Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Bab 1. Tentang Nara

Bab 1. Tentang Nara

   “Ini yang terbaik untuk mu Nara.” Ucap seorang pria dewasa dengan nada tegas. 

   “Tapi umurku terlalu jauh dengan laki-laki pilihan Ayah, 15 tahun! .” Jelas wanita yang berparas cantik di hadapannya, dengan nada sedikit meninggi. 

   “Kamu lihat, anak mu semakin hari semakin besar. Siapa yang akan menafkahi kalian?” Tunjuknya ke arah anak laki-laki yang ada di pangkuan Nara.

   Seketika Nara terdiam, isi kepalanya langsung ramai berlalang buana kesana kemari.

   Bagaimana Ibunya yang dulu berjuang untuk Nara dan Adiknya, yang bernama Ananta. Bagaimana usaha Ibunya membahagiakan anak-anaknya hingga ajal menjemputnya.

   Dulu Ayahnya sangat egois menurut Nara, Ayahnya memang bekerja tapi hasilnya tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan mereka.

   Hingga suatu saat pertengkaran hebat terjadi di antara orang tua Nara, ntah masalah apa yang memulainya pertengkaran tapi Nara mengetahui isi di dalamnya pasti soal perekonomian.

   Nara sudah cukup mampu menelaah pertengkaran orang tuanya, dia sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Bagaimmana keluarnya teriakan dan lemparan benda pecah nyaring di pendengaran Nara.

   Ibu Nara memilih merantau keluar negeri demi mencukupi kebutuhan mereka semua, yang mana suaminya pun sudah tak mau menau urusan rumah tangganya sendiri.

   Sekitar 5 tahun merantau dan memilih pulang, akhirnya Ibu Nara mengalami penyakit berat yang lumayan sulit disembuhkan dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya disaat Nara masih berumur 20 tahun. 

   Dalam perjuangan melawan sakitnyapun Ayah Nara tidak peduli, hingga Ibu Nara memilih tinggal dirumah orang tuanya sendiri yang jaraknya lumayan jauh dari rumah suaminya.

  “Aku tak akan mampu terus menafkahi kalian, bagaimana dengan ibu sambung dan adik tirimu yang sudah banyak mengalah disini!” Lanjut Ayah Nara dengan intonasi yang cukup tinggi. 

   Nara tersentak dari berisiknya isi kepalanya, bulir air mulai mengalir pelan keluar dari pelupuk matanya yang indah.

   Hingga akhirnya… 

   “Baiklah jika itu mau Ayah, dan aku berterima kasih atas semua usaha Ayah untuk ku dan anak ku.” ucap Nara bergetar, hingga air matanya mulai deras menetes.

   “Maaf jika hidup ku dan Airel terlalu menyusahkan selama ini, mungkin sering mengganggu kenyamanan istri dan anak Ayah.” Lanjutnya dengan suara yang semakin lirih. 

   Nara beranjak dari tempat duduknya, menggendong Airel didekapannya. Sebisa mungkin Nara menghapus air matanya dan berusaha menahan agar tak menangis dihadapan buah hatinya.

*

*

*

   Ia memandangi wajah kecil yang kini tengah tenang dan menyelami alam mimpinya itu. Airel Narayan, yang biasa Nara panggil Airel, anaknya yang pertama dengan mantan suaminya dulu. 

   Itu juga hasil perjodohan dari Ayahnya, saat Nara berumur 22 tahun ia dijodohkan dengan anak teman Ayahnya.

   Pernikahan yang baru berumur 2 tahun harus kandas, Nara sudah tidak mampu menahan kerasnya sifat suaminya. Karna perselisihan paham dan kdrt yang Nara alami, akhirnya Nara memilih bercerai. 

   Saat itu Airel masih berumur 3 bulan, Nara memilih pulang kembali ke rumah Ayahnya untuk meminta perlindungan.

   Nara heran kenapa Ayahnya suka sekali menjodohkan Nara. Kali ini terulang kembali, padahal Nara berpisah dengan suaminya masih baru berjalan 8 bulan dan kini dijodohkan dengan pria yang hampir setara umurnya dengan Ayahnya. 

   Ingin sekali rasanya Nara menolak dan melawan keinginan Ayahnya, tapi mau bagaimanapun usahanya pasti akan gagal. Sepertinya sifat keras yang Ayah Nara miliki sudah mendarah daging dalam dirinya. 

*

*

*

   “Halo.. Bagaimana kabarmu dan istrimu Nata?” Ucap Nara berbicara dengan ponsel yang kini tengah ia genggam.

   “Semua baik kak, hanya mulut tetangga yang kurang baik.” Sautan dari sebrang telefon yang Nara pegang. 

   “Kakak gimana kabarnya? Dan kemana ponakanku yang ganteng seperti Omnya itu?” Lanjutnya.

   “Airel sedang tidur. Aku ingin memberimu kabar Nat.” Ucap Nara dengan nafas berat. 

   “Ada apa kak? Terdengar dari suaramu sepertinya kabarnya kurang enak ditelinga ya.”

   “Ayah akan menjodohkan kakak lagi Nat.” Nara menghela nafas panjang. 

   “Apa..” Dari suaranya saja pasti Nata terkejut dengan berita yang Kakaknya sampaikan.

   “Baru juga 8 bulan Kak. Laki-laki mana yang dipilih Ayah kali ini!” Ini bukan pertanyaannya melainkan kalimat penuh keheranan yang Nata sampaikan. 

   “Nanti pasti Ayah akan memberimu kabar juga, tapi gapapa Kakak terima kok perjodohan ini.” Jelas Nara. 

   “Wih, pasti pilihan kali ini mapan, tampan dan baik ya Kak. Buktinya Kakak juga setuju.”

   Panggilan dalam telepon itu terputus, Nara menghela nafas berat dalam dirinya. Ingin rasanya menolak tapi mungkin takdir tengah tak memihak kepadanya. 

   Angan-angan Nara terus berputar, dimana saat hari kepergian Ibunya yang masih baru 2 bulan, Ayahnya sudah membawa istri baru dan anak tirinya ke rumah.

   Bagaimana sakitnya Nara menerima kenyataan pahit itu. Bukan Nara tak menerima, hanya saja liang lahat milik Ibunya saja masih basah, luka yang menggores dihatinya juga masih baru, tapi Ayahnya seperti menyiram luka itu kembali dengan air garam.

   Tak selesai dari itu hanya selisih beberapa bulan, Ayahnya menjodohkan Nara dengan anak dari teman baiknya, yang menjadi Ayah dari Airel itu. 

   Menurut pendapat Ayah Nara, dia laki-laki yang baik, tegas dan mapan. Tapi kenyataannya Nara menerima ketegasan itu dari pukulan, bentakan dan mungkin yang dibilang mapan adalah harta dari orang tuanya yang terus mantan suami Nara hamburkan. 

   Nara sudah mencoba ingin memperbaiki hubungannya dulu, tapi mungkin memang bukan jodoh. Nara terus menerus mengalah, tapi suaminya semakin semau dan seinginnya saja.

   Kata-kata kasar yang terlontar, serta hinaan karna Nara berasal dari keluarga yang kurang berada dan kurang harmonis, dan finalnya setelah terus-terusan diusir Nara memilih berhenti berjuang dan pulang kembali ke rumah orang tuanya. 

   Belum lepas dari rasa trauma akan rumah tangganya, kini Nara harus merasa asing dan merasakan ketidak adilan dari perilaku Ibu sambungnya.

   Sekuat mungkin Nara bertahan, setidaknya sampai anaknya tumbuh sedikit besar, Nara ingin mencari kerjaan sendiri untuk mencukupi kebutuhannya dan anaknya.

   Memilih keluar dari rumah yang dulu membuatnya nyaman saat ada Ibu didalamnya. Belum juga terealisasikan niat Nara, Ayahnya kembali melukai hati Nara, perjodohan yang kedua kali. 

   Bukan Nara tak ingin patuh, tapi rasanya Nara masih memiliki trauma untuk memulai lagi berumah tangga.

   Tangis terus mengiringi hidup Nara, “kenapa harus aku, apakah bahuku sekuat itu.” ucapnya sangat lirih.

*

*

*

   “Nara ada tamu untuk mu, cepat keluar dan berpakaian sedikit rapi.” Itu suara Ibu tiri Nara yang berasal dari luar kamarnya.

   Jantung Nara kembali berdetak cepat, apakah ini pilihan Ayah Nara yang akan dijodohkan dengannya.

   Segera Nara turun dan bersiap, Nara tak ingin jika sampai Ayahnya yang turun tangan menyeretnya keluar dari kamar ini kedepan.

   “Semoga semuanya baik.” Ucap Nara dalam hati menenangkan langkah dirinya.

*

*

*

Episodes
1 Bab 1. Tentang Nara
2 Bab 2. perkenalan
3 Bab 3. Ajakan makan malam
4 Bab 4. Malam bersama
5 Bab 5. Tamu dadakan
6 Bab 6. Lamaran
7 Bab 7. pernikahan
8 Bab 8. Pernikahan yang sendu
9 Bab 9. Hari yang panjang
10 Bab 10. Benih yang mulai tumbuh
11 Bab 11. Hari-hari manis bersama
12 Bab 12— Ketika Diam Menjadi Jarak
13 Bab 13. Sifat perlahan muncul ke permukaan
14 Bab 14. Hari manis bersamamu
15 Bab 15. Perpisahan Sementara
16 Bab 16. bertemu kembali, Mahesa
17 Bab 17. suami yang dingin, mantan yang hangat
18 Bab 18. hal kecil yang memabukkan
19 Bab 19. Luka yang belum kering
20 Bab 20. awal dari cinta yang salah
21 Bab 21. Aku, kamu, kita
22 Bab 22. perang cinta dan batin
23 Bab 23. biar waktu habis bersama
24 Bab 24. malam beriringan
25 Bab 25. malam panjang, tanpa penghalang
26 Bab 26. Apa hubungannya?
27 Bab 27. pikiran mulai melayang
28 Bab 28. bahkan diri ku tak sebanding dengannya
29 Bab 29. Ragu dan penyesalan mulai menguar
30 Bab 30. Apa yang sebenarnya terjadi?
31 Bab 31. penjelasan
32 Bab 32. langkah awal Nara
33 Bab 33. Nara dan Laras
34 Bab 34. Mahesa Adji
35 Bab 35. Investigasi pertama
36 Bab 36. Tuhan, tolong aku
37 Bab 37. Perpisahan Laras dan Nara
38 Bab 38. pandangan yang menjijikan
39 Bab 39. luka yang tak berdarah
40 Bab 40. lika liku kehidupan
41 Bab 41. Rumah Mbak Mirna
42 Bab 42. Lantas, siapa yang benar?
43 Bab 43. pikiran mulai terbuka
44 Bab 44. Satu beban lagi
45 Bab 45. Tamu yang tidak disangka
46 Bab 46. Bukan aku dalang yang sebenarnya, Nara
47 Bab 47. Laki-laki yang aku cintai
48 Bab 48. Luka dan hidup Laras
49 Bab 49. Mereka indah, meski diterjang badai
50 Bab 50. Mencintai atau obsesi
51 Bab 51. Rindu lama yang terpendam
52 Bab 52. Hangat dan penuh cinta
53 Bab 53. merindukan mu Anara
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1. Tentang Nara
2
Bab 2. perkenalan
3
Bab 3. Ajakan makan malam
4
Bab 4. Malam bersama
5
Bab 5. Tamu dadakan
6
Bab 6. Lamaran
7
Bab 7. pernikahan
8
Bab 8. Pernikahan yang sendu
9
Bab 9. Hari yang panjang
10
Bab 10. Benih yang mulai tumbuh
11
Bab 11. Hari-hari manis bersama
12
Bab 12— Ketika Diam Menjadi Jarak
13
Bab 13. Sifat perlahan muncul ke permukaan
14
Bab 14. Hari manis bersamamu
15
Bab 15. Perpisahan Sementara
16
Bab 16. bertemu kembali, Mahesa
17
Bab 17. suami yang dingin, mantan yang hangat
18
Bab 18. hal kecil yang memabukkan
19
Bab 19. Luka yang belum kering
20
Bab 20. awal dari cinta yang salah
21
Bab 21. Aku, kamu, kita
22
Bab 22. perang cinta dan batin
23
Bab 23. biar waktu habis bersama
24
Bab 24. malam beriringan
25
Bab 25. malam panjang, tanpa penghalang
26
Bab 26. Apa hubungannya?
27
Bab 27. pikiran mulai melayang
28
Bab 28. bahkan diri ku tak sebanding dengannya
29
Bab 29. Ragu dan penyesalan mulai menguar
30
Bab 30. Apa yang sebenarnya terjadi?
31
Bab 31. penjelasan
32
Bab 32. langkah awal Nara
33
Bab 33. Nara dan Laras
34
Bab 34. Mahesa Adji
35
Bab 35. Investigasi pertama
36
Bab 36. Tuhan, tolong aku
37
Bab 37. Perpisahan Laras dan Nara
38
Bab 38. pandangan yang menjijikan
39
Bab 39. luka yang tak berdarah
40
Bab 40. lika liku kehidupan
41
Bab 41. Rumah Mbak Mirna
42
Bab 42. Lantas, siapa yang benar?
43
Bab 43. pikiran mulai terbuka
44
Bab 44. Satu beban lagi
45
Bab 45. Tamu yang tidak disangka
46
Bab 46. Bukan aku dalang yang sebenarnya, Nara
47
Bab 47. Laki-laki yang aku cintai
48
Bab 48. Luka dan hidup Laras
49
Bab 49. Mereka indah, meski diterjang badai
50
Bab 50. Mencintai atau obsesi
51
Bab 51. Rindu lama yang terpendam
52
Bab 52. Hangat dan penuh cinta
53
Bab 53. merindukan mu Anara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!