NovelToon NovelToon
Ibuku Adalah Surgaku

Ibuku Adalah Surgaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin
Popularitas:802
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diam-Diam Mengintip Buah Hati

"Maaf, Di, aku baru ingat asisten rumah tangga papaku itu punya anak lelaki namanya sama denganmu. Adi,"

"Ohk!" Adi terkejut. Untung suasana  di meja makan mereka tak berdua, sehingga perubahan raut muka Adi tersamarkan.

"Sudah ah jangan buka luka lama. Ayo kita makan malam dengan nikmat. Ini lodeh dan ayam kecap nya khusus aku pesan pada asistennya Mama. Si Bibik itu masakannya enak, pas di lidahku waktu pertama kali merasakan," rupanya Nila tak mau suaminya berlama lama mengungkit peristiwa lama yang ia sendiri hanya mendengar cerita nya saja dari Yanuar.

"Ya, Di, lodeh dan ayam kecap nya pas di lidahku, mirip dengan masakan Mbak Sur dulu, asisten keparat itu!" 

Adi kesal ibunya disebut keparat. Karena ia jelas tahu peristiwa yang terjadi. Dulu ia mengira Tuan besarnya yang menindih sang Ibu akan mencekek ibunya. Belakangan setelah dewasa barulah ia mengerti dengan sendirinya, apa yang sedang terjadi saat itu.Ternyata kedatangannya dulu adalah menyelamatkan ibunya dari pelecehan. Menyelamatkan kehormatan ibunya. Justru dirinya yang dirugikan karena peristiwa itu membuat dirinya dan ibu tercinta terpisah sampai saat ini.

Mereka pun makan dengan lahap dan nikmat. Diam diam Adi mengakui kalau rasa sayur lodeh dan ayam kecap yang terhidang memang seperti olahan ibunya.

"Ah saat ini resep bisa dipelajari di Google, mirip dan persis tinggal takarannya yang kebetulan sama begitu bisik hati Adi.

Setelah makan mereka berempat bercengkerama. Yanuar, Adi, Nila dan Dila.

Dalam waktu singkat sudah tercipta keakraban antara Adi dan Yanuar.

"Di apa tersirat selamanya jadi pelaut?" Yanuar melirik Dila, "Nggak kasihan ninggalin istri sendirian?"

Adi tersipu, lalu menatap Dila. Calon pasangan suami istri itu saling tatap..

"Kamu siap ditinggal belayar, Dik? Adi malah balik bertanya pada Dila.

Dila tersenyum pada Adi, "Seperti maumu saja, Mas," 

Adi mengerling Dila yang balas tersenyum mesra 

Yanuar dan Nila saling tatap."Wah mesranya pol, Rek," 

"Sehati," sambung Nila.

Meninggalkan rumah suami istri Yanuar hati Adi lega. Rasa sesak di dada karena khawatir Yanuar bisa mengetahui siapa dirinya, kini terbebas. 

Tapi masih ada hari hari yang akan datang untuk mereka bertemu, dan bertemu lagi. Jadi harus tetap waspada penuh.

Udara malam yang mendung membuat hawa sejuk agak dingin kota Surabaya.

Adi mengantarkan Dila pulang ke rumahnya, dengan janji besok siang akan berkunjung ke Butik untuk melihat pakaian pengantin mereka yang sudah final dikerjakan.

"Selamat tidur sayang," 

"Selamat istirahat, Mas, hati hati di jalan" lambai Dila.

Adi membalas lambaian calon istrinya.

Di balik gerbang halaman samping sepasang mata memperhatikan sosok Adi sejak dari mulai datang bersama Dila, hingga ia mulai menjalankan motornya untuk pulang.

Cahaya penerangan di halaman sampai depan gerbang rumah keluarga Sugandi cukup terang. Sehingga Suryani dapat  melihat  sosok dan raut muka anaknya.

Terpanah dengan dada berdebar oleh rasa rindunya yang  tak bisa ia tuntaskan dengan mendekat, dan merangkul buah hatinya yang sudah dewasa.

"Adi anakku . Itu memang kamu Nak ..'" si pemerhati diam diam itu memang tak lain adalah Suryani.

Sejak Adi dan Dila berkunjung ke rumah Yanuar, hati Suryani tak tenang. Makanya ia mondar mandir di halaman samping tanpa Dada yang tahu. Tujuannya adalah menunggu Adinya datang mengantarkan calon istrinya.

Hatinya lega. Adi lolos dari penglihatan Yanuar sebagai Adi anak asisten rumah rumah tangga si tertuduh sebagai pembunuh.

"Terima kasih Ya Allah Engkau telah melindungi Adiku,"

Perlahan Suryani melangkah ke kamarnya. Sesaat tadi ia sudah melihat sosok Adi. Memang belum menuntaskan rindunya. Tapi itu lebih dari cukup melihat sosok Anaknya sehat tak kurang apa pun.

                                     *

Firman, Gani, Idam serta Rivai menerima Adi dengan gembira. Mereka saling peluk. Berkenalan di jalanan. Lalu berkumpul selama setahun di Panti, telah menumbuhkan persahabatan pada mereka.

Hanya satu tahun Adi berkumpul dengan kawan kawannya sepenanggungan dulu. Karena mereka masing masing diangkat anak keluarga yang berlainan. Tidak secara bersamaan. Tapinsatu persatu. Jika perpisahan diantara mereka terjadi, maka mereka akan mengucap kata.

"Semangat jangan menangis untuk mengejar masa depan!"

"Wah kalian kompak jadi Sarjana Hukum semua,' decak Adi memandang satu persatu mantan anak anak jalanan yang dulu dekil, dan berubah bersih dan tampaknsehat setelah berada di Panti.

'Takdit mempertemukan kami lagi," ujar Firman.

"Padahal kami tak satu Universitas"

Sambung Gani.

"Ya, tapi sama sama di Surabaya, " seru Idam yang menggalang pertemanan setelah  mereka sama sama lulus dan tanpa sengaja bertemu.

"Ya namanya berjodoh ya gini ini," lanjut Gani yang langsung tak menolak saat diajak Idam dan Firman membuka Biro Bantuan Hukum bersama.

"Kalian hebat!" Seru Adi.

"Dan kamu sang Pelaut tangguh, jangan bilang kamu mabuk laut!" Ujar Firman yang disambut tawa ketiga sahabatnya.

"Mana di itu ya Feri ..." Adi menatap keempat lelaki gagah di depannya.

"Feri profesinya lain dengan kami," ujar Idam.

"Feri dadi Dokter," ujar Firman.

"Wow Dokter Feri," seru Adi dengan nada bangga.

'Ya dia yang merawat Kang Jarot"

"Kang Jarot?!" Adi menatap Firman.

'Ya Kang Jarot yang telah memperbudak kita jadi pengemis, dan yang mengambil tas dan uang bekalmu dulu," jelas Idam.

"Oh ya ya" angguk Adi.

"Kang Jarot dihukum lima belas tahun karena dibfalam penjara juga berilah, sering terlibat perkelahian, dan melukai banyak orang,"

"Setelah keluar dia lintang Lantung jadi gelandangan dan ketemu Feri,  dan sama Feri dibawa pulang lalu dirawat karena menderita TBC.'

"Kami juga turut prihatin, ya, melupakan kelakuannya, sebisa mungkin memberikan bantuan dan perhatian," lanjut Firman.

"Beruntung ia sempat bertobat, Di," lanjut Gani.

"Ya dia sempat mengabdi dii sebuah mesjid setelah dinyatakan sembuh dari penyakitnya dan tinggal di  mesjid." Cerita Rivai.

"Kang Jarot nyari kamuau minta maaf,'

"Karena uangku dia itu salah jalan," keluh Adi.

"Sudah jalannya begitu, Di, dua meninggal tiga bulan lalu, penyakitnya kambuh tapi tak mau lapor pada dokter Feri,"

"Ya sudah sampai pada ajalnya," walau hanya sempat kenal Jarot sesaat dan spat merampas tas dan uangnya, toh ada rasa sedih saat mendengar lelaki yang pernah salam jalan dan tobat itu, meninggal.

"Nanti kita ziarah ke makam Kang Jarot," ajak Adi.

"Ya dari sana kita ketemuan sama Dokter Feri, aku sudah kirim pesan sama dia kalau kamu kini di Surabaya," lapor Idam.

"Oh ya?' Adi sangat senang "Terima kasih ya Allah, telah Engkau pertemukan aku dengan kawan kawan kecilku. Dan semoga pula Engkau pertemukan aku dengan Ibuku," batin Adi penuh harap.

"Nah sekarang kita fokus pada kasus yang kamu suruh kami kerjakan, Bos!" Seru Firman.

"Ya sekarang kamu klien kami,"

"Tolong temukan ibuku,sejak aku pergi dulu sampai saat ini kami belum bertemu," Ujar Adi dengan wajah sedih 

"Nama Ibumu,"

"Suryani,"

"Fotonya?"

"Kalian berpisahnya karena apa dulu?" Tanya Firman karena dulu semasa kanak kananku mereka tak pernah membahas orang tua masing masing.

"Berat,"

"Walau pun berat harus kamu katakan," ujar Firman.

Adi masih terdiam 

"

"Ya, Di untuk melengkapi pencarian kami," lanjut Rivai.

"Kita bersahabat sejak kecil. Kita harus saling mendukung," ujar Firman lagi.

"Kasus pembunuhan" lirih suara Adi.

Firman dan kawan kawan saling tatap, lalu mengangguk.

"Semangat, Di" Firman menepuk  pundak Adi.

1
Marifatul Marifatul
🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!