terima kasih, Mas, untuk malam tadi. Aku bahagia… dan aku mencintaimu."

Divo menatap layar, bibirnya tercekat. Matanya melebar, dan amarah bercampur frustrasi muncul di wajahnya. Ia menggertakkan gigi dan bergumam kasar, suaranya serak:

“Sialllll… kenapa gue sebodoh itu…?”

Ia menendang selimut di sekitarnya, tubuhnya menegangkan. Malam itu, yang awalnya terasa seperti kemenangan emosional, kini meninggalkan rasa bersalah, penyesalan, dan kebingungan yang membakar.

Divo menatap jendela, menyesap udara pagi yang seharusnya menenangkan, tapi kini terasa panas dan penuh dengan ketegangan. Sisil sudah pergi, tapi jejak emosinya masih memenuhi kamar, meninggalkan Divo terjebak dalam perasaan campur aduk antara marah, rindu, dan cemas.

1
a
waduhh pantesan pas azel datang kerumahnya matanya jelalatan .. ehhhh emang tukang selingkuh ternyataaa 🤣🤣
a
awwww.... elzhar sudah tidak bisa menahannya 🤗🤗
Bie_Fitris: tapi sayang mereka hanya saling menyimpan moment itu 🤭🤭🤭
total 1 replies
atik
bagus
Bie_Fitris: terimaksih 😍
total 1 replies
mhmmdrzcky
cepet update kak aku udah nunggu/Drool/
Bie_Fitris: asiappp selalu update Setiap hari 😊
total 1 replies
Isma Fitri
bagus banget ceritanya 😍🤩
Bie_Fitris: terimakasih ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!