Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.
Acara pernikahan Gerry dan Ine sangat panjang. Pagi hari akad nikah, siang hari resepsi pernikahan Gerry dan Ine khusus untuk keluarga. Malam hari digelar pesta dengan mengundang teman-teman Gerry, relasi bisnis Gerry dan relasi bisnis orang tua Gerry.
Yanuar dan Yulia hadir juga di acara pesta. Sedangkan orang tua Yanuar tidak ikut ke acara pesta. Mereka merasa lelah, mereka memilih untuk beristirahat di kamar.
Selama pesta berlangsung Yulia menempel terus pada Amanda. Sedangkan Yanuar terlihat sedang berbincang-bincang dengan para tamu. Ternyata diantara tamu yang diundang malam itu beberapa orang diantara mengenal Yanuar.
Amanda sedang duduk bersama dengan Yulia dan Rahma, tiba-tiba Sinta datang menghampiri mereka bersama seorang wanita dan pria.
“Amanda. Kenalkan ini Tante Ides dan Om Reno, mama dan papa Radit,” ujar Sinta. Amanda langsung berdiri dari tempat duduk. Ia menyalami Ides dan Reno.
“Cantik sekali anakmu, Sin,” puji Ides. Sinta hanya tersenyum mendengar pujian Ides.
“Pantas saja Radit uring-uringan karena tidak bisa ikut ke pesta pernikahan Gerry. Dia hampir batal ikut seminar karena ingin bertemu dengan Amanda,” lanjut Ides.
Amanda tersenyum kaku mendengar perkataan Ides. Ia takut Yulia mendengar perkataan Ides dan menceritakan hal ini kepada Yanuar. Biasanya anak seumuran Yulia suka menceritakan hal menarik yang ia lihat dan dengar kepada orang tuanya. Amanda tidak ingin Yanuar salah paham lagi kepadanya.
“Seminar sangat penting untuk karier Radit. Kalau bertemu Amanda bisa kapan saja,” ujar Sinta.
“Radit sibuk sekali, Sin. Sampai susah mengatur jadwal untuk bertemu dengan Amanda,” kata Ides.
“Nanti juga ada waktu luang,” ujar Sinta.
Ides melihat Yulia dan Rahma yang duduk di sebelah Amanda. “Ini siapa, Sin?” Ides menunjuk ke Yulia dan Rahma.
“Oh, Ini Yulia, anak General Manager di hotel Sultan,” jawab Sinta. Yulia berdiri dari tempat duduk lalu mencium tangan Ides dan Reno.
“Kalau itu Rahma, istri Rendi pemilik hotel Sultan.” Sinta menunjuk ke Rahma. Rahma berdiri lalu menyalami Ides dan Reno. Setelah berkenalan dengan Amanda, Sinta mengajak Ides dan Reno pergi dari tempat itu. Amanda pun merasa lega.
Malam kian larut, para tamu satu persatu meninggalkan ballroom. Yanuar datang menghampiri Amanda dan Yulia. Yanuar duduk bersama mereka.
Sinta mengamati Yanuar dan Amanda dari jauh. Ia melihat wajah Amanda terlihat senang ketika duduk di dekat Yanuar. Ia memperhatikan cara Amanda memandang Yanuar. Amanda terlihat seperti menyukai Yanuar.
Sinta juga memperhatikan Yanuar. Yanuar memperlakukan Amanda dengan baik dan sopan. Namun, Sinta menginginkan Amanda mendapatkan calon suami yang lebih dari seorang General Manager.
‘Mungkin kalau Amanda menyukai tipe businessman. Ia tidak menyukai tipe dokter,’ kata Sinta di dalam hati.
‘Aku akan kenalkan dengan anak temanku yang menjadi CEO,’ lanjut Sinta di dalam hati.
.
.
.
Amanda fokus ke layar laptop. Ia sedang mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan besok. Tiba-tiba terdengar suara dering telepon yang berada di sebelah laptop. Amanda menoleh ke layar telepon, di layar telepon tertulis ‘mama calling.’
Amanda mengambil telepon seluler lalu menjawab telepon. “Assalamualaikum,” ucap Amanda.
“Waalaikumsalam. Amanda, kamu sedang apa?” Terdengar suara Sinta di telepon.
“Amanda lagi mengerjakan tugas,” jawab Amanda.
“Begini Amanda, ada anak teman Mama seorang pengusaha muda. Namanya Reza. Mama mau kenalkan kamu dengan Reza. Kebetulan besok dia akan ke Bandung, dia ada rapat di Bandung. Mama sudah minta dia meluangkan waktu untuk bertemu sama kamu. Ternyata dia mau bertemu sama kamu. Dia mengundangmu untuk makan malam di restoran hotel tempat ia menginap,” ujar Sinta panjang lebar.
Amanda menghela napas. Lagi-lagi mamanya berusaha menjodohkannya dengan anak dari teman-temannya.
“Ma, Amanda tidak mau kencan buta lagi. Amanda sudah punya pacar,” kata Amanda.
“Siapa? Yanuar? General Manager hotel Sultan?” tanya Sinta langsung tanpa basa basi.
Amanda terkejut mendengar pertanyaan Sinta. Bagaimana Sinta bisa tahu padahal ia belum menceritakan kepada Sinta.
“Kalau nikah sama dia, kamu mau dikasih makan apa?” tanya Sinta lagi. Ia menunjukkan rasa tidak suka kepada Yanuar.
“Dikasih makan nasi, dong, Ma. Masa dikasih makan batu krikil,” jawab Amanda dengan santai. Ia berharap Sinta tidak serius dengan pertanyaannya.
“Amanda, dia itu cuma General Manager. Mana bisa dia menghidupi kamu,” ujar Sinta. Ia ingin Amanda sadar karena sudah salah memilih laki-laki yang akan dijadikan calon suami.
Amanda kecewa mendengar perkataan mamanya. “Mama kok begitu sama Bang Yanuar?” tanya Amanda dengan nada kecewa. Tidak terasa air mata menggenang di pelupuk matanya.
“Pacar Mama juga seorang General Manager. Kenapa Mama mau sama John? Kan gaji dia kecil,” tanya Amanda balik.
“Amanda! Jangan samakan dia dengan Yanuar! John berbeda dengan Yanuar!” seru Sinta dengan kesal.
“Apa bedanya? Karena John orang bule jadi lebih berkelas dan gajinya besar, begitu maksud Mama?” tanya Amanda sambil menangis terseduh-seduh.
Air matanya mengalir di pipi. Ia sedih dan merasa kecewa kepada Sinta. Mamanya tega mengatakan itu kepadanya. Bukan memberikan dukungan kepadanya.
“Ya, jelaslah. John kan digaji dengan dollar,” ujar Sinta dengan bangga.
“Bener kata Mama. Bang Yanuar tidak bisa disamakan dengan John. Bang Yanuar cuma digaji dengan rupiah, tetapi dia bertanggung jawab kepada keluarganya. Tidak seperti kekasih Mama yang bernama John, numpang hidup sama Mama,” kata Amanda.
Selama ini ia tahu semua yang terjadi antara Sinta dan John. Ia tidak pernah mengusik kehidupan pribadi Sinta. Amanda ingin melihat Sinta bahagia dengan kekasihnya. Namun, kini Sinta menyinggung Yanuar. Amanda tidak terima Yanuar diremehkan oleh Sinta.
“Amanda! Kamu tidak boleh ngomong begitu!” seru Sinta.
“Sudahlah, Ma. Amanda harus menyelesaikan tugas. Besok harus dikumpulkan. Assalamualaikum.” Amanda mengakhiri pembicaraan.
Amanda meletakkan telepon seluler di meja. Ia mengusap air matanya. Ia tidak ada waktu untuk menangis, ia harus menyelesaikan tugas yang diberikan dosen. Amanda kembali melanjutkan mengerjakan tugas.
Sinta kesal mendengar perkataan Amanda. Ia kecewa karena Amanda sudah berani membantah. ‘Aku harus berbicara dengan Bobby, agar ia menjauhkan Amanda dari Yanuar,’ kata Sinta di dalam hati.
Sinta pun menelepon Bobby. Ia menunggu sampai Bobby menjawab telepon darinya. Beberapa detik kemudian Bobby pun menjawab telepon.
“Assalamualaikum.” Terdengar suara Bobby di telepon.
“Waalaikumsalam. Bob, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.” Sinta pun menceritakan apa yang barusan terjadi.
Bobby mendengarkan semua apa yang diceritakan oleh Sinta, tanpa menyela sedikit pun. Hingga akhirnya Sinta selesai menceritakan semuanya.
Terdengar suara helaan napas Bobby. “Aku sudah tahu semuanya,” ujar Bobby. Bobby pun menceritakan ketika Amanda memintanya untuk berbicara dengan Sinta, agar Sinta berhenti menjodoh-jodohkan Amanda.
“Kamu setuju kalau Amanda menikah dengan Yanuar? Bagaimana kalau Yanuar cuma memanfaatkan Amanda?” tanya Sinta lagi.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/