Zanna Kemal lebih memilih tinggal seorang diri setelah ayahnya meninggal dunia dari pada tinggal bersama ibu dan ayah tirinya, hidup dengan sederhana menjadi seorang perawat di rumah sakit swasta di kota Praha. Anna begitu ia disapa suatu hari terpilih menjadi perawat untuk merawat anak sang pemilik rumah sakit tempatnya bekerja yang bernama Kerem Abraham, ia sudah terbaring koma selama dua belas tahun akibat kecelakaan yang dialaminya.
Setelah beberapa bulan merawat Kerem, pria itu pun akhirnya sadar dari komanya, tapi sejak Kerem sadar mereka tidak pernah bertemu lagi.
Bagaimana kisah pertemuan mereka kembali sehingga keduanya terikat dalam sebuah pernikahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Melya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak bisa menolak
Mereka duduk di meja makan berbentuk oval, Anna yang duduk di samping Kerem tidak bisa menikmati makan siangnya karena pikiran bercabang kemana-mana. Makan siang penuh rasa kekeluargaan yang sudah lama sekali tidak ia rasakan, membangkitkan kenangan waktu masih bersama ayah dan ibunya. Makan siang yang diselingi obrolan kecil yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Mereka semua memperlakukannya begitu hangat walaupun ini pertama kalinya ia
berkunjung ke rumah Kerem, yang semakin menjadi beban pikiran Anna ia tidak
dapat bayangkan jika mereka tau kalau dia dan Kerem telah menipu mereka.
Anna duduk menyendiri di bangku kosong dekat air mancur menatap lurus kedepannya, sehingga ai tidak menyadari kedatangan Kerem duduk di sebelahnya. “Kau kenapa,” tanyanya menyadarkan tangannya kesandaran bangku.
“Tidak.” Sahutnya singkat tampah menolehkan wajahnya.
“Apakah keluargaku membuatmu tidak nyaman,” Tanya lagi mengamati wajah Anna. Anna menggelengkan kepalanya membantah ucapan Kerem.
“Keluargamu sangat baik, menerima kehadiranku dengan hangat disini, tapi itu membuatku merasa tidak enak hati karena sudah membohongi mereka semua.”
“Aku yang membohongi mereka bukan dirimu,” bantah Kerem menatap dalam bola mata Anna.
“Tidak, aku juga ikut terlibat bukan dirimu saja karena kita melakukannya berdua.”
“Jangan terlalu kau pikirkan, kita akan mengakhiri ini semua dengan baik-baik, dan untuk keluargaku akan menjadi urusanku.”
“Paman, bibi ayo main bersamaku,” ajak Nuha yang sudah berdiri di depan mereka.
Kerem meraih tubuh Nuha dan mendudukan dalam pangkuannya, “kau ingin bermain apa sayang.” Kerem mengusap rambut Nuha dengan penuh kasih sayang, lalu ia menatap pada Burack dan Kayla sedang duduk dibawah pohon, Kayla yang duduk dalam pelukan Burack sambil membaca majalah di tangannya sementara ayah dan ibunya sedang bermain bola bersama Yusuf.
“Paman dan bibi mau menemaniku berenang,”tanyanya menatap Kerem
dan Anna bergantian, ajakan Nuha tentu saja mengagetkannya. “Sayang, bibi tidak
membawa pakaian renang.” Alasan yang tepat menurut Anna untuk menolak ajakan
Nuha, tak terbayang olehnya harus berada dalam satu kolam renang yang sama dengan Kerem.
“Bibi bisa meminjam punya Mommy,” ucapnya polos lalu segera meluncur dari pelukan Kerem dan berlari pada ibunya sebelum sempat ia jawab, Anna melirik pada Kerem yang menatap Nuha yang tengah berlari dekat ibunya.
“Kerem….” Panggilnya sehingga pria itu kembali menolehkan wajahnya. “ Kau bisa bicara pada Nuha kalau aku sebenarnya tidak bisa berenang,” ujar Anna dengan wajah memelas dan bibir tertekuk. Kerem menahan
gelinya saat melihat wajah Anna yang imut seperti bayi saja.
“Kenapa harus aku, kau tinggal bilang padanya.” Wajah Anna seketika berubah kecewa mendengar penolakan Kerem. Bukan hanya itu ia sebenranya malu harus memakai bikini di depan Kerem dan ditambah lagi ada
keluarganya disana.
Bocah wanita berusia delapan tahun itu berlari penuh semangat kembali ke tempat Anna dan Kerem sambil menetang paper bag di tangannya, Anna mengggaruk tengkuknya yang tak gatal berpikir bagaimana caranya menolak ajakn Nuha agar ia tidak kecewa.
“Ayo bibi, aku telah membawakan pakaian renang untukmu,” ucapnya menyodorkan kantong di tanganya dengan senyum lebar. “Apakah kita tidak bisa bermain yang lain saja,” tukas Anna mencoba melakukan penawaran, tapi ia harus menelan kekecewaan saat melihat gelengan kepala Nuha.
“Baiklah,” sahutnya memaksakan senyum di bibirnya. Ia mengintip pakaian renang dalam paper bag di tangannya yang memicu detak
jantungnya dua kali lipat hebat membayangkan isi kantong itu.
“Bibi ayo kita ganti baju,” ajak Nuha menarik tangan Kerem dan Anna dengan sangat antusia, Anna yang tak bisa mengelak terpaksa ia mengikuti langka Nuha sambil melirik Kerem tanpa sedikit pun ada niat untuk membujuk Nuha.
****
Anna menarik napas lega saat melihat pakaian renang di tanganya,Kayla telah menyelamatkannya ia segera mengganti pakaiannya dengan baju renang model tankini berwarna hitam, saat ia sedang menggantungkan gaunya terdengar
ketukan dan panggilan dari luar.
“Bibi apa kau masih lama.” Terdengar suara Nuha memanggilnya.
“Tunggu sebentar sayang, bibi segera keluar,” sahut Anna bergegas menggantungkan gaun ditanganya. Ia pun segera membuka pintu dan melihat Nuha sudah berdiri didepannya. “ Bibi cantik sekali, mommy pintar sekali memilihkannya untuk bibi,” puji Nuha dengan seulas senyum menghias bibirnya yang imut. Anna hanya tertawa kecil mendengar pujian Nuha padanya.
“Ayo Bibi paman pasti sudah menunggu kita,” Mereka berdua pun berjalan beriringan sambil bergandengan tangan menuju kolam renang. Anna melihat Kerem sudah menunggu disana hanya memakai celana pendek tanpa memakai baju. Anna menundukan kepalanya saat Kerem memutar tubuh menghadapnya, melihat tubuh kekar atletis Kerem yang terpahat hampir sempurna membuat wajahnya terasa panas.
Kerem dan Nuha segera meloncat ke dalam kolam renang, Anna tersenyum menatap Nuha yang begitu lincah saat berenang walaupun usianya masih sangat muda,
wajahnya begitu riang sesekali terdengar pekik dan gema suara tawanya saat
Kerem mengodanya, sementara ia hanya mematung berdiri di pinggir kolam.
“Bibi kenapa masih berdiri disana,” seru Nuha berenang mendekat padanya.
“Bibi, tidak usah ikut berenang ya,” tawar Anna lagi tertawa malu.
“Kenapa? Apakah bibi tidak bisa berenang,” Tanyanya mengusap air di wajahnya sambil mengerjapkan manic coklatnya. Anna tersipu malu menganggukan kepalanya.
“Paman akan mengajarinya nanti.” Balasnya cepat.
“Ti…
Sudah terlambat Nuha sudah memanggil Kerem dengan suara lantang,” Paman…, bibi minta diajari berenang.” Teriakkan Nuha membuat wajah Anna semerah kepiting rebus menahan malu. Anna menekuk wajahnya tak berani balik menatap Kerem yang sedang menatap kearahnya.
“Ya Allah, mau ditaruh mukaku,” bathinnya menggigit bibir bawahnya.
Kerem berenang mendekat pada Anna yang masih berdiri dipinggi kolam,” ayo turunlah, aku akan memegangimu,” ucap Kerem
mengulurkan tangannya, tapi Anna menggelengkan kepalaya dengan cepat.
“ Tidak Kerem aku tidak berani, airnya sangat dalam aku pasti akan tenggelam.” Wajahnya
yang polos terlihat mulai pucat menahan rasa takut.
“Percayalah padaku,” Kerem tak menyerah dengan penolakan Anna. Tapi Anna tetap bersikeras menolaknya.
Byurrrr…
Anna terpekik ketika tubuhnya didodrong terjatuh kedalam kolam, semenatar Nuha tertawa terpinggal –pingkal melihat wajah panic Anna. Anna mencona mengayunkan tangan dan kakinya mencoba menahan tubuhnya agar tidak tenggelam, tapi sayang sekali itu tidaklah berhasil karena tubuhnya terasa begitu berat sekan ada yang menariknya ke bawah. Saat tubuh Anna benar-benar menghilang diatas permukaan air dengan sigap Kerem menangkapnya dan mengakatnya kembali kepermukaan
air. Anna yang panik menggelayutkan kedua tanganya ke lehar Kerem dan mengalungkan kakinya ke pinggang Kerem.
Anna merasakan hembusan panas di wajahnya dan terkejut saat menatap wajahnya hanya berjarak satu centi saja dari wajahnya Kerem. Refleks Anna melepaskan peganganya tapi baru saja ia melepaskannya tubuhnya langsung merosot turun, tapi untungnya Kerem dengan cepat menahannya dan menarik tubuhnya kedalam pelukannya. Untuk sesaat keduanya saling tatap dalam kebisuan.
“Paman…bibinya bukan digendong tapi diajarkan berenang,” protes Nuha yang kembali bergabung berenang bersama mereka tanpa disadari keduanya.
“Tapi bibimu maunya paman gendong sayang,” tukas Kerem terkekeh.
“Benarkah begitu bibi,” Tanya Nuha polos, Anna pun menggelengakn kepalanya melotot pada Kerem yang masih tertawa.
“Jangan dengarkan pamammu sayang.”
“Kerem, lepaskan aku. Malu dilihat Nuha,” bisiknya berusah melepaskan tangan Kerem yang mememluk tubuhnya.
“Kau yakin untuk aku lepaskan,” Kerem balik bertanya menaikan alisnya.
“Maksudku lepaskan pelukanmu, aku akan berpegangan pada tanganmu saja,” sahutnya berusaha mendorong dada Kerem agar tidak menempel di dadanya.
"Baiklah, " Kerem menjauh tubuhnya lalu memegangi kedua tangan Anna. Dan mulai mengajarinya dengan sabar, Anna yang rasa takutnya lebih besar dari rasa ingin tahunya, membuatnya selalu gagal, beberapa kali ia hampir tenggelam, tapi Kerem dengan cepat menangkapnya kembali. Nuha tertawa terpingkal-pingkal saat melihat wajah lucu Anna yang merengek pada pamannya tak mau mencobanya agi.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Selamat membaca readers 🙏🙏
Jangan lu tinggalkan jejak 💪👍
Jika Thor up satu Bab saja itu tandanya Thor lagi sibuk dengan kerjaan di dunia nyata 😄
langkah seribu si ana👻