NovelToon NovelToon
Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:622
Nilai: 5
Nama Author: Fay :)

Sinopsis



Ini berawal dari Nara yang dijodohkan oleh Ayahnya dengan laki-laki dewasa, umur mereka terpaut selisih 15 tahun. Dimana saat itu Nara belum siap dari fisik dan batinnya.


Perbedaan pendapat banyak terjadi didalamnya, hanya saja Rama selalu memperlakukan Nara dengan diam (sillent treatment) orang biasa menyebutnya begitu.


Semua permasalahan seperti tak memiliki penyelesaian, finalnya hilang dan seperti tak terjadi apa-apa.


Puncaknya saat Nara kembali bertemu dengan cinta pertamanya, rasanya mulai goyah. Perbandingan antara diamnya Rama dan pedulinya Mahesa sangat kentara jauh.


Rama laki-laki dewasa, hatinya baik, tidak gila perempuan dan selalu memberikan semua keinginan Nara. Tapi hanya satu, Rama tak bisa menjadi suami yang tegas dan tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah bagi Nara.


Pertemuan dan waktu mulai mempermainkan hati Nara, akankan takdir berpihak dengan cinta Rama atau mulai terkikis karna masa lalu Nara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fay :), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. perang cinta dan batin

   Nara terdiam, tubuhnya ingin menolak, tapi hatinya terasa berbunga bahagia.

   Nara sadar ia masih berstatus istri orang, tapi di sisi lain hatinya bak menemukan pelabuhan yang lebih tenang dan nyaman. Kapal yang diterjang ombak, seperti menemukan pelampung darurat bagi penumpangnya.

   Kejadian kemarin kembali menyadarkan otaknya, logika saja yang memulai kata penghianatan itu suaminya, bahkan dengan adanya adegan tak senonoh yang Nara lihat dengan mata kepalanya sendiri.

   Mahesa tetap menunggu, memperhatikan akan seperti apa reaksi Nara. Sudah menerimanya atau masih bergulung di dalam kawah yang menyakitkannya.

   “Esa… sembuhkan luka ku ya.”

   Mahesa yang mendengar ucapan dari Nara, seperti menemukan bongkahan emas.

   Senyum Mahesa mengembang, “pasti sayang, aku akan menyembuhkan luka itu dengan obat yang akan memabukkan mu.” Ucapnya meyakinkan.

   Mahesa memeluk tubuh Nara, dengan ragu-ragu Nara membalas rengkuhan hangat itu di tubuhnya.

   Mahesa mengusap pelan rambut lurus yang panjang milik Nara, mengecup keningnya pelan dan lembut, menunjukkan jika dirinya masih memiliki rasa yang sama saat mereka dulu merasakan cinta.

   Nara memejamkan matanya, mulai terbuai dan akan mencoba apa yang membuatnya bahagia, sekalipun itu jalan yang tak seharusnya dia ambil.

*

*

*

   Ruang tengah selalu menjadi tempat bagi mereka bertukar cerita, sama halnya kali ini, mereka duduk berdampingan tanpa selisih ruah ditengahnya. 

   Waktu seperti merestui mereka, suami Nara yang berdusta dan istri Mahesa yang sibuk sendiri dengan kerjaannya.

   “Istri kamu gimana Sa?”

   Mahesa kembali merengkuh bahu Nara, menyandarkan kepala Nara pada bahu kekarnya, “biar aku yang urus, kamu tinggal bahagia sama aku dan terus percaya.” Jelasnya.

   Pandangan Nara lurus ke depan, masih ada keraguan dalam dirinya, “aku nggak mau sampe dikatain ngerebut suami orang.” Pikirannya mulai gusar.

   “Itu tidak akan terjadi.” Tegas Mahesa.

   “Aku yang tau semuanya tentang dia, kamu nggak usah khawatir lagi hemm.” Belai Mahesa dibahu kecil milik Nara.

   Nara menganggukkan kepalanya, tanda menyetujui apa yang Mahesa yakinkan padanya.

   Nara merubah arah pandangannya, mendongak melihat ke arah wajah Mahesa yang mendamaikan hatinya, “kenapa aku selalu gagal Sa?”

   Mahesa mengusap lembut pipi Nara, matanya memancarkan ketulusan, “bukan kamu, tapi mereka yang nggak cukup mampu menghargai sempurnanya kamu.”

   “Apa aku banyak kurangnya ya?” Lagi pertanyaan dengan nada penuh keraguaan dalam dirinya.

   Mahesa tersenyum hangat, “ada aku yang akan menerima kurangnya kamu, dulu, hari ini, sampai seterusnya.” 

   “Jangan sakiti aku juga ya!” Ucap Nara melemah.

   “Aku bukan orang bodoh seperti mereka sayang. Dulu aku memang belum dewasa, tapi sekarang aku sudah banyak tau tentang hal yang harus aku lakukan. Kamu harus percaya itu.” Tekan Mahesa, ucapannya sangat ingin meluluhkan hati Nara yang masih bimbang.

   Nara tetap memandang indah manusia di hadapannya, menikmati setiap pahatan wajah kesukaannya. Matanya yang memancarkan kehangatan, hidungnya mancung, alisnya tebal penuh ketegasan, bibirnya tebal seperti manis sekali.

   Sama halnya dengan Mahesa, dia diam memperhatikan wajah kecil milik Nara, ‘lama aku mencari mu bahkan sampai bertahun-tahun, bayang-bayang mu begitu istimewa untuk di lupakan. Tak akan aku lepas apa yang sudah aku genggam.’

   Belaian lembut Mahesa berikan pada wajah Nara, memberi kenyamanan yang nyata pada kulit tubuhnya.

   Tangannya yang besar merangkup wajah Nara, dengan perlahan ia raba semua ukiran wajah cantik milik kekasih gelapnya itu, “kamu tetap indah yang aku banggakan, rasanya cinta ku belum pernah luntur sejak dulu.”

   Nara menikmati setiap belaian halus yang ia terima, memejamkan matanya meresapi jika di depannya adalah orang yang nyata, memberikan kata cinta dan tempat yang nyaman untuk dirinya bersandar.

   Pelan sentuhannya membelai bibir sedikit tebal milik Nara, jakunnya naik turun, entah kenapa fantasinya terlalu memuncak saat membayangkan wajah Nara, dan hari ini bayangan itu nyata ada di depan matanya.

   Mahesa memajukan wajahnya, sedikit memiringkan posisi agar menemukan cara yang begitu nyaman. Pelan dia menempelkan bibirnya pada bibir Nara, belum bergerak, ia ingin melihat akan bagaimana Nara menerima atau menolak.

   Waktu terus berjalan, suasananya menjadi sayu. Nara diam tak melakukan perlawanan, dengan sangat hati-hati Mahesa mulai menggerakkan bibirnya, menyatukannya membuat bukti yang nyata untuk Nara.

   Nara masih diam saja, banyak kata tapi di benaknya, namun hatinya tak mau lagi memikirkan itu semua, satu yang penting dia akan memulai bahagianya.

   Mahesa menggigit sedikit bibir Nara agar memudahkannya menyisiri seisi didalam mulut Nara, lenguhan lemah keluar dari mulut Nara, membakar hawa yang semakin memanaskan jiwa.

   Ia membuka matanya, ingin melihat bagaimana wajah cantik itu tengah menikmati usahanya.

   Mereka sudah sama-sama dewasa hal-hal seperti itu sudah sering terjadi dalam diri mereka.

   Waktu terus berjalan, detak jantung yang menggebu kian seperti menabung gendrang, cepat lajunya. Seperti ada yang aneh dalam perut mereka, kupu-kupu serasa berterbangan.

   Mahesa mulai menggerakkan tangannya menyusuri wajah Nara, turun kearah leher jenjang yang putih itu, begitu sampai pada gundukan yang biasa menyalurkan hasrat, Nara terdiam. Mahesa yang melihat reaksi Nara, pelan ia melepas penyatuan bibir mereka.

   “Aku ingin memberimu bukti Ara sayang, agar kamu percaya jika aku sepenuhnya untuk kamu.” Suaranya memberat, hasrat yang sudah berkumpul di ubun-ubun serasa begitu memabukkannya.

   Nara menunduk, dadanya masih naik turun karna detak jantungnya yang begitu keras, “aa-aku takut Sa.” Suaranya terbata.

   Mahesa mengambil alih genggaman tangan Nara, membawanya ke atas pangkuan, berusaha meyakinkan. 

   “Jadi kamu nggak percaya cinta ku?” tanya Mahesa menyudutkan Nara.

   Pandangan Nara naik, meneliti semua pancaran yang di tunjukkan Mahesa. Memang serius dan tulus, “percaya, tapi..”

   “Ini akan jadi bukti, kalo aku nggak akan ninggalin kamu, begitupun sebaliknya. Bukan hanya kamu yang butuh bukti, tapi aku juga.” Kata-katanya menusuk hati Nara.

   Otak Nara rasanya ramai dengan keadaan dan situasinya yang masih sama-sama berstatus memiliki pasangan, tapi lain di hatinya yang sudah menaruh banyak harap pada Mahesa.

   Mahesa mengangkat wajah Nara, mengunci pandangannya agar selalu melihat kearahnya, “apa kamu masih ragu sama aku Ra?” Selembut mungkin ia bersuara.

   “Apa kamu yakin kita akan sejauh itu? Kita sama-sama berpasangan, akan bagaimana kedepannya Sa.” Pertanyaan yang sejak tadi menyerang otak Nara akhirnya ia lontarkan.

   Mahesa menarik sudut bibirnya, “aku tak akan membawa mu ke tempat yang bahaya, aku akan melindungi mu, sekalipun yang harus aku lawan itu istri ku dan suami mu.” ucapnya tenang, seperti memberi kedamaian.

   “Janji.” Tekannya lagi, tangannya terbentang ingin melihat balasan dari Nara.

   Nara menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan Mahesa, kuat ia menyalurkan kehangatan agar Nara tidak goyah, di balik tubuh Nara sudut bibir Mahesa tertarik sebelah, matanya menyipit, entah apa yang kini ada dalam pikiran Mahesa.

~

1
L3xi♡
Nangis deh 😭
Fay :): sedih ya kak 😢😢
total 1 replies
pEyt
Jelasin semua dengan detail
Fay :): siap kak.
masih outor amatir, kritik dan sarannya sangat diperlukan.
terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!