NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22: Bayangan yang Tak Pernah Hilang

Langit Istanbul tampak muram ketika pesawat pribadi Nayla mendarat di bandara Atatürk. Kali ini bukan untuk urusan dagang atau negosiasi politik bawah tanah melainkan untuk memenuhi undangan makan malam dari seorang kolega mafia lama Vitorio, seorang pria Turki bernama Karem Malik.

Namun, jauh di dalam hatinya, Nayla tahu: dia tak datang hanya karena urusan bisnis.

Ia datang karena sebuah nama yang muncul diam-diam di berkas laporan pengawasan dua minggu lalu Il Fantasma. Sebutan yang hanya satu orang yang memakainya. Sosok yang dulu menghilang bersamanya di medan baku tembak Adrian.

Setelah dua tahun membangun kekuasaan, Nayla merasa cukup kuat untuk membuka luka itu. Luka yang belum pernah sembuh. Luka yang tertutup rapi oleh tumpukan kerja, kekuasaan, dan dunia gelap mafia. Tapi malam itu, luka itu seolah bernanah kembali.

“Selamat datang di Istanbul,” sambut Karem Malik dengan pelukan singkat. Lelaki berumur 50-an itu berpenampilan rapi dengan setelan abu-abu dan aroma tembakau khas. Mereka sudah beberapa kali berurusan, dan Karem adalah salah satu sekutu terpercaya Vitorio yang juga memiliki jaringan intel bawah tanah kuat di Turki dan Balkan.

“Terima kasih, Karem,” jawab Nayla lembut. “Aku perlu bicara soal sesuatu yang pribadi.”

Karem menatapnya tajam. “Kau terlihat seperti orang yang sedang menggali masa lalu.”

“Aku perlu tahu... apa kau pernah dengar seseorang dengan nama sandi ‘Il Fantasma’ belakangan ini?”

Karem menghela napas pelan, lalu berjalan menuju rak buku besar di ruang kerjanya. Ia menarik salah satu buku tua, dan membuka laci rahasia di baliknya.

“Kau tahu, Nayla... aku sangat menghormati Vitorio. Jadi jika kau datang untuk mencari seseorang, aku akan bantu sebisa mungkin. Tapi orang yang kau cari itu... bukan lelaki biasa. Banyak yang ingin dia mati.”

Karem meletakkan amplop cokelat di hadapannya. Nayla membuka pelan, dan di dalamnya... sebuah foto buram, hasil kamera CCTV rusak, memperlihatkan seseorang bertudung di dermaga Odessa, Ukraina. Tapi tatapan mata itu… dingin, tajam, terluka. Itu Adrian.

Nayla menahan napas. Tangannya gemetar pelan, tak percaya. “Ini... kapan?”

“Enam bulan lalu. Dia terlihat mengatur pengiriman senjata untuk kelompok perlawanan bawah tanah di perbatasan Ukraina Polandia.”

Nayla menggigit bibir. Ia merasa napasnya tercekat. Dua tahun menahan diri, dua tahun berpura-pura tegar, dan kini... secercah kenyataan menyeruak masuk, mengguncang seluruh keteguhannya.

“Kenapa dia... tidak mencariku?” bisiknya.

Karem memandang Nayla dalam-dalam, seolah tahu luka yang baru saja terbuka itu lebih dalam dari apa pun. “Mungkin dia berpikir kau sudah mati. Atau... mungkin dia ingin kau hidup tenang.”

Nayla tak menjawab. Ia hanya memandangi foto itu lama, hingga air mata jatuh di pipinya.

Malam itu, di hotel mewah kawasan Sultan Ahmet, Nayla duduk sendiri di balkon. Di tangannya, segelas anggur merah. Angin musim semi yang hangat meniup rambutnya pelan, tapi hati Nayla tetap dingin. Ada bara yang menyala, dan cinta yang diam-diam merintih.

“Aku di sini, Adrian,” bisiknya pelan. “Aku tak pernah berhenti menunggumu.”

Kilatan kenangan kembali mengalir tawa Adrian, caranya menyentuh pipinya dengan penuh kelembutan, bagaimana dia memanggil Nayla ‘bunga api’ karena semangatnya yang tak bisa padam.

Tapi kini, cinta itu seperti puing-puing reruntuhan.

Dan Nayla tahu, satu-satunya cara untuk mengembalikan semuanya... adalah dengan menjemput takdir itu sendiri.

Keesokan harinya, Nayla menelepon Vitorio.

“Ayah... aku butuh waktu. Ada satu hal yang harus kuselesaikan.”

“Aku tahu hari ini akan datang,” jawab Vitorio dengan suara berat namun penuh pengertian. “Kau tidak bisa terus lari dari masa lalu.”

Nayla menggenggam ponselnya erat. “Terima kasih telah membiarkanku tumbuh. Aku akan kembali. Tapi sebelum itu... aku harus tahu kebenarannya. Tentang Adrian.”

Dan perjalanan itu pun dimulai.

Dengan identitas samaran, Nayla menyusuri Odessa. Ia menyuap informan jalanan, menyamar sebagai pebisnis, dan menyelinap masuk ke dunia gelap perdagangan senjata yang pernah menjadi medan perang Adrian. Tapi yang ia temui justru lebih gelap: kabar tentang "Pria Berhantu" yang menyerang markas mafia satu per satu... seolah mencari balas dendam.

Semua rumor itu mengarah pada satu tempat Bunker Tua di Hutan Lvov tempat markas terakhir Adrian terlihat.

Malam itu, di dalam mobil hitam yang berhenti di dekat hutan sunyi, Nayla duduk dalam diam. Ia memakai jaket kulit, membawa senjata di balik mantel. Tapi bukan senjata yang membuat jantungnya berdebar... melainkan kemungkinan bahwa ia akan melihat mata itu lagi. Mata yang pernah menjadi rumah.

Langkah demi langkah, ia menembus kabut hutan, mengikuti koordinat GPS samar dari Karem. Hingga akhirnya, di kejauhan, bunker tua itu muncul. Gelap, bisu, dan mencekam.

Dan saat ia hendak mendekat, suara dari balik pohon terdengar pelan.

“Nayla?”

Suara itu...

Dunia seakan berhenti berputar.

Dengan perlahan, Nayla menoleh. Sosok itu berdiri di bawah sinar bulan. Luka di wajahnya masih ada, janggut tipis menghiasi dagunya, tubuhnya lebih kurus. Tapi mata itu...

Itu Adrian.

Tubuh Nayla lemas. Tapi bibirnya mengukir senyum... sambil air mata jatuh perlahan.

“Adrian... aku mencarimu…”

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!