NovelToon NovelToon
Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: chery red

Dilahirkan dalam keluarga kaya, Alea Lily Armstrong tumbuh dalam penolakan. Dianggap pembawa sial, ia dikucilkan dan dibenci. Luka hati mengubahnya menjadi wanita dingin. Pertemuannya dengan Alexander, ketua mafia terluka, membawanya ke dunia gelap.
Lea menjadi "Ratu Mafia Tersembunyi," menyembunyikan identitasnya. Dendam membara, menuntut pembalasan atas luka lama. Di tengah intrik mafia, Lea mencari keadilan. Akankah ia temukan kebahagiaan, ataukah dendam menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chery red, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Kekacauan Digital dan Api Cemburu

Pagi di awal pekan, rumah megah keluarga Dirgantara dipenuhi tawa dan keributan kecil yang hangat. Alea turun ke meja makan, disambut pemandangan yang kini terasa familiar dan menyenangkan baginya. Kedua adik kembar Axel, Rio dan Rina yang berusia tiga tahun, sudah duduk di kursi makan khusus mereka, namun bukannya makan dengan tenang, keduanya justru berebut perhatian Alea.

"Kak Alea, lihat punyaku!" seru Rio, mengangkat sendok berisi sereal tinggi-tinggi.

"Tidak! Kak Alea, punyaku lebih bagus!" balas Rina, menarik-narik ujung gaun tidur Alea.

Alea terkekeh pelan, duduk di antara mereka. "Hei, hei, jangan berebut. Kakak akan melihat dan menyuapi kalian berdua, kok." Pertengkaran kecil yang menggemaskan antara Rio dan Rina menambah warna pagi itu, memenuhi ruang makan dengan suara cekikikan dan celotehan polos.

Axel, yang baru saja bergabung dari arah dapur, tidak bisa menahan diri. Dengan senyum lebar di wajahnya, dia melingkarkan tangannya di pinggang Alea dari belakang, memeluknya erat, lalu mendaratkan ciuman ringan di pipi Alea, dan ciuman yang lebih lama di pelipis yang masih sedikit membekas luka.

"Pagi, Boo," bisiknya, suaranya serak khas bangun tidur.

Alea sedikit tersentak, namun tidak menolak. Dia hanya memutar bola mata, walau senyum tipis terukir di bibirnya. "Axel, jangan begini di depan adik-adikmu."

Harun dan Indira yang sedang membaca koran di ujung meja hanya menggelengkan kepala, senyum geli tersembunyi di sudut bibir mereka. Mereka sudah terbiasa dengan tingkat kebucinan putra sulung mereka yang kini tak tahu malu itu.

"Selamat pagi, Mom, Dad," sapa Axel ceria, seolah tak ada yang aneh dengan tingkahnya.

"Pagi, Nak," jawab Indira. "Kalian berdua ini... tidak malu sama Rio dan Rina?"

"Mereka masih kecil, Mom, mana mengerti," balas Axel santai, sambil menarik kursi di samping Alea, masih betah melingkarkan lengannya di pinggang Alea.

Alea, dengan sedikit jengkel yang menyenangkan, mengambilkan piring sarapan untuk Axel. Dia menyendokkan nasi goreng dan meletakkan telur mata sapi di atasnya, lalu menyerahkan pada calon suaminya itu. "Makan, Yang. Jangan hanya menggodaku."

"Siap, Boo!" Axel terkekeh, mencubit pipi Alea gemas sebelum mulai makan. Suasana pagi itu dipenuhi kehangatan dan kebahagiaan yang Alea tak pernah tahu bisa ia rasakan.

Pada saat yang sama, di pusat kota, hari di Amstrong Corp. dimulai dengan kekacauan. Sistem komputer perusahaan yang seharusnya sudah berjalan mulus di pagi hari, justru mengalami masalah serius. Layar komputer membeku, software akuntansi tidak merespons, dan database klien tampak mengalami corrupt. Teriakan panik dan umpatan terdengar dari berbagai divisi.

"Ada apa ini?! Kenapa sistemnya mati?!" teriak seorang manajer.

"File-file penting tidak bisa diakses, Pak!" lapor seorang karyawan IT dengan wajah pucat. "Semuanya error! Seolah ada virus, tapi tidak terdeteksi!"

Di ruang CEO, Richard Amstrong membanting teleponnya. Wajahnya merah padam, urat di lehernya menonjol. "Apa-apaan ini?! Kenapa sistem kita bisa lumpuh?! Siapa yang bertanggung jawab?!"

Dia sudah kehilangan data penting proyek-proyek terbaru, dan beberapa proposal investasi yang akan diajukan pagi itu tidak bisa diakses. Kerugian finansial memang belum terhitung, namun kekacauan operasional ini sudah cukup untuk membuat Richard Amstrong merasakan tekanan yang luar biasa. Dia segera memanggil kepala divisi IT-nya.

"Saya ingin ini segera diselesaikan! Panggil semua ahli IT yang kita punya! Ini pasti ulah pesaing! Cari tahu siapa pelakunya!" Richard membentak, otaknya sibuk mencari-cari siapa musuh yang berani bermain kotor dengannya. Dia sama sekali tidak mencurigai Alea, justru menyalahkan pihak luar yang ia anggap iri pada kesuksesannya.

Sementara itu setibanya di sekolah, Axel mengantar Alea sampai di kelasnya, memastikan Alea masuk dengan selamat sebelum ia sendiri bergegas menuju kelasnya. Namun begitu Axel pergi, teman-teman sekelas Alea langsung sibuk bergosip.

"Itu Axel, kan? Dia mengantar Alea sampai kelas!" bisik seorang siswi.

"Kudengar Alea tinggal dan menjadi pembantu di rumahnya Axel sekarang. Benar tidak sih?" timpal yang lain.

"Astaga, mereka benar-benar sedekat itu ya?"

"Atau jangan-jangan mereka berpacaran?"

Sebagian bisik-bisik yang diucapkan oleh teman-teman sekelas Alea, mereka membicarakan Alea seolah mereka paling tau tentang Alea.

Tiara Amstrong, yang mendengar bisik-bisik itu, mendidih. Dia tidak terima jika Axel, pria yang ia incar, justru lebih memilih Alea sebagai teman dekatnya, bahkan menunjukkan kemesraan terang-terangan. Dengan cepat, ia menyebarkan fitnah baru.

"Kalian tahu, Alea itu memang tidak tahu diri," ujar Tiara dengan suara lantang, memastikan semua orang mendengarnya. Dia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto. "Lihat ini! Katanya dia anak pembantu, tapi ternyata dia sering main ke rumah orang kaya. Dan pria tua ini..." Tiara menunjuk seorang pria paruh baya yang tampak berwibawa dalam foto, sedang memeluk Alea. "Ini buktinya dia wanita murahan, mendekati pria tua kaya!"

Beberapa siswi mendekat, penasaran. Foto itu memang asli. Alea memang terlihat memasuki sebuah rumah mewah dan disambut oleh seorang lelaki tua. Pada saat foto itu diambil, Alea sedang berkunjung ke rumah Arman dan bertemu dengan ayah Arman. Oleh Arman dan ayahnya, Alea dibimbing tentang ilmu manajemen bisnis yang pastinya akan berguna di kemudian hari. Namun, Tiara memutarbalikkannya menjadi fitnah keji.

"Lihat saja, dia itu pasti mengincar harta! Sama saja dengan ibunya yang dulu!" ejek Tiara, puas melihat bisik-bisik dan tatapan jijik dari teman-teman yang termakan fitnahnya.

Saat istirahat pun tiba. Alea seperti biasanya berada semeja dengan Axel dan kawan-kawan. Kebucinan Axel pada Alea tidak hanya terlihat di rumah, tetapi juga di sekolah. Siang itu di kantin yang ramai, Axel duduk di samping Alea, sementara teman-teman mereka yang lain sibuk memesan makanan. Alea sedang mengamati Ryan dan gengnya yang seperti biasa nongkrong dan menggoda beberapa siswi cantik di sekolah mereka.

Geng Axel dan kawan-kawan dijuluki sebagai 'Kelompok Kulkas' oleh sebagian besar siswi di sekolah. Julukan ini bukannya tanpa alasan. Ketika mereka berada di lingkungan sekolah dan di luar circle mereka, mereka akan menampilkan pembawaan yang dingin, tak terjamah oleh perempuan, jarang tersenyum, dan aura "I'm rich and famous" seolah melekat erat pada mereka. Ini yang membuat Ryan dan gengnya merasa iri pada Axel dan kawan-kawannya, yang meskipun 'kulkas', tetap menjadi idola banyak siswi.

Apalagi sekarang Ryan melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Alea tampak akrab dengan mereka dan bahkan terkesan memiliki hubungan khusus dan istimewa dengan Axel. Terlihat siang itu Axel duduk di samping Alea sambil menunggu pesanan mereka. Dengan gerakan lembut yang sudah sangat terbiasa, Axel menyingkirkan anak rambut Alea yang menjuntai ke sisi wajah Alea.

Gerakan dan perbuatan ini terlihat biasa saja untuk teman-teman Axel; mereka telah terbiasa melihat kebucinan dan tingkah manja Axel pada Alea. Mereka bahkan sudah malas menggoda karena itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Namun, tidak bagi Ryan. Hati Ryan panas terbakar cemburu, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya di bawah meja. Matanya menyipit melihat interaksi Alea dan Axel yang tampak begitu alami dan intim. Sementara itu, Axel asyik ngegombalin Alea tanpa memperdulikan sekitarnya, seolah dunia hanya milik mereka berdua.

"Makanannya lama, Boo. Aku jadi lapar, lapar perhatianmu," bisik Axel, tersenyum jahil.

"Aku sekarang tau kenapa teh ini rasanya sudah tak manis lagi.. Karena manisnya sudah habis olehmu Boo" sambungnya.

"Dan lagi sinar matahari sudah tak lagi terasa panas menerpa tubuhku... Karena tubuhku telah adem dengan kehadiranmu disisi ku". Lanjutnya sambil tersenyum lembut.

Bisik-bisik mereka terus saja dilakukan tanpa melihat keadaan. Sedangkan teman-teman Axel yang sudah gumoh dengan kebucinan Axel hanya bisa menatap kesal pada Axel. Axel pun melanjutkan gombalannya.

Alea hanya menggelengkan kepala, namun ada senyum samar di bibirnya. Perhatian Axel, meskipun terkadang berlebihan, selalu berhasil membuat hatinya terasa hangat di tengah dinginnya lingkungan sekolah. Sebuah kehangatan yang Ryan, dan terutama Tiara, tidak akan pernah bisa mengerti atau rasakan.

1
Naruto Uzumaki family
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!