Dikhianati Keluarga, Dicintai Mafia

Malam kembali turun di atas kota yang tak pernah benar-benar tidur. Di balik kemewahan dan kegelapan dunia malam, Irene kembali menjalani rutinitasnya bekerja di bar milik Alexio Dirgantara.

Meskipun perannya dalam operasi-operasi besar telah menunjukkan kecerdasannya, Alexio tetap menugaskannya di tempat itu, seolah mengujinya, atau mungkin hanya menyembunyikannya dari bahaya yang lebih besar.

Irene kesal, tentu saja. Tapi ia tidak lagi protes. Ia tahu waktunya akan datang. Di sudut bar, Irene ditemani oleh Nabila Tirtanegara, seorang wanita berparas manis dengan senyum yang selalu terjaga. Ia terlihat ramah, cepat akrab dengan pelanggan, dan memiliki gerak tubuh yang tenang. Namun ada sesuatu yang membuat Irene tetap memperhatikan perempuan itu dari jauh. Nalurinya bicara, Nabila bukan hanya pelayan biasa. Tapi untuk saat ini, belum ada bukti. Belum ada alasan untuk konfrontasi.

***

Di tempat lain, rencana besar tengah disusun. Sasha Yekaterina, pemimpin Leviathan Rose, kini menjalin aliansi dengan Koji Nakamura, pemimpin Red Scorpio. Mereka bertemu di tempat tersembunyi, sebuah vila tua di luar kota Vladivostok yang dijaga ketat oleh orang-orang bersenjata.

Koji duduk dengan tenang, matanya yang sipit menatap lurus ke depan tanpa banyak bicara. Di sebelahnya berdiri Lucas, tangan kanannya yang ahli dalam penyadapan dan infiltrasi.

Sasha, dengan mantel bulu putih dan tatapan tajam, tersenyum tipis.

“Alexio Dirgantara terlalu lama berada di atas. Sudah waktunya kita rebut tahtanya.”

Lucas membuka tablet, menampilkan rute pasokan logistik kasino Alexio dan pergerakan keuangan underground-nya.

“Semua ini bisa dihancurkan,” ucap Lucas.

“Dan kita akan ambil alih kasino itu.”

Mereka sepakat, Leviathan Rose dan Red Scorpio membentuk aliansi. Target utama menghancurkan Alexio dan menguasai aset paling vitalnya—kasino utama.

...****************...

Sementara itu, Alexio dan Irene menghadiri pertemuan rahasia di sebuah restoran tersembunyi, yang pintu masuknya hanya dapat diakses melalui lift belakang tanpa label. Ruangan itu sunyi, hanya terdengar dentingan gelas dan langkah kaki pelayan bersarung tangan putih. Di ruangan VIP kecil berlampu remang itu, mereka bertemu dengan seorang mantan pejabat keuangan bernama Hartanto. Kini, pria itu menjadi konsultan kriminal, menyediakan informasi pada harga yang tinggi.

Irene yang mengatur pertemuan ini. Ia ingin memantau Ornadi Corp dari jalur mafia. Hartanto memberikan data penting, nama-nama perusahaan fiktif yang digunakan Cassandra dan Vania untuk mencuci uang keluarga mereka.

“Aku punya jalur masuk,” ucap Irene tenang, menunjukkan berkas dan diagram keuangan.

“Kalau kau bisa menanamkan pengaruh ke Ornadi Corp lewat perusahaan bayangan yang mereka pakai, maka kita bisa mengendalikan mereka dari dalam.”

Alexio menyipitkan mata.

“Kenapa harus Ornadi Corp? Perusahaan itu terlalu bersih, terlalu rapi. Bahkan untuk ukuran perusahaan yang mencurigakan.”

Irene tidak gentar.

“Karena justru itu masalahnya. Mereka terlalu rapi, terlalu aman dan itu menutupi fakta bahwa mereka menyimpan sesuatu yang besar. Cassandra dan mamanya sedang memperluas jaringan pencucian uang. Jika kita tidak masuk sekarang, kita akan kehilangan peluang untuk mengambil alih dari dalam.”

Alexio menimbang, jari-jarinya mengetuk meja sekali dua kali. Lalu ia mengangguk singkat.

“Baik. Tapi aku yang tentukan kapan dan bagaimana.”

“Setuju,” jawab Irene datar. Tapi dalam hati, ia menyusun langkah-langkah berikutnya.

Alexio tidak tahu bahwa Irene menyusun rencana balas dendamnya sendiri.

***

Malamnya, Irene duduk di ruang istirahat di lantai atas bar. Ia membuka ponselnya, dan matanya membelalak saat melihat berita: Reza Ornadi koma karena terpeleset saat mabuk. Vas besar menghantam kepalanya.

Irene menggigit bibir. Ia tahu ayahnya bukan pria lemah seperti itu. Meskipun hubungannya dengan sang ayah mengalami keretakan karena rencana busuk Cassandra, Irene menyayanginya. Ia yakin ini perbuatan Cassandra.

Dengan hati bergejolak, Irene bertekad. Ia akan masuk ke dalam Ornadi Corp. Tapi tidak lewat jalur hukum biasa. Ia akan memanfaatkan kekuatan Alexio menguasai dari bawah tanah. Ia harus hati-hati. Cassandra dan Vania tidak boleh tahu. Bahkan Alexio pun tidak perlu tahu tujuan sebenarnya.

Baginya, Alexio hanyalah rekan, partner dalam strategi. Tapi bagi Alexio, Irene mulai menjadi sesuatu yang berbeda.

Namun sebelum semua itu, ia ingin menemui ayahnya. Irene mencari tahu dengan panik rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Setelah beberapa upaya melalui jalur online yang tertutup, ia menemukan nama rumah sakit tersebut. Tapi akses untuk masuk ke ruang perawatan sangat ketat.

Ia duduk di depan cermin, memikirkan satu-satunya orang yang mungkin bisa membantunya: Clara Ayuningtyas.

Clara adalah sahabat lamanya saat kuliah. Seorang jurnalis idealis, blak-blakan, dan selalu setia. Mereka sempat sangat dekat, namun hubungan itu merenggang karena kesibukan masing-masing.

Irene tak tahu apakah Clara masih di pihaknya atau tidak. Tapi demi menemui ayahnya, ia bertaruh dengan menyamar dan menyelinap, Irene masuk ke gedung redaksi tempat Clara bekerja. Ia menunggu di ruang tunggu staf hingga Clara muncul.

Clara terkejut luar biasa.

“Irene? Astaga… Kau hidup?”

Tanpa pikir panjang, Clara langsung memeluk Irene erat.

“Kupikir kau sudah mati, atau dibunuh, atau…”

Irene terdiam, terharu. Ia mengira Clara akan menghakiminya seperti yang lain. Mereka pergi ke apartemen Clara, dan di sana Clara membuka suara.

“Video itu… Irene, aku lihat semuanya. Skandal, tuduhan korupsi, semuanya. Tapi aku tahu, itu bukan dirimu.”

Clara mengaku sempat mencoba menghubungi Irene berkali-kali, namun semua kontak lenyap. Bahkan banyak orang yang dilarang menyebut nama Irene di lingkungan Ornadi Corp. Clara tahu Cassandra pasti berperan besar dalam menghapus jejak Irene.

Irene tak kuasa membendung air mata. Ia mengangguk, lalu secara garis besar menceritakan kehidupannya sekarang, di dunia bawah tanah, di sisi Alexio Dirgantara, pemimpin Valtherion Syndicate.

Clara mendengarkan dengan takjub.

“Kau jatuh… tapi tetap bertahan. Bahkan kini menjadi bagian dari mafia papan atas. Aku bangga padamu.”

Irene menggenggam tangan Clara.

“Aku hanya ingin satu hal malam ini. Bertemu Papa.”

Clara mengangguk mantap.

“Aku kenal perawat di sana. Kita bisa masuk lewat pintu belakang. Tak ada CCTV di jalur itu.”

Malam itu juga, mereka menyelinap masuk ke rumah sakit dengan bantuan kenalan Clara, mereka berhasil masuk ke ruang perawatan tanpa diketahui staf lain. Saat Irene melihat ayahnya terbaring koma, emosinya meledak. Ia memeluk tubuh lemah itu, menggenggam tangan ayahnya erat.

“Papa… Ini aku, Irene…” bisiknya pelan.

Ia tahu, Reza Ornadi selalu menyayanginya. Cassandra dan Vania yang telah menciptakan semua kehancuran ini.

Di dalam hati, Irene bersumpah.

Aku akan merebut kembali mahkota ini. Aku akan rebut Ornadi Corp. Aku akan hancurkan mereka… demi Papa.