Aku Tidak Menyesal

Ayuna telah kembali bekerja, setelah beberapa bulan memilih waktu untuk sendiri, bersama keluarga dan sahabatnya tentunya untuk menghilangkan rasa trauma dari pernikahan dan agar Romi tak mencarinya di tempat kerjanya.

Di toko pakaian, Ayuna disambut antusias oleh para karyawan. Dia mengaku kepada Romi bahwa dirinya hanya karyawan biasa dengan gaji kecil padahal Ayuna adalah pemilik toko.

"Apa dia sering kemari menanyakan saya?" tanya Ayuna kepada salah satu karyawan kepercayaannya.

"Ya, Bu Ayuna. Hampir setiap hari mantan Bu Ayuna ke sini," jawabnya.

"Kalian bilang apa padanya?"

"Kami bilang kalau Bu Ayuna sudah tidak bekerja di sini."

"Bagus biar dia tidak perlu lagi ke sini," ucap Ayuna merasa puas.

Sejam berada di toko miliknya, Ayuna kemudian keluar. Saat memasuki mobilnya, ia menggunakan kaca spion melihat dari kejauhan Romi sedang memperhatikannya. Tak mau bertemu dengan mantan suaminya, ia bergegas menyalakan mesin kendaraannya.

Ayuna tidak segera pulang, ia ingin bermain di kos-kosan Rere sebelum temannya itu menikah mereka masih bebas bertemu dan jalan-jalan.

Di perempatan jalan menuju kos-kosan Rere, tiba-tiba Ayuna mengerem mendadak. Bukan tanpa alasan dirinya melakukan itu. Ia tak sengaja menabrak bagian mobil milik orang lain. "Gawat...!"

Ayuna tampak panik, ia takut pengendara mobil di depannya itu akan marah-marah dan dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang.

Benar saja, pengendara mobil keluar dengan wajah kesal setelah meminggirkan mobilnya.

"Pria itu lagi?" gumam Ayuna juga melakukan hal yang sama.

Pintu mobil Ayuna diketuk berulang kali dengan kasar. Ayuna gegas keluar dan berkata, "Saya minta maaf!"

"Kamu?" pria itu juga terkejut melihat sosok pengendara yang menabrak mobilnya.

"Apa kita pernah bertemu?" Ayuna pura-pura tidak mengenal.

"Ya, kamu pemesan makanan online di AB resto yang sangat menyebalkan!" ucap Affandi dengan kesal.

"Saya?" Ayuna menunjuk dirinya dengan jemarinya.

"Iya, kamu!" Affandi menegaskan kata-katanya.

"Berapa saya harus membayarnya?" tanya Ayuna.

"Lima juta!" jawab Affandi asal.

"Apa? Sebanyak itu? Anda tidak salah? Itu terlalu besar!" protes Ayuna.

"Kamu mau membayarnya atau kita bawa ini ke jalur hukum?" Affandi memberikan pilihan.

"Anda ingin memeras saya?" tanya Ayuna.

"Sepertinya tidak mempunyai sifat seperti itu," jawab Affandi.

"Itu sangat besar sekali dan hanya kerusakan kecil," kata Ayuna.

"Menurut kamu begitu, tapi ini mobilku. Bagaimana kalau mobil milikmu aku gantian menabraknya?" Affandi memberikan saran.

"Tidak... tidak...!" tolak Ayuna. "Baiklah, saya akan membayarnya tapi...." ucapan Ayuna terhenti.

"Tapi apa?" tanya Affandi dengan wajah penuh kekesalan.

"Saya hari ini bayar tiga ratus ribu, sisanya saya akan antar ke AB Resto," jawab Ayuna.

"Kenapa harus di sana?" tanya Affandi.

"Anda pemilik restoran itu, 'kan?" Ayuna balik bertanya.

"Bukan!" jawab Affandi

"Saya tak mungkin salah. Anda adalah atasannya Dicky dan dia teman sekolah saya," jelas Ayuna.

"Kamu salah orang. Sini identitas dirimu!" Affandi membuka telapak tangannya dihadapan wajah Ayuna.

"Saya tidak akan memberikannya!" tolak Ayuna.

"Kalau begitu, kamu harus membayar ganti ruginya!"

"Iya, saya janji akan membayarnya. Saya tak memiliki uang kontan," jelas Ayuna.

"Alasan saja!" cetus Affandi.

"Terserah anda!" kata Ayuna.

"Cepat bayar uang ganti rugi!"

"Hmm, bagaimana kalau mobil kita bawa sama-sama ke bengkel?" Ayuna menawarkan diri.

Affandi tampak berpikir sejenak.

"Bagaimana?"

"Baiklah, kita ke bengkel sama-sama!"