Spin-off dari Istri Amnesia Tuan G
Dalam beberapa jam, Axello Alessandro, seorang aktor terkenal yang diidamkan jutaan wanita jatuh ke titik terendahnya.
Dalam beberapa jam, Cassandra Angela, hater garis keras Axel meninggal setelah menyatakan akan menggiring aktor itu sampai pengadilan.
Dua kasus berbeda, namun terikat dengan erat. Axel dituduh membunuh dua wanita dalam sehari, hingga rumah tempatnya bernaung tak bisa dipulangi lagi.
Dalam keadaan terpaksa, pria itu pindah ke sebuah rumah sederhana di pinggiran kota. Tapi rumah itu aneh. Karena tepat pukul 21.45, waktu seakan berubah. Dan gadis itu muncul dengan keadaan sehat tanpa berkekurangan.
Awalnya mereka saling berprasangka. Namun setelah mengetahui masa lalu dan masa kini mereka melebur, keduanya mulai berkerjasama.
Cassie di masa lalu, dan Axel di masa kini. Mencoba menggali dan mencegah petaka yang terjadi.
Mampu kah mereka mengubah takdir? Apakah kali ini Cassie akan selamat? Atau Axel akan bebas dari tuduhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 ~ Manis dan Hangat
Mereka bertatapan cukup lama sebelum Cassie yang melepas pandangan duluan. Gadis itu berdehem keras, sembari bergumam, "Jujur juga kamu."
Ujung matanya melirik Axel yang sudah duduk dengan santai. Pria itu menaruh mangkuk, mengambil misu yang ia masak sepenuh hati.
"Aku ingin berterima kasih karena kau telah merawatku semalam." Axel menggeser mangkuk yang telah terisi ke arah Cassie, pria itu lalu menggeser sedikit tubuhnya. Lalu menepuk pelan tempat di sisinya.
"Duduk dan makanlah!"
Cassie menyipitkan mata, tidak terbiasa dengan sikap Axel yang manis ini. "Aku curiga kamu menaruh sesuatu."
Pria itu mendongak dan menatap tak percaya. Lalu tanpa mengatakan apa pun mengambil sendok dan mencicipi misu yang ia ambil tadi.
Setelahnya kembali memandang Cassie yang bergeming. "Kalau enggak mau biar aku makan sendiri."
Cassie mengerutkan keningnya. Menatap Axel yang makan dengan lahap, lalu mengalihkan pandangan pada panci yang isinya masih banyak.
Terlihat uap tipis mengepul dari panci itu. Sup bening kecokelatan yang tampak sederhana, hanya potongan tahu putih lembut, rumput laut tipis yang mengembang pelan, dan taburan daun bawang segar di permukaannya. Lalu? Mie? Sedikit aneh tapi aromanya… hangat. Menenangkan.
Tanpa sadar Cassie menelan ludah, lalu ikut duduk di sebelah Axel. Pria itu berhenti sejenak, menarik sudut bibirnya tipis. Tapi juga tidak menanggapi Cassie yang terus memandangnya. Sebaliknya ia melanjutkan makannya dan menyedot mie seakan begitu enak.
Hingga beberapa menit lamanya, gadis itu masih belum bersuara. Axel menoleh dan terperanjat saat wajah Cassie sudah begitu dekat. Gadis itu juga terkejut dan mundur tanpa sadar.
"Kau ngapain?" tanya Axel dengan suara sedikit keras.
Cassie menetralisir wajahnya, lalu mengangkat dagu dengan angkuh. "Aku melihatmu makan dengan begitu rakus. Seperti orang kelaparan."
"Kau!"
"Kenapa, emang iya kan? Sepanci penuh seperti itu saja kamu habiskan sendiri. Kalau bukan rakus, namanya apa?"
Axel yang ingin kembali membalas tiba-tiba memikirkan sesuatu. Kedua matanya menyipit lalu mendengus. "Kalau enggak? Memangnya harus dibuang? Kau kan enggak mau."
Axel mengangkat mangkuk dan minum kuah misu langsung. Membuat Cassie membulatkan mata dan menelan ludah tanpa sadar. Di luar sedang hujan lebat, hawa dingin ini kalau dibawa makan makanan berkuah seperti mie instan saja sudah begitu enak. Apalagi masakan rumahan seperti ini.
Axel menaruh kembali mangkuk setelah isinya habis. Lalu melirik Cassie yang ternyata matanya tertuju pada panci di atas meja.
"Wanita ini. Gengsinya tinggi sekali? Padahal kalau dia bilang sekali saja mau, aku akan memberikan semuanya." Axel membatin dan kembali meraih mangkuk lain. Lalu mengisi dengan misu yang sudah tidak sepanas tadi, hanya sedikit asap yang mengepul di atas.
Pria itu menaruh di atas meja. Ia menoleh ke arah lain sembari berdehem pelan, anggap saja kali ini ia mengalah karena Cassie sudah merawatnya semalam.
"Hem, sebenarnya aku udah kenyang, sih. Sebagai aktor aku kan udah terbiasa makan sehat dan diet. Kalau kau mau...."
Slurrpp.
Perkataan Axel terputus saat menangkap suara yang aneh. Pria itu langsung berbalik dan mendapati Cassie yang sudah menikmati misu dengan lahap.
"Kau?"
Cassie menelan makanan di mulutnya. Ia tertawa dengan wajah tanpa dosa. "Kamu udah kenyang, kan? Daripada dibuang, aku bantu makan saja. Asal kamu tau, aku ini berhati lembut, jadi ketika melihat makanan yang dibuang jadi ikut merasa sakit hati."
Axel tertawa kecil, jelas wajahnya mengejek pada gadis itu. "Iya, kau bantu habiskan saja! Waktu kita tinggal tiga puluh menit lagi. Kalau enggak habis, kau enggak bisa makan lagi nanti."
Cassie yang mulutnya penuh itu langsung mengigit dengan cepat. Meski tidak ingin mengakui, masakan pria itu sangat enak di lidahnya.
Sementara Axel tidak makan lagi, kali ini memperhatikan gadis di sampingnya yang makan sampai tidak bicara.
Hingga belasan menit lamanya, misu itu telah habis tak bersisa. Cassie bahkan tidak mengira ia bisa menghabiskan sepanci kecil yang Axel hanya makan semangkuk.
Gadis itu lalu meraih sup buahnya. Meski tak lagi panas, tapi masih hangat saat dipegang. "Makanan penutup," ujar gadis itu ceria tanpa sadar.
Ia menyodorkan segelas ke arah Axel yang mengernyit. "Katanya mau kau makan sendiri?" ejek pria itu yang membuat Cassie menggigit bibir dalamnya.
"Karena aku udah makan masakan kamu, jadi aku enggak mau utang budi. Ini aku bayar lunas." Gadis itu kembali menyodorkan gelas yang membuat Axel kali ini menerimanya.
"Sup buah hangat? Aku baru kali ini lihatnya."
Cassie yang sedang mencicip, menggerutu pelan. "Siapa juga yang demam semalam."
Namun gadis itu tak membalas apa-apa lagi. Sementara Axel yang mendengar samar gumaman itu tersenyum tipis. Tangannya mulai menyendok sup buah yang ternyata manis dan menghangatkan.
.
.
.