Cinta Di Balik Kilauan Berlian
Malam itu, sepasang kekasih yang telah menjalani hubungan selama 7 tahun, untuk pertama kalinya bertengkar hebat.
Xaviera melempar semua barang yang ada di kamar, dengan wajah kesal dan amarah yang meluap, semua buku-buku dan pernak-pernik di atas meja berserakan di lantai.
“Aku ingin kita berpisah! Titik!” Xaviera, memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper.
“Kau melakukan semua ini hanya untuk uang?!” Rumie mendekat, menarik tangan Xaviera. Kemudian, menendang koper hingga baju yang sudah tersusun kembali berhamburan keluar.
“Apa maumu?!” Xaviera dengan wajah putus asa berlutut di hadapan Rumie untuk melepaskannya.
Rumie berkacak pinggang, menahan air mata yang hampir tumpah di pelupuk mata. Pria yang selama ini tegar dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan kesulitan, tak tahu harus mengatakan hal apalagi untuk membuat Xaviera tetap bertahan.
“Aku harus menikah, aku tidak bisa hidup seperti ini. Aku ingin kehidupan yang layak!” ucap Xaviera lantang.
Rumie tersenyum dingin mendengar kalimat itu, karena sebelumnya Xaviera lah yang mengatakan tidak akan pernah meninggalkannya demi apapun juga. Namun, sepertinya keadaan membuat janji itu dikhianati.
Keputusan tinggal bersama tanpa sebuah ikatan pernikahan telah mereka jalani selama satu tahun terakhir. Tepatnya, sejak Xaviera memutuskan kabur dari rumah demi Rumie. Karena hubungan mereka tidak disetujui oleh kedua orang tuanya, sebab Rumie adalah pria yang memiliki latar belakang tidak jelas. Sejak kecil Rumie tinggal di panti asuhan. Sekolah bahkan kuliah hanya mendapatkan dukungan beasiswa karena kepintarannya.
Namun, setelah mendapatkan gelar S1 dia masih hidup dengan pekerjaan tak menentu. Kadang bekerja sebagai pelayan, sopir pribadi pengganti, ataupun bergabung dalam EO dan WO yang tidak selalu tetap.
Sedang Xaviera adalah anak tunggal yang berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya pemilik sekolah swasta yang juga sebagai donatur untuk anak-anak kurang mampu di wilayahnya, sedangkan ibunya adalah komisaris perusahaan periklanan.
Keduanya bertemu saat duduk di bangku SMA dan menjalani hubungan serius hingga sekarang.
Rumie melempar foto USG yang disembunyikan Xaviera, “Kau hamil, lalu bagaimana kau akan menikah dengan pria lain?!” balas Rumie dengan suara yang sama lantangnya.
Xaviera dengan cepat merobek foto tersebut, karena baginya keberadaan bayi itu tidak pernah benar-benar ada. Dia telah menggugurk4nnya 2 Minggu lalu dan menyembunyikan semua itu dari Rumie.
“Anggap saja itu kesalahan! Aku telah menghilangkannya,” kata Xaviera datar, dia kembali menata pakaiannya masuk kedalam koper.
“Kamu membunuhnya?” Rumie mendekat, berjongkok dan menarik rahang Xaviera dengan kuat. Dia dapat melihat mata Xaviera yang sama basahnya dengannya, “kau membunuh anak kita?! katakan!”
Xaviera menarik tangan Rumie, tanpa keraguan menjawabnya, “Iya, aku melakukannya.”
Seketika air mata yang tertahan itu tumpah, Rumie menarik kerah kemeja Xaviera dengan kuat, “Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membunuh anak kita, Ra?”
Xaviera mendorong tubuh Rumie dengan kuat.
“Karena aku tidak bisa hamil sekarang, aku ingin pulang dan menikah dengan pria lain. Kau pikir mereka akan mau menerima wanita hamil untuk menjadi menantu!”
Rumie menampar pipi kanan Xaviera dengan keras, matanya merah melotot tajam. Dunianya seakan runtuh, padahal dia berniat akan menikahi Xaviera setelah gaji pertamanya keluar. Baru saja dia mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar, dan mulai menata impian dan kehidupan bahagia bersama Xaviera. Namun, Xaviera lebih memilih menikah dengan pria kaya pilihan orang tuanya. Karena merasa tidak sabar dan lelah dengan kehidupannya bersama Rumie yang selalu kekurangan.
Rumie melempar cincin yang telah ia beli sebelumnya sebagai kejutan kepada Xaviera. Merasa sudah tidak berarti lagi.
Xaviera bangkit dan hendak menarik kopernya.
“Aku bersumpah, kau akan merasakan hal lebih menyakitkan dari aku alami! Selamanya kau tak akan pernah merasakan menjadi istri yang sesungguhnya dan bahkan kau tak akan bisa merasakan menjadi ibu!” kata Rumie, matanya menunduk, namun perkataannya menusuk ke hati Xaviera.
Xaviera mengusap air matanya, lalu tersenyum dingin menoleh ke arah Rumie.
“Dan kau akan hidup sebatang kara selamanya dan mati sendirian!” balas Xaviera.
Xaviera menarik kopernya keluar dari rumah Rumie, dan bertekad tidak akan pernah kembali pada pria rendahan seperti dia lagi.
Malam itu adalah pertemuan terakhir mereka.
Xaviera kembali kerumah, dan tengah mempersiapkan pernikahannya dengan lelaki pilihan orang tuanya. Pria itu muda, tampan, mapan dan menjadi dosen muda di salah satu universitas swasta terkenal.
Kembali Xaviera mendapatkan dukungan dari ayahnya, “Setelah menikah, apapun yang kamu mau, kamu bisa sebut. Dalam hitungan menit semua ada di hadapanmu.”
Xaviera tersenyum mendengarnya, kemudian memeluk Ayahnya dengan penuh perasaan bersalah karena sebelumnya tidak mendengar nasihat dari ayahnya untuk menjauh dari Rumie.
Hari pernikahan itupun di depan mata, saat ini keluarganya dalam perjalanan menuju ke gereja tempat terlaksananya pernikahan.
Dengan perasaan gugup dan berdebar, Xaviera terus mengusap kedua tangannya yang basah.
Namun, saat di pertengahan jalan. Ayahnya mendapatkan telepon jika mobil yang ditumpangi Juno mengalami kecelakaan.
Dengan penuh kepanikan, mobil yang awalnya menuju ke arah gereja berputar balik ke lokasi kejadian dimana mobil Juno ringsek akibat tabrakan dengan truk.
Xaviera sudah tidak mampu berpikir hal lainnya tentang pernikahannya, saat ini dia benar-benar khawatir ketika Juno masuk kedalam mobil ambulans menuju rumah sakit. Air mata dan teriakan histeris, berbaur menjadi satu.
“Tidak! Tidak!”
Melihat tubuh Juno yang bersimbah darah serta kepalanya yang mengalami pendarahan berat. Membuat Xaviera pingsan di tempat.
Xaviera akhirnya dibawa ke rumah sakit yang sama dengan Juno untuk mendapatkan perawatan.
Saat sadar, Ibunya mendekat dengan membawa kabar buruk.
“Juno telah meninggal,” ucap ibunya, memeluk Xaviera dengan erat.
Air mata tumpah, perasaan sedih dan ketakutan saling tarik menarik.
Semua impian indahnya kandas tanpa janji pernikahan yang belum sempat diucapkan.
Hari itu, pesta pernikahan menjadi acara pemakaman. Hari pertama juga kehancuran dalam kehidupan Xaviera.
Dua bulan berlalu, kesedihan itu perlahan pupus.
Saat ini pria lainnya telah duduk di depan matanya. Pria yang berprofesi sebagai direktur perusahaan properti, akan dijodohkan dengan Xaviera.
Pertemuan pertama, kedua dan selanjutnya berlangsung dengan baik, pria pilihan ayahnya tampak sangat menyayangi dan memanjakan Xaviera. Membuat Xaviera merasa bahagia serta mampu mengubur kesedihannya yang berlalu.
Namun, saat di hari pertunangan. Seorang wanita datang dengan membawa malapetaka. Berteriak di depan banyak tamu undangan, "Kau merebut kekasihku, dan kau tahu? Kau juga telah mengambil ayah dari bayi yang sedang aku kandung!"
Sontak, hal itu membuat kegaduhan dan reputasi keluarga besarnya tercoreng. Xaviera yang tidak tahu menahu tentang hal itu, tersudut dengan kebohongan dari seorang pria yang mengaku lajang ternyata sebelumnya pernah menikah dan saat ini bahkan tengah menghamili wanita lain.
Wanita itu mendekat dan menampar pipi kanan Xaviera dengan keras, “Kau cantik, tapi ternyata hanya wanita yang menjadi selingkuhan. Dasar jal4ng!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🔥Cherry_15❄️
kenapa ga bantu Rumei aja? kan dia kurang mampu?
2025-08-14
0
R 💤
Astaga Xaviera, kalau dapat karma suatu hari nanti gimana kau ? gimana kalau kau tidak bisa punya anak!
2025-08-08
1
Afriyeni Official
meskipun kamu lelaki bertanggung jawab. Kesalahanmu sudah tercipta dari awal Rumie. Jika belum mampu jangan sentuh anak gadis orang. Si Xaviera juga mau aja, sekarang malah nyesal.
2025-08-07
1