Shanaira Monard tumbuh dalam keluarga kaya raya, namun cintanya tak pernah benar-benar tumbuh di sana. Dicintai oleh neneknya, tapi dibenci oleh ayah kandungnya, ia menjalani hidup dalam sepi dan tekanan. Ditengah itu ada Ethan, kekasih masa kecil yang menjadi penyemangatnya yang membuatnya tetap tersenyum. Saat calon suaminya, Ethan Renault malah menikahi adik tirinya di hari pernikahan mereka, dunia Shanaira runtuh. Lebih menyakitkan lagi, ia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tengah mengandung anak dari malam satu-satunya yang tidak pernah ia rencanakan, bersama pria asing yang bahkan ia tak tahu siapa.
Pernikahannya dengan Ethan batal. Namanya tercoreng. Keluarganya murka. Tapi ketika Karenin, pria malam itu muncul dan menunjukkan tanggung jawab, Shanaira diberi pilihan untuk memulai kembali hidupnya. Bukan sebagai gadis yang dikasihani, tapi sebagai istri dari pria asing yang justru memberinya rasa aman.
Yuk ikuti kisah Shanaira memulai hidup baru ditengah luka lama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Suprise Dinner
Malam yang telah lama dinanti-nanti akhirnya tiba. Acara Valentine yang diselenggarakan oleh hotel Renault berjalan dengan lancar, dan suasana di restoran begitu meriah. Dekorasi mewah, musik lembut yang mengalun di latar belakang, serta meja-meja yang dipenuhi dengan hidangan lezat, menciptakan atmosfer yang romantis dan penuh cinta. Semua orang tampaknya menikmati malam ini, termasuk para tamu yang datang untuk merayakan hari penuh kasih.
Shanaira sibuk mengawasi seluruh jalannya acara, memastikan setiap detil sesuai rencana. Di sisi lain, Ethan tampak gelisah meski berada di tengah keramaian, matanya sesekali mencari-cari sosok yang tidak bisa ia lupakan. Di antara tamu-tamu yang hadir, dia tahu siapa yang sangat ia inginkan untuk dilihat—Shanaira. Tetapi dia tahu betul, perasaan itu sudah tidak lagi bisa terwujud, meskipun hatinya masih terasa berat.
Sementara itu, Claira, yang sudah berada di samping Ethan, berusaha untuk terus berbicara dengannya dan membuatnya merasa nyaman. Ia tahu, malam ini adalah kesempatan besar baginya untuk semakin mendekatkan diri kepada Ethan. Namun, senyum manis Claira tidak bisa menutupi kecemasannya; dia tahu ada sesuatu yang mengganjal dalam hati Ethan, sesuatu yang mungkin tidak bisa dia ucapkan.
Di meja yang terpisah, Karenin mengamati Shanaira dengan penuh perhatian. Meskipun malam itu ia tidak berada di pusat perhatian, ia tetap memastikan bahwa Shanaira merasa nyaman dan mendapat dukungan penuh. Lengan kekar dan tatapan penuh kasih sayang yang ia arahkan kepada Shanaira terlihat jelas meskipun ia menjaga jarak.
Shanaira yang sibuk dengan pekerjaannya tidak menyadari bahwa Karenin diam-diam mengamati setiap gerak-geriknya. Saat beberapa tamu menghampirinya untuk memberi pujian atas keberhasilan acara, ia mengangguk dengan senyum kecil, tetapi pikirannya tidak bisa lepas dari Karenin. Ketegangan yang dialaminya sepanjang hari mulai terasa mengganggu. Di satu sisi, ia bahagia karena acara Valentine sukses besar, tetapi di sisi lain, ia merasa perasaan antara dirinya dan Ethan belum sepenuhnya hilang.
Saat suasana semakin malam, Ethan dan Claira berjalan menuju meja mereka. Ethan bisa merasakan perasaan yang saling bertabrakan dalam dirinya. Claira menggenggam lengannya dengan erat, tetapi hatinya tidak bisa menahan desakan kenangan yang masih membayangi dirinya tentang Shanaira.
“Ethan, kamu tidak bisa terus terlarut dalam masa lalu,” kata Claira dengan nada lembut, berusaha menenangkan Ethan. “Aku di sini untuk kamu, kan?”
Ethan menoleh, sedikit ragu. “Aku tahu,” jawabnya pelan, masih merasakan ketegangan yang tak bisa dia lepaskan. “Tapi, rasanya sulit untuk melupakan semuanya begitu saja.”
Claira menghela napas, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. “Kamu tidak perlu melupakan semuanya. Kita bisa mulai dari sini. Aku ingin kita bersama, dan aku akan ada di sisimu, apapun yang terjadi.”
Claira tidak mengerti, apa istimewanya Shanaira sehingga Ethan masih tidak membencinya setelah semua yamg dilakukan Shanaira. Shanaira selingkuh dari Ethan, tapi Ethan tetap saja mencintainya.
Apakah dia harus terus menjadi bayangan Shanaira? Tidak bisakah Ethan menoleh padanya? Apa kurangnya dia?
Claira semakin membenci Shanaira. Kenapa semuanya harus berpusat pada Shanaira?
Sementara itu, Shanaira melirik ke arah Ethan dan Claira yang sedang duduk di meja mereka. Sebuah rasa aneh menyelimuti hatinya. Apa yang sebenarnya dia rasakan? Sebuah perasaan tak menentu datang begitu saja, campuran antara kebingungan, rasa bersalah, dan sebuah kehilangan yang tak bisa ia jelaskan. Tapi, dia tahu satu hal—dia tidak bisa kembali ke masa lalu. Dia harus menerima kenyataan bahwa hidupnya telah berubah, dan dia harus melangkah ke depan.
Ketika acara hampir berakhir, Karenin menghampiri Shanaira dengan senyuman di wajahnya, dan Shanaira merasa sedikit lega melihatnya. “Sudah selesai?” tanya Karenin, suaranya tenang, namun penuh perhatian.
Shanaira mengangguk pelan, “Ya, semuanya berjalan lancar. Terima kasih sudah selalu ada di sini.”
Karenin melangkah mendekat, lalu meletakkan tangan di punggungnya dengan lembut. “Kamu sudah melakukan pekerjaan luar biasa. Tapi, jangan lupa untuk istirahat juga, ya?”
Shanaira tersenyum kecil, merasakan kenyamanan di hadapan pria itu. Meskipun hari itu penuh dengan tekanan dan perasaan yang membingungkan, keberadaan Karenin memberikan rasa aman yang tak tergantikan.
Claira yang melihat mereka berdua dari jauh tidak bisa menahan rasa tidak senangnya. Sesuatu dalam dirinya merasa terancam. Ketika dia melihat Shanaira dan Karenin berbicara begitu akrab, dia tahu, dia harus lebih berhati-hati. Bagaimanapun juga, Claira ingin Ethan menjadi miliknya, dan dia tidak akan membiarkan siapa pun merebut perhatian Ethan darinya.
Tengah malam tiba, acara Valentine di hotel Renault pun resmi berakhir. Para tamu perlahan-lahan meninggalkan restoran, dan suasana yang tadinya penuh dengan tawa kini berubah menjadi tenang. Shanaira berdiri di luar restoran, menatap bintang-bintang di langit malam, merenungkan banyak hal yang terjadi.
Karenin berdiri di sampingnya, memberi ruang namun tetap dekat. “Bagaimana perasaanmu setelah acara ini?” tanya Karenin, suara lembutnya melayang di udara malam yang sejuk.
Shanaira menghela napas panjang, merasa lega, namun ada rasa hampa yang tetap mengikutinya. “Aku merasa... semua ini berjalan lancar, tapi entah kenapa aku merasa kosong.”
Dulu Shanaira melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati dan harapan. Sebuah harapan Ethan akan lebih menyukainya dan merasa bangga padanya. Sekarang... semua itu tidak perlu dan dia bekerja layaknya karyawan pada umumnya.
Karenin menatapnya dengan penuh pengertian. “Kamu sudah melakukan yang terbaik, Shanaira. Semua ini mungkin berat, tapi kamu akan menemukan jalanmu. Aku akan ada di sini, tidak peduli apa pun yang terjadi.”
Shanaira menoleh dan tersenyum kecil, mengangguk pelan. “Terima kasih, Karenin. Aku merasa lebih baik saat ada kamu.”
"Kamu tidak makan banyak di pesta tadi. Bagaimana kalau kita makan dulu di restoran sebelum pulang?" Ajak Karenin mengingat Shanaira hanya makan sepotong kue sebelumnya.
"Um, sepertinya aku memang merasa lapar." Shanaira memegang perutnya yang protes minta makan.
"Baiklah, ayo pergi." Keduanya berjalan bersama menuju Aurore Resto.
Karenin, dengan senyum lembut, mengarahkan Shanaira ke ruang makan pribadi yang telah dipersiapkan khusus untuk malam ini. Begitu pintu dibuka, Shanaira terkejut melihat suasana yang begitu istimewa.
Meja makan yang terletak di tengah ruangan dihiasi dengan taplak meja putih bersih, lilin-lilin kecil yang menyala di sekelilingnya, dan buket bunga mawar merah yang harum di atas meja. Di samping itu, hidangan yang disajikan terlihat menggugah selera, menambah kehangatan malam yang sudah terasa begitu pribadi.
"Ini... indah sekali, Karenin," Shanaira berkata, suaranya hampir berbisik.
Karenin tersenyum dan membimbing Shanaira untuk duduk. "Aku hanya ingin membuatmu merasa spesial malam ini," jawabnya singkat. "Aku tahu betapa beratnya hari ini, jadi biarkan aku memberi sedikit ketenangan."
Shanaira duduk di kursi yang telah disiapkan oleh Karenin, matanya masih memandangi dekorasi ruangan yang begitu indah. Hidangan yang tersaji di depan mereka benar-benar menggugah selera. Namun, meskipun suasana malam itu romantis, ada bagian dari dirinya yang terasa sedikit gelisah.
Karenin duduk di seberang meja, melihat Shanaira yang masih terdiam. Ia tahu, ada banyak hal yang harus diselesaikan dalam hati Shanaira, dan mungkin, satu di antaranya adalah kenangan lama tentang Ethan.
shanaria biar ketemu bapak dari adek bayi yang ada diperutnya 😌
baca pelan2 ya sambil rebahan 🤭
salam kenal dari 'aku akan mencintaimu suamiku,' jangan lupa mampir 🤗
jangan lupa mampir jg di Menaklukan hati mertua mksh