Ibuku Adalah Surgaku
Rumah besar dan megah itu terletak di kawasan elite Surabaya. Namun penghuninya hanya tiga orang.
Mereka terdiri dari rumah tuan rumah, seorang asisten rumah tangga beserta anak lelakinya yang masih berumur tujuh tahun.
Tuan rumah bernama Sunyoto yang sudah berusia lima puluh tahun, Sedangkan asisten rumah tangga bernama Suryani dua puluh tujuh tahun, dengan seorang anaknya yang benama Adi yang berumur tujuh tahun.
Keluarga Sunyoto sangat baik, sehingga memperbolehkan Suryani membawa anak, mengingat perempuan yang sudah tiga tahun mengabdi itu, adalah orang tua tunggal bagi Adi. Bapaknya Adi sudah meninggal saat bocah itu masih dalam kandungan ibunya.
Istri Sunyoto sudah dua tahun ini menderita lumpuh, dan memilih tinggal di vila mereka di luar kota, ditemani oleh dua pelayan. Sedangkan anak tunggal mereka melanjutkan kuliah ke Amerika.
Hari ini seperti biasa Sunyoto melakukan semua pekerjaannya diruang atas rumahnya yang megah dan luas dan nyaman itu.
Suryani seperti biasa mengantarkan teh panas tanpa gula ke ruang kerja majikannya. Siang hari sebelum makan siang lelaki itu memang suka minum segelas teh hangat. Maksudnya supaya tak terlalu banyak makan nasi, mengingat usia sudah tak muda lagi.
"Makan siang mau dibawa ke ruangan ini, atau disiapkan di ruang makan saja, Tuan?" Suryani dengan santun berdiri di samping majikannya.
Sunyoto memandang pembantunya yang memiliki tubuh langsing dan wajah lumayan cantik. Entah mengapa tiba tiba hasrat kelelakiannya bergolak.
Dua tahun tak pernah mendapat pelayanan dari istrinya itulah gejolak yang tiba-tiba muncul begitu melihat tubuh sintal Suryani yang sudah melayani segala kebutuhannya, kecuali di atas tempat tidur.
Dia berusaha menahan gejolak yang mendesak dan tak dapat dia kendalikan. Badannya tiba-tiba memanas dan napasnya tersengal. Sungguh sangat menyiksa batinnya.
“Aku mau kamu memijit aku duu, Sur," ujar Sunyoto yang membuat Suryani tertegun ragu.”Ayo...”
“Tapi...”
“Badanku pegel pegel, Sur, ayolah...”
“Akan saya panggilkan tukang pijit, Tuan, supaya pegel pegel di badan Tuan tuntas hilang," usul Suryani dengan nada suara yang sopan.
Tapi sebelum Suryani beranjak untuk menghubungi tukang pijat, tiba tiba saja Sunyoto berdiri dan mendorongnya, hingga ia terjengkang di sofa empuk.
"Oh!!" Suryani terkejut. Ada apa dengan tuannya. Selama ini biasanya baik baik saja. Menyadari ada yang beres, segera ia berkelit untuk dapat meloloskan diri.
Sunyoto yang sudah kemasukan setan, dan tak lagi dapat menahan libidonya yang dua tahun ia tahan. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Suryani yang berusaha berkelit untuk melepaskan diri, langsung saja ia tarik.
"Lepaskan Tuan!!" Pekik Suryani berusaha mendorong tubuh Sunyoto yang berusaha menindihnya.
Rupanya lelaki paruh bayah yang berpendidikan tinggi serta tampak selalu menjaga prilakunya ini, tak kuasa melawan setan yang telah menguasai pikiran, dan membekukan otak cerdasnya. Makanya ia tak perduli menindih perempuan yang selama tiga tahun mengabdi itu, tanpa bisa dicegah
“Jangan Tuan...!” Suryani berusaha melepaskan diri. Mendorong tubuh Sunyoto yang tegap dan gempal diusia yang tak muda lagi itu. Bahkan menerjang sekuat kemampuan, supaya bisa lolos dari rangkulan lelaki yang napasnya memburu itu.
"Ayo Sur sekali saja, akan kubiayai sekolah anakmu sampai perguruan tinggi kalau kamu mau melayaniku sekali ini saja ..."" bujuk Sunyoto diantara napasnya yang semakin memburu.
Suryani sangat ketakutan melihat sepasang mata tuannya begitu lain dari biasanya. Tatapan itu kini begitu liar.
"Jangan Tuan lepaskan saya tolong lepaskan Tuan ...!" Suryani menghibah dalam tindihan tubuh Sunyoto yang berhasil mengunci kedua kakinya, hingga sulit untuk bergerak, apalagi menerjang.
"Layani aku Sur!!" Sunyoto yang bagai orang kesurupan tak lagi ingat akan etika dan moral dirinya yang akan hancur oleh keberingasannya itu.
"Jangan Tuan jangan!!!" Teriak Suryani.
Teriakan itu terhenti karena Sunyoto langsung menutup dengan ciuman penuh birahi.
Dan Sunyoto bagai memiliki tenaga rangkap berusaha untuk mencapai maksudnya dengan napas yang memburu.
"Uefff ..." Tersengal Suryani berusaha melepaskan bibirnya dari ciuman Sunyoto yang telah bertekuk lutut dalam pengaruh birahi yang tak tersalurkan itu, dan minta penyaluran.
Adi yang baru pulang sekolah mendengar teriakan ibunya langsung saja berlari ke ruang atas.
Bocah tujuh tujuh tahun yang masih menggunakan seragam sekolah itu , panik saat melihat ibunya yang meronta di bawah tubuh Sunyoto.
Yang terlintas pada benaknya Tuannya menyakiti ibunya. Mau mencekek ibunya.
Adi tak mau ibunya disakiti. Ia tak mau ibunya mati. Celingak celinguk mencari sesuatu untuk menolong ibunya.
"Ibu jangan mati ...!" Seru bocah yang mencari sesuatu untuk menolong ibunya.
Sonyoto yang sudah dikuasi nafsu tak menyadari ada orang lain di ruangan itu.
Adi yang ketakutan ibunya mati dicekik tuannya, langsung meraih pajangan kristal berbentuk asbak. Lalu dihempaskan sekuat tenaga pada Sunyoto , dan mengenai kepalanya.
Sunyoto mengerang sekaligus merosot dari tubuh Suryani. Terjatuh ke lantai dengan kepala bersimbah darah.
Suryani langsung turun dari Sofa. Memandang tuannya panik.
"Tuan . Tuan...!"
Sunyoto diam tak bergerak.
Melihat Sunyoto bersimbah darah Adi mundur ketakutan.
Suryani pucat dan cemas menatap majikannya yang tak bergerak. Lalu menatap Adi yang ketakutan.
Suryani mencoba lagi memanggil tuannya, "Tuan .. Tuan ..."
Sunyoto tetap diam bagai beku.
Lalu disentuhnya leher Sunyoto. Tak ada denyutannya. Juga pada nadi pergelangan tangan lelaki itu. Tak ada pula tanda tanda kehidupan. Dan telunjuknya didekatkan ke hidung Sunyoto.
"Tuan meninggal bagaimana ini?"
"Adi..." Suryani tercekat menatap anaknya.
"Ibu, Tuan mati, ya ..?" Adi memeluk ibunya ketakutan. "Tuan tadi mencekek Ibu makanya Adi pukul. " bocah itu menangis ketakutan.
"Adi duduk dulu, ya, Nak...," dibimbingnya anaknya duduk. Setelah itu segera menelepon rumah sakit untuk minta bantuan Ambulance.
Setelah itu Suryani segera bertindak. Dengan panik mengambil pajangan yang dipukulkan Adi tadi. Melap bekas tangan anaknya dengan ujung dasternya. Lalu menyapu seluruh permukaan pajangan dengan jemarinya.
"Tuan. mati ya, Bu?" Adi ketakutan lalu terisak menangis."Maafkan Adi Tuan, habis tadi Tuan mencekek Ibu Adi, hu ... hu ...hu ..."
Suryani semakin bingung dan panik.
"Bu..." Adi gemetar dalam pelukan ibunya. Menangis ketakutan.
"Jangan takut ada Ibu sayang..." Suryani berpikir cepat harus menggantikan posisi Adi. Anaknya masih kecil tak mengerti pembunuhan. Yang dilakukannya hanya demi melindungi ibunya.
Sebagai seorang ibu yang mengandung dan melahirkannya, betapa Suryani rela menggantikannya. Biarlah dirinya yang dipenjara. Adi masih panjang perjalanan hidupnya.
Ia tak mau anaknya dimasukkan dalam penjara anak anak. Di sana justru akan bertemu dengan ragam karakter anak anak nakal. Ia khawatir sekeluarnya dari tempat pembinaan anak anak nakal, justru Adi akan menjadi anak nakal beneran. Itulah pemikiran Suryani yang sangat sederhana. Hanya cemas dan khawatir tentang anaknya.
Adinya penurut. Bukan anak nakal. Kalau hari ini melakukan pembunuhan bukan karena ingin menyakiti Tuan Sunyoto. Semata mata hanya ingin menolong ibunya. Namun begitu Suryani berharap tuannya masih dapat tertolong.
"Ibu apa Adi mau ditangkap polisi?" Adi ketakutan. Ia tahu orang jahat akan ditangkap polisi. "Adi jahat ya, Bu, Adi sudah membunuh Tuan. Hu ...hu ... hu Adi takut, Bu ..." kedua lengan kecil Adi merangkul ibunya.
"Adi anak baik. Adi kebanggaan Ibu, jangan nangis sayang ..." dipeluknya buah hatinya. Ia tahu cepat atau lambat mereka akan berpisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments