Rebecca Alveansa adalah seorang model cantik yang lagi naik daun. Karir yang bagus harus terhenti sejenak karena kejadian yang tak terduga.
Ia terjebak cinta satu malam bersama seorang pria yang tak dikenalnya, sehingga membuatnya hamil dan melahirkan dua bayi kembar yang terpaksa ia rahasiakan keberadaannya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Siapakah pria itu? Apakah sang bayi dapat bertemu dengan sang Ayah? Baca kisahnya hanya di sini ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neoreul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BRSM 26
Excel merenung di dalam kamar. Dia mengambil buku yang masih berada di dalam tas. Sebisa mungkin, Excel harus bisa menahan air matanya. Dia tidak ingin terlihat lemah oleh orang lain.
Awalnya Excel adalah anak yang ramah dan cukup periang. Namun, suatu hari dia melihat Ibunya bersedih dan menangis dalam kamar. Sejak saat itulah Excel mulai sering berdiam diri, terlebih lagi teman seusianya yang mengejek dan mengatainya sebagai anak tak diinginkan.
Kembar tapi beda sifat dan perilaku. Sangat berbeda sekali dengan Evelyn. Dia berani melawan siapa saja yang mengganggunya bahkan gadis kecil itu berani bertengkar dengan anak laki-laki. Evelyn paling tidak suka jika kehidupan pribadinya dijadikan bahan obrolan.
Di Tempat Lain.
"Stop Uncle, aku kenyang! Spaghetti di Italia memang enak," seru Evelyn dengan mengelus perutnya.
"Kamu yakin tidak mau menghabiskan ini? Masih banyak ini, Manis!" sahut Reigner sembari menggulung spaghetti dengan garpu.
"No, Uncle! Kalau Uncle mau makan saja."
Reigner meletakkan piring itu diatas meja. Dia kembali memperhatikan gadis kecil yang sedang kekenyangan itu."Evelyn kamu mau ikut ke rumah, Uncle?"
Mendengar itu Evelyn langsung bangun dan menjawab. "Yes, aku mau Uncle. Aku ingin tidur di kasur yang empuk! Uncle punya kan? Kasur yang empuk."
Reigner terkekeh geli, dia selalu terhibur dengan sikap Evelyn. "Ya, kamu boleh pilih tidur dimana saja. Uncle mempunyai banyak kamar di rumah."
"Aku ingin tidur di kamar Uncle!" seru Evelyn.
Reigner terdiam sesaat, dia melihat sorot mata Evelyn yang penuh harap."Oke, boleh. Kamu boleh tidur di kamar Uncle."
"Yeee, terima kasih Uncle!" teriak Evelyn dengan mencium pipi Reigner.
"Baiklah, kalau begitu kita pergi sekarang. Let's go!"
Setelah itu, Reigner mengajak Evelyn ke rumahnya. Dia sangat bahagia sekali ketika melihat senyum ceria gadis kecil itu. Reigner dan Evelyn keluar dari dalam ruangan menuju ke lantai bawah.
Sesampainya di bawah, Evelyn berjalan dengan penuh percaya diri. Gayanya menunjukkan seperti penguasa di tempat itu. Evelyn langsung jadi pusat perhatian di sana.
"Uncle lihatlah mereka semua! Tatapan mereka seperti tidak suka denganku, Uncle," ucap Evelyn pelan hingga membuat Reigner tertawa.
"Itu karena kamu terlalu cantik, Baby!" jawab Reigner dengan gemas.
"No, Uncle mereka semua iri denganku. Sepertinya Uncle jadi idola di sini."
"Jangan khawatir, mulai sekarang Uncle hanya jadi milikmu," jelas Reigner dengan tersenyum. Dia hanya ingin menghentikan kecerewetan putrinya itu.
Setelah itu mereka menuju ke mobil yang sudah terparkir di depan. Mobil sport berwarna putih adalah salah satu mobil favorit Reigner.
"Wow mobil Uncle keren! Aku menyukainya. Apalagi Kak Excel, dia pasti suka jika melihatnya," seru Evelyn dengan kagum.
"Benarkah? Uncle masih mencari cara untuk mendekati Kakak mu, Evelyn. Sepertinya tidak mudah untuk mencari perhatiannya," ucap Reigner sembari menghidupkan mobil.
"Kak Excel itu sulit untuk ditaklukkan, Uncle. Bahkan aku sering kesal dengannya. Kakak itu tidak bisa diajak kompromi kalau tidak dengan kemauannya sendiri. Dia suka mengadukan apapun yang aku lakukan Uncle. Akibatnya, Mommy sering memarahiku," ujar Evelyn dengan nada mengeluh.
Reigner terkekeh lagi, dengan sifat Evelyn yang sangat berbanding terbalik dengan sang Kakak.
"Apa kamu membenci Mommy dan Kakakmu, Evelyn?"
Evelyn menoleh ke arah Reigner. "No, aku sangat menyayangi mereka, Uncle. Ya meski aku sedikit nakal, tapi dalam hatiku Mommy dan Kakaklah yang paling penting."
"Berarti tidak ada ruang untuk, Uncle?"
"Opps! Hampir lupa kalau sekarang sudah ada Uncle," seru Evelyn dengan tertawa.
"Evelyn, untuk hari ini kamu masih boleh memanggilku dengan sebutan Uncle. Tapi untuk besok setelah hasil keluar, kamu tahu harus memanggilku apa?"
"DADDY. Aku akan memanggil mu Daddy, Uncle!" seru Evelyn senang.
"Good girl!"
Reigner terus melajukan mobilnya hingga sampai di rumah. Mobil sport itu masuk ke dalam halaman yang luas. rumah bergaya Eropa itu sangat mewah dan megah.
Evelyn merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. "Ini rumah Uncle?"
"Ya, ayo kita turun sekarang," ucap Reigner mengajak Evelyn.
Evelyn keluar dari mobil dan berjalan dengan menggandeng tangan Reigner. Gadis kecil itu masih takjub dengan kemewahan rumah itu. Sesampainya di dalam, Evelyn terperangah karena desain interior yang sangat indah.
"Uncle, ini indah dan sangat mewah sekali," seru Evelyn dengan mulut membulat.
"Apa kamu menyukainya?"
"Ya sangat suka Uncle," sahut Evelyn sangat girang. Tiba-tiba mata Evelyn melihat seorang wanita yang sedang menelepon.
"Iya, aku akan menyuruh anak itu untuk menemui putrimu malam ini. Baiklah, tenang saja akan aku pastikan anak itu tidak akan berulah lagi. Oke. Bye!"
Wanita itu menutup telepon dan berkata. "Akan aku pastikan kalau kencan kali ini tidak akan gagal lagi. Sampai kapan dia akan menjadi seperti itu. Keluarga ini butuh generasi penerus, jangan sampai anak itu single sampai tua. Bisa runtuh kerajaan bisnis ku."
"Kencan apa lagi Mom?" seru Reigner dari kejauhan.
Wanita itu menoleh ke arah suara dan mendapati Reigner menggandeng seorang anak kecil. Wanita itu sedikit terkejut melihat anak kecil itu.
"Siapa dia Rei? Anak siapa yang kamu bawa?" tanya Teresa pada Reigner.
Evelyn mendongakkan kepalanya melihat Reigner. Dia menunggu perintah untuk menjawab. Reigner hanya tersenyum melihat wajah bingung Evelyn.
"Kalau aku bilang dia adalah anakku, apa Mom akan percaya?" jawab Reigner dengan santai.
Mata Teresa membulat, dia terkejut dengan jawaban Reigner. "Apa maksudmu Rei? Mom sedang tidak bercanda. Oke!"
"Aku serius Mom. Lihat saja gadis imut ini dengan jelas." Reigner melepaskan gandengannya dan berjalan menuju ke dapur.
Evelyn berdiri sendiri sembari menatap Teresa dengan memberikan senyum yang manis. "Halo Grandma," sapa Evelyn.
Teresa menutup mulut dengan kedua tangannya. Dia berjalan mendekati Evelyn. "Kamu memanggil ku Grandma? Kenapa wajahmu cantik sekali. Siapa kamu, Nak? Bagaimana kamu bisa pulang dengan anakku?"
Evelyn menoleh ke arah Reigner yang sedang minum di dapur. Reigner pun mengedipkan matanya untuk mengizinkan Evelyn menjalankan perannya. Evelyn pun tersenyum karena dia paling suka bermain drama.
"Perkenalkan nama ku Evelyn Alvenlina Marseille, Grandma. Umurku 7 tahun, lahir di California. Aku ke sini untuk mencari Daddy," jawab Evelyn dengan berani.
"Daddy? Siapa Daddy mu?" tanya Teresa bingung.
Evelyn tersenyum lebar dan berlari ke arah Reigner. " Uncle ini adalah Daddy ku, Grandma. Iya kan Uncle?" ucap Evelyn dengan memeluk Reigner.
"Ya sangat benar, Manis!" jawab Reigner dengan mengelus kepala Evelyn.
Teresa lebih terkejut lagi, melihat putranya itu tersenyum. Sudah lama sekali dia tidak pernah melihat senyuman itu. Lalu, Teresa cepat tersadar. Dia belum bisa mencerna semua yang ada di depannya itu.
"Reigner, ikut Mom. Berikan Mom sebuah penjelasan, karena ini bukan sebuah lelucon," ucap Teresa sembari memijat kepalanya.
"Uncle bicara dulu dengan Grandma ya, Sayang. Kamu naik ke atas bersama pelayan," ucap Reigner pada putrinya.
"Baik Uncle!"
Reigner pun memanggil pelayan dan memintanya untuk mengantarkan Evelyn ke kamar. Setelah itu dia menghampiri Ibunya untuk memberikan sebuah penjelasan.