bahagia ketika mendapatkan Uang banyak, pura-pura polos dan menyamar menjadi manusia biasa, tinggal di jalan yang sangat sepi di bawah kaki gunung.
namun siapa sangka di balik semua itu ternyata semuanya hanyalah Acting semata yang sedang di lakukannya karena dia merasa gabut, sebab berdiri sendiri di puncak kekuatan tanpa adanya musuh yang bisa menandinginya. semua yang dia lakukan hanyalah Acting.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Acting Arjuna
Ketika mendengar pertanyaan sarkas dari Arjuna Ki Ageng Purwanto langsung memegangi dadanya karena terasa sesak.
Kini giliran dia yang merasakan apa yang laras rasakan sebelum ini.
Kalau saja dia bisa memandangi lukisan tersebut sedikit lebih lama lagi, dia akan bisa menghayati kehendak yang terkandung di dalam lukisan tersebut, dia akan bisa menaikan kesaktiannya ke level yang lebih tinggi lagi.
Namun siapa sangka pemiliknya malah membakarnya begitu saja. Seolah lukisan tersebut hanyalah sampah dan sama sekali tidak berguna.
Ki Ageng Purwanto saat ini sudah tidak berani untuk sombong lagi, akan sangat bodoh apabila dia bersikap sombong setelah mengetahui bahwa sosok yang di depannya adalah sosok yang memikiki kesaktian di atasnya.
Rasanya benar benar sangat menyakitkan melihat harta berharga hancur begitu saja.
Namun tetap saja, dia tidak bisa melakukan apapun.
Sebenarnya ada alasan mengapa Arjuna membakar lukisan tersebut, itu semua karena lukisan tersebut hanyalah lukisan tiruan dari apa yang ada di dalam tokonya.
Arjuna ingin menghargai pencipta lukisan yang ada di dalam tokonya itu. Sangat tidak sopan apabila dia bangga dengan karya hasil jiplak.
Ki Ageng Purwanto terlihat memandangi Arjuna dengan pandangan rumit, "tuan, tolong ajari saya untuk membuat ukiran lukisan seperti itu!" Ucap Ki Ageng Purwanto.
Arjuna memandangi Ki Ageng Purwanto sambil tersenyum tipis, sebelum ini pria paruh baya yang mirip dukun ini sangat sombong kepadanya, malah saat ini minta di ajari cara mengukir. Apakah Arjuna akan mengajarinya? Tentu saja tidak!
Secara perlahan Arjuna menggelengkan kepalanya, "kamu tidak layak, bahkan kamu juga tidak layak untuk belajar mengukir, pergi dari tempat ini!" Ucap Arjuna yang mengusir Ki Ageng Purwanto.
Ucapan Arjuna benar benar menampar dirinya, Ki Ageng Purwanto saat ini hilang sudah kepercayaan dirinya. Bahkan dia sangat yakin setelah ini dia sudah tidak bisa mengukir lagi.
Ki Ageng Purwanto hanya bisa menundukan kepalanya, kemudian pergi dari restoran ini penuh dengan penyesalan.
Melihat Ki Ageng Purwanto yang pergi dari tempat ini, sumarsono tidak bisa untuk tidak berdecak kagum kepada Arjuna. Di dunia ini sangat jarang ada seseorang yang memiliki keterampilan di berbagai bidang, dan Arjuna memilikinya ini benar benar menegaskan Bahkan gelar Tuan Tiada Tanding memang gelar yang sangat cocok untuknya.
"Anda benar benar hebat pak, anda bisa mengalahkan dua orang tadi." Ucap sumarsono penuh dengan kagum.
Arjuna terkekeh ketika mendengarnya, andai saja Sumarsono tahu bahwa Arjuna bisa melakukan semua ini karena banyaknya waktu luang di dalam tokonya, mungkin sumarsono tidak akan sekagum ini.
"Pak Silahkan di makan, jangan sungkan sungkan.." ucap Sumarsono yang mempersilahkan Arjuna untuk makan.
Akhirnya mereka berdua makan jamuan mewah tersebut, waktu berjalan dengan sangat cepat tidak terasa saat ini tengah malam telah tiba.
jamuan itu berakhir begitu saja. Setelah berpisah dengan Sumarsono Arjuna mengendarai motor maticnya ke arah tertentu namun bukan arah ke tokonya.
Semakin lama motor Arjuna malah memasuki jalanan yang sangat sepi hingga tidak ada kendaraan yang lewat di jalan ini.
Dan tiba tiba...
Lap!
Siapa sangka pada saat ini Arjuna tiba di pinggiran jalan sepi yang dekat dengan jembatan suhat, Arjuna tersenyum tipis seolah bukan dirinya melainkan jati diri aslinya yaitu Tuan Tiada Tanding.
"Hmm, menarik..." batinnya, "waktunya menyamar menjadi manusia biasa lagi..."
Arjuna kemudian menjalankan motornya ke jembatan suhat melintasi berbagai kendaraan motor dan mobil.
Nampak seorang pria paruh baya menundukan kepalanya kemudian berjalan ke pinggiran jembatan.
"Apa yang di lakukan oleh orang itu?" Arjuna mengangkat bahunya kemudian bablas melewati orang itu.
Tiba tiba Arjuna melebarkan matanya sambil mengerem motornya denan mendadak, membuat mobil di belakang Arjuna rem mendadak dan hampir menabrak Arjuna.
"Woi! Kalau ngerem jangan di tengah goblok!" Teriak seorang pengendara mobil di belakang Arjuna.
Arjuna langsung berteriak, "cepat keluar tangkap orang itu, dia ingin bunuh diri!" Teriakan Arjuna membuat pengendar mobil di belakang Arjuna langsung menoleh ke pinggir jembatan.
Kemudian dua orang langsung keluar seorang pemuda dan seorang pria paruh baya.
Tentu saja ketika Arjuna menghentikan motornya secara mendadak seperti ini banyak yang mengklakson, namun Arjuna sama sekali tidai perduli.
Baik pria paruh baya itu maupun pemuda itu langsung menuju ke pinggiran jembatan suhat.
Nama pria paruh baya dan pemuda itu adalah Toni dan Reza.
Benar apa yang di ucapkan oleh Arjuna, orang itu memang berniat untuk terjun ke jembatan suhat. Arjuna bisa menebak ini karena dia adalah Tuan Tia--- maksudnya banyak kasus bunuh diri di sini.
Wajah deperesi dan berada di pinggir jembatan apalagi kalau tidak ingin bunuh diri.
Pria depresi itu meronta ronta ketika di tangkap oleh Toni dan Reza, namun sayang sekali dia tidak akan mampu melepaskan diri dari tenaga dua orang itu.
"Tolong beri jalan, ada orang yang ingin bunub diri!" Teriak Toni.
"Astaga ada yang ingin bunuh diri?" Jelas beberapa orang langsung kaget ketika mendengar hal ini.
"Cepat bawa ke pos polisi!" Teriak Arjuna.
dengan cepat Toni dan Reza membawa pria depresi itu ke pos polis yang berada di dekat gerbang UB.
Banyak orang yang menonton para aparat dan petugas juga segera mendatangi pos untuk menangani pria depresi itu.
Arjuna sendiri memindahkan motornya ke samping pos polisi tersebut, dia duduk di jok motornya sambil memijat kepalanya dengan ekspresi pusing.
"Ah, hampir saja..." ucap Arjuna dia benar benar bersyukur bisa datang tepat waktu.
Tiba tiba seorang aparat dengan perut gendut khas para oknum oknum menghampiri Arjuna dia datang ke Arjuna dan hendak meminta detail bagaimana bisa Arjuna melihat Pria depresi utu hendak bunug diri.
"Kamu orang yang menyadari pertama kali orang itu mau bunuh diri bukan? Kenapa kamu bisa mengetahui orang itu hendak bunuh diri?" Tanya polisi itu.
"Ya benar pak, saya orang yang pertama kali menyadari orang itu mau bunuh diri, saya hanya tidak sengaja melihatnya mau bunuh diri..." jawab Arjuna.
"Aneh... padahal malam minggu seperti ini jembatan suhat sangat ramai dengan lalu lalang mobil dan motor, namun mengapa pemuda ini bisa melihat bahwa pak samsul hendak bunuh diri?" Batin polisi tersebut penuh dengan kecurigaan.
Namun polisi tersebut tidak melontarkan pertanyaan itu, dia memilih untuk menanyakan pertanyaan yang berbobot saja.
Seperti detail bagaimana awal arjuna bisa melihat pak samsul hendak bunuh diri.
Setelah beberapa saat di tanyai dengan pertanyaan basic dan sederhana akhirnya Arjuna boleh untuk pulang.
Apa yang tidak di ketahui aparat itu, Arjuna saat ini sedang tersenyum tipis, "menarik..." batinnya.
***
Maaf banyak typonya... segmen Sumarsono, Ki Ageng Purwanto, dan Laras sudah berakhir. kita akan memasuki segmen terbaru nih... Btw kalau suka cerita Arjuna jangan lupa kasih bintang 5 biar author semangat nulisnya.