Xaviera wanita berusia 25 tahun, seorang anak dan cucu dari keluarga konglomerat. Namun kehidupan sehari-harinya yang berkilau bagaikan berlian berbanding terbalik dengan kisah asmaranya.
Perjodohan silih berganti datang, Setiap pria tidak ada yang benar-benar tulus mencintainya. Menjadi selingkuhan bahkan istri kedua bukanlah keinginannya, melainkan suatu kesialan yang harus di hadapi. Sebuah sumpah dari mantan kekasihnya di masa lalu, membuatnya terjerat dalam siksaan.
Suatu hari, pertemuan dengan mantan kekasihnya, Rumie membuatnya mati-matian mengejarnya kembali demi ucapan permintaan maaf dan berharap kesialan itu hilang dalam hidupnya.
Akankah Xaviera bisa mendapatkan maaf yang tulus dari Rumie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Saat Rumie dan Xaviera tengah asyik membicarakan masa-masa remaja mereka. Kedatangan seorang pria dan wanita yang mengetuk meja mereka, membuat keduanya mendongak.
Xaviera terkejut ketika melihat Jones berdiri di depannya, sedang seorang wanita berkacamata tersenyum dan berdiri di depan Rumie.
“Rumie,” sapa wanita tersebut.
“Hai, Zara. Apa kabar?” Rumie bangkit dan memberikan pelukan kepada wanita yang bernama Zara. Kemudian, pandangan Rumie beralih ke arah Jones yang berdiri di samping Zara.
“Hai, kak Jones. Kalian sedang makan malam disini?” Rumie mengulurkan tangan kanannya, dan berjabat tangan dengan Jones.
Sedang Xaviera ikut bangkit dan tersenyum, kemudian menjabat tangan Zara. Sedang, saat Jones mengulurkan tangan kanannya, Xaviera hanya diam dan duduk kembali.
“Boleh bergabung?” tanya Zara.
“Tentu, silahkan,” jawab Rumie, menarik kursi di depannya dan mempersilahkan Zara untuk duduk.
Jones ikut duduk di samping Zara, berhadapan dengan Xaviera.
“Aku tidak menyangka kita bertemu disini, Rumie. Aku kira kau sudah kembali ke Amerika.” Zara memulai perbincangan.
“Tidak, masih dua minggu lagi,” jawab Rumie.
Pandangan Zara kemudian beralih ke arah Xaviera, dan tersenyum kepada Xaviera.
“Dia kekasihmu?” tanya Zara.
Seketika Xaviera dan Jones langsung menatap ke arah Rumie. Menunggu jawaban dari Rumie. Xaviera, takut Rumie mengatakan ‘iya’. Apalagi, di hadapannya sekarang ada Jones. Dengan cepat Xaviera, sedikit menarik kursinya.
“Kami teman saat sekolah di Indonesia,” sela Xaviera.
Rumie menoleh, sedikit bingung dengan jawaban Xaviera yang tiba-tiba. Namun, dia tetap melempar senyum menanggapinya.
“Oh, aku kira kalian … sepasang kekasih,” sahut Zara.
Rumie hanya tersenyum, lalu meminta pelayan menuangkan wine di gelas Zara dan Jones.
“Kamu kenal Jones, kan?” Zara menunjuk ke arah Jones, yang sibuk dengan ponselnya.
Jones menoleh, “Tentu, dia bekerja denganku saat ini,” jawab Jones.
“Oh, astaga. Dunia sangat sempit sekali. Aku dan Rumie berkenalan saat di Amerika. Dia anak Andreas, kau juga tahu itu, kan, Jones?”
Jones mengangguk, kemudian menatap Xaviera.
“Dan … Xaviera. Sepertinya aku pernah melihatmu?” Zara menyipitkan matanya, seolah mencoba mengamati wajah Xaviera.
Xaviera hanya tersenyum, karena merasa tidak mengenalinya.
“Kau, bukankah cucu Eliasa? Benar, kan?” Zara mulai mengingat sosok Xaviera, yang selalu di ajak Nyonya Eliasa, saat ada pesta bersama relasinya.
Xaviera mengangguk, “Kau mengenalku? Tapi, maaf aku tidak mengenalimu.” Xaviera sedikit ketus, apalagi melihat Zara bersikap sok manis dengan gaya bicaranya di depan Rumie dan Jones.
“Oh, tidak masalah. Hanya orang-orang tertentu dan berkualitas saja yang mengenalku,” balas Zara, tersenyum dengan kata-katanya yang menusuk, membalikkan keadaan.
"Bukankah kau gadis yang selalu menjadi bahan pembicaraan, karena sikap arogan mu dan .... dan suka bergonta-ganti pasangan," imbuh Zara.
“Astaga, menyebalkan,” gerutu lirih Xaviera.
Jones yang mendengarnya, langsung menendang pelan kaki Xaviera. Membuat Xaviera menatap Jones dengan kesal.
“Jones, kau juga mengenal Xaviera?” Zara menoleh ke arah Jones, menyentuh pundak kiri Jones.
Jones menatap Xaviera sesaat, sebelum memberikan jawaban, “Tentu, siapa yang tidak mengenal wanita cantik dan manis seperti dia?” Ucapan itu terdengar memberikan pembelaan untuk Xaviera, setelah Zara menjatuhkan namanya.
Mendengar ucapan itu Xaviera, menahan senyumnya. Sedang, Zara tampak kesal dengan tatapan Jones dan Xaviera yang terlihat saling mencuri pandang.
“Zara ini, siapa? Dia kekasihmu?” Xaviera bertanya dengan wajah penasaran. Menatap Jones, menunggu jawaban.
Jones tersenyum, menyadari Xaviera terlihat cemburu, “Kami hanya teman, seperti kamu dan Rumie.”
Xaviera mengernyit, tampak tidak percaya,
“Benarkah? Tidak lebih?” Xaviera terlihat menginterogasi Jones lebih dalam.
Namun pertanyaan itu membuat Jones tampak senang, untuk pertama kalinya melihat Xaviera terlihat peduli dengan dirinya.
Zara menarik lengan Jones, kemudian menatap Xaviera dengan senyum. Merangkul dan menyandarkan kepalanya di lengan Jones, “Kami lebih dari teman, kami bersama sejak kecil, jadi dia bagaikan duniaku.”
Xaviera mendengus kesal, kemudian membuang muka.
Rumie menarik tangan Xaviera dari bawah meja, untuk mencoba bersikap tenang.
Jones menarik tangannya dari rangkulan Zara, kemudian bangkit dari kursi.
“Aku masih ada urusan, jadi maaf aku tidak bisa bergabung saat ini. Mungkin lain kali,” ucap Jones.
Rumie bangkit dan menjabat tangan Jones, “Baiklah, kita bertemu besok di kantor.”
Jones mengangguk dan keluar dari kursi. Zara menoleh, dan ikut bangkit. Melihat Jones perlahan pergi, Zara ikut berpamitan meninggalkan meja. Kemudian, berlari kecil mengejar Jones dari belakang.
“Astaga, dasar wanita aneh,” gerutu Xaviera.
Rumie tersenyum, dan membelai rambut Xaviera lembut, “Kau kenapa? Terlihat cemburu?”
Xaviera menoleh, “Aku cemburu? Tidak mungkin, bukankah aku lebih cantik dari dia?” Xaviera berkacak pinggang.
Rumie tersenyum, merasa gemas dengan ekspresi Xaviera.
“Katakan, cantik dia atau aku?” Xaviera menepuk pundak Rumie.
“Tentu kamu, siapa lagi wanita tercantik di dunia ini.” Rumie mencubit kedua pipi Xaviera dengan lembut.
Sementara, Jones berdiri di kejauhan, mengamati Xaviera dan Rumie yang sedang berbincang hangat. Senyum cerah Xaviera dan tawa yang polos membuat hati Jones berdebar.
Ia merasakan sedikit rasa cemburu, namun tidak bisa berbuat apa-apa, meskipun tahu bahwa Xaviera adalah wanita simpanannya dan tidak ada yang tahu tentang hubungan mereka. Karena Xaviera, telah memberikan kesepakatan untuk menyembunyikan hubungan keduanya dari publik.
Melihat bagaimana Rumie menyentuh tangan Xaviera dan bagaimana Xaviera membiarkannya. Jones merasa sedikit kesal, “Benarkah itu hanya pertemanan?”
Zara menepuk pundak Jones, menoleh ke belakang, ke arah tatapan cemburu itu tertuju. “Kau terlihat sangat mengenal wanita naif itu?” tanya Zara.
Jones tersenyum, “Bukan hanya mengenalnya, aku telah jatuh cinta padanya.”
Jones meninggalkan perasaan cemburunya sementara, dia melangkah keluar meninggalkan restoran.
Keduanya masuk kedalam mobil, namun pikiran Jones masih tertuju ke arah Xaviera.
Zara menyentuh tangan Jones dengan lembut, “Kau ingin kita bermalam bersama malam ini?”
Jones menarik tangannya, “Kita hanya berteman, tidak lebih.”
“Jangan pernah bersikap seperti itu lagi, kita bukan anak kecil dan bisa merangkul ku seenak yang kau mau.” Jones memberikan tatapan sinis.
Zara mengernyit kesal, mendengar kalimat itu. Baginya, Jones adalah impiannya dan obsesinya. Bahkan dia telah melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian Jones, termasuk menciptakan kecelakaan yang tragis bagi Maria istri Jones dan keponakannya. Namun, Jones masih memberikan jarak, meskipun Zara selalu ada di samping Jones dalam keadaan apapun.
Zara merasa frustasi karena Jones tidak membalas perasaannya, setelah 30 tahun menghabiskan masa kecil dan remaja bersama.
“Aku tidak akan membiarkan orang lain memilikimu,” gumam Zara. Dia semakin obsesif, dan ia tidak akan berhenti sampai Jones menjadi miliknya sepenuhnya. Ia akan terus mencari cara untuk mendekatkan diri pada Jones, tanpa peduli apa yang harus dikorbankan.