Setelah kematian ayahnya, Renjana Seana terombang-ambing dalam kehidupan tak terarah, gadis yang baru menginjak umur 20 an tahun dihadapkan dengan kehidupan dunia yang sesungguhnya disaat ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dalam keputusasaan, Renjana memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke derasnya air sungai. Namun takdir berkata lain saat Arjuna Mahatma menyelamatkannya dan berakhir di daratan tahun 1981. Petualangan panjang membawa Renjana dan Arjuna menemukan semua rahasia yang tersimpan di masa lalu, rahasia yang membuat mereka menyadari banyak hal mengenai kehidupan dan bagaimana menghargai setiap nyawa yang diijinkan menghirup udara.
by winter4ngel
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ela Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia kakek
Suratmo bekerja di desa sejak dia muda, pekerjaan sebagai perangkat di desa memang tidak ada penghasilan yang layak, namun pekerjaan itu salah satu hal yang sangat di tekuni. Suratmo bukan dari keluarga kaya seperti besannya, namun dia hanya berpikir bahwa tanah yang dia miliki cukup untuk hidup anak cucunya nanti, itu adalah harapan sederhana Suratmo sejak dulu. Namun sesuatu hal mengganggu pikirannya sejak bertemu dengan Renjana, teman dari putrinya.
“Namanya Renjana, bisa melihat datanya yang sudah ada di kelurahan? dia orang baru di desa.”
“Renjana siapa Sur? Tidak ada nama Renjana.”
“Kalau begitu Arjuna?.”
“Arjuna juga tidak ada di kelurahan, belum lapor sepertinya.”
“Kalau begitu aku akan urus ini.” Suratmo meninggalkan kantor desa menuju ke rumah yang ditinggali Renjana dan Arjuna, rumah yang sebelumnya sudah ditunjukkan oleh Sendu.
Sepeda ontel yang di kayuh Suratmo berhenti di depan rumah yang nampak sangat bersih dan rapi, tidak ada hal mencurigakan di sana selain fakta bahwa mereka berdua tidak lapor ke desa. Suratmo mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali hingga terbuka, disana ada Arjuna yang membukakan pintu, Arjuna nampak terkejut dengan kedatangan kakek Renjana yang tiba-tiba, malam ini Sadewa tidak tidur di sini karena ada urusan di pondok.
“Dewa nya di pondok Pak.” Ucap Arjuna pada intinya karena dia pikir Suratmo sedang mencari Sadewa.
“Saya ingin bertemu dengan anda dan istri anda.”
“Ah, silahkan masuk Pak kalau begitu.” Arjuna membukakan pintu untuk Suratmo masuk, sedangkan Renjana baru saja datang dari dapur berniat untuk melihat siapa yang datang, namun Renjana sangat terkejut saat melihat kakeknya berada disini.
Sambil membawa teh hangat, Renjana menghampiri Suratmo yang duduk di ruang tamu.
“Ada yang ingin saya tanyakan mengenai identitas kalian berdua, karena kalian tidak melaporkan ke desa sama sekali.”
“Itu-.” Renjana dan Arjuna saling melempar tatapan.
“Sebenarnya kami kehilangan tas berisikan identitas saat datang kemari, kami ingin menanyakan bagaimana mendapatkan identitas.”
“Ini hal yang diluar pemikiran manusia, saya pernah bertemu dengan guru pintar saat berada di Jawa, sebelum beliau meninggal, beliau mengatakan bahwa saya akan bertemu dengan cucu perempuan saya sebelum saya meninggal. Kemudian putri sulung saya menikahi pria dan pergi keluar kota yang kemungkinan saya tidak tahu bisa bertemu dengan cucu saya atau tidak, saya berharap ramalan itu tidak benar karena saya berharap setidaknya anak pertama adalah laki-laki agar bisa melindungi keluarga apabila ayahnya telah tiada suatu hari nanti.”
Mata Renjana berlinang, entah kenapa rasanya dia begitu dekat dengan kakeknya saat ini.
“Kalau begitu apa kakek akan percaya-.”
“Ren.” Arjuna menggenggam tangan Renjana sambil menggelengkan kepala.
“Kakek?.”
“Tidak apa-apa.” Renjana meyakinkan Arjuna, entah kenapa Renjana sangat ingin mengatakan semuanya pada kakeknya sendiri. “Aku datang dari masa depan, masa dimana Kakek sudah tidak ada.” Renjana menatap kearah kakeknya, melihat reaksi pria paruh baya itu, namun wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun.
“Jadi?.”
“Aku Renjana Seana Radenjaya, Putri bungsu dari Sendu dan Sadewa Radenjaya.”
“Apa anda sedang bermain-main sekarang?.” Namun ucapan Suratmo terhenti saat tidak ada kebohongan di mata Renjana. “Jadi benar, saya akan bertemu dengan cucuku dari masa depan? apa benar juga bahwa saya akan meninggal beberapa tahun lagi?.”
Renjana menatap kearah kakeknya dengan tatapan tidak percaya, “Kakek.”
“Benar. Ramalan itu benar.” Suratmo berdiri dari kursi dan menghampiri Renjana kemudian memeluknya erat, tangis Renjana pecah, untuk pertama kalinya dia bertemu dengan kakeknya dan bahkan merasa sangat dekat melebihi saat dia bertemu dengan kedua orangtuanya karena posisi kakeknya yang mengetahui bahwa Renjana adalah cucunya.
Suasana menjadi sangat canggung setelah Renjana dan Arjuna menjelaskan semuanya. Suratmo pernah bertemu dengan seorang guru yang digadang sangat pintar dan bisa melihat masa depan orang terpilih, kala itu dia bertemu dengan Suratmo dan mengatakan hal yang membuat Suratmo tidak percaya.
“Mo, koe bakal ketemu karo putu wadon sing soko masa depan. Wonge bakal nemoni koe ning masa saiki, wonge bakal mrene ko masa depan.”
“Maksude piye to mbah? kulo mboten ngertos.”
“Tahun 2022, putumu sing lahir tahun 2000 pas umur 22 bakal nemoni koe.”
“Amin mbah, berarti kulo panjang umur.”
“Ogak Mo, koe gak panjang umur. Mantumu yang paling kok sayang yo gak bakal panjang umur, mergo kui putu wadon nemoni koe.”
“Ogak paham kulo mbah.”
“Koe bakal pas pas wis ketemu dekne.”
Kalimat-kalimat yang membuat Suratmo memikirkan apa arti semuanya, hingga dia melihat Renjana di acara lamaran Sendu dan Sadewa. Suratmo sudah mencurigai bahwa Renjana adalah orang yang di maksud sebagai cucunya yang datang dari masa depan.
“Bagaimana kabar kedua orangtuamu di masa depan?.” Suratmo melihat kearah cucunya, gadis itu hidup dengan sangat baik, tubuhnya tidak sekecil ibunya, dan wajahnya terlihat sangat tegas.
“Ayah sudah meninggal, sekarang aku tinggal dengan Ibu saja.”
“Kamu punya saudara?.”
“Iya, kakak. dia sudah berkeluarga dan hidup bahagia dengan keluarganya.”
“Tapi kenapa kamu datang kesini?.”
Renjana terisak saat mengingat kepergian ayahnya kala itu yang tidak akan pernah dia lupakan sampai kapanpun.
“Karena ayah sudah tidak ada, aku ingin menemui ayah lagi. Sejak ayah pergi, aku tidak bisa melakukan apapun sendiri, aku masih membutuhkannya, aku selalu bersikap kuat saat didepan Ibu karena Ibu hanya punya aku, sedangkan aku masih membutuhkan ayah.”
Arjuna mengusap tangan Renjana lembut, entah kenapa tangisan Renjana sangat membuatnya sakit.
“Renjana, semua orang akan mati jika sudah waktunya datang. Maka dari itu kamu juga harus siap dan siap pula untuk kehilangan. Kamu tahu, kematian seseorang tidak mengubah rasa cinta dan sayangnya kepadamu. Ayahmu masih sayang denganmu, kamu tetap putrinya sampai kapanpun.”
Renjana semakin menangis, sedangkan Arjuna hanya bisa menenangkannya.
“Kalau kamu?.” Sekarang Suratmo melihat kearah Arjuna penasaran, karena Suratmo tidak berpikir cucunya sudah menikah jika mengatakan masih butuh ayah.
“Saya datang bersama dengan Renjana dari masa depan, ceritanya panjang tapi sepertinya saya terseret dengan Renjana yang datang ke masa ini.”
“Kalian belum menikah?.”
“Belum.” Arjuna menggeleng.
“Terus kenapa tinggal serumah? mulai sekarang Renjana akan tinggal dirumah ibunya, jadi-.”
“Kakek jangan khawatir, Arjuna baik. Dia yang menolongku selama berada disini.”
“Tetap saja dia pria, kamu tidak boleh tinggal dengan pria sebelum menikah.”
“Arjuna berbeda Kek.”
“Kalian saling suka?.”
“Apa?.” Ucap Renjana dan Arjuna bersamaan.
“Ya sudah kelihatan, di masa depan awas saja kalau kamu mencampakkan cucuku.”
“Tidak akan Kek.”
Setelah mengunjungi rumah Renjana dan Arjuna, Suratmo berpamitan pulang, dia juga mengatakan akan datang lagi besok setelah dari ladang. Entah kenapa Renjana sangat bahagia saat ini, ada satu orang yang mengetahui siapa mereka, walaupun agak aneh tapi Renjana sangat mempercayai kakeknya. Dia juga yakin kalau kakeknya orang yang sangat baik walaupun baru pertama bertemu.