Nyatanya, menikah dengan pria yang dicintai tak selamanya membuat Naomi bahagia. Baru beberapa bulan Naomi merasakan kebahagiaan menjalani biduk pernikahan dengan Gilang, badai besar datang menerpa rumah tangga mereka.
Melvina, adik ipar Naomi yang berstatus sebagai adik angkat Gilang, ternyata juga mencintai Gilang dan berusaha melakukan berbagai macam cara untuk memisahkan Naomi dan Gilang.
“Maaf, aku terpaksa harus menikahi Melvina menjadi istri keduaku untuk menyembuhkan rasa trauma di dalam hati Melvina.” Pernyataan Gilang malam itu berhasil membuat hati Naomi hancur berkeping-keping.
“Lebih baik aku pergi dari pada harus di madu dan merasakan sakit hati seumur hidup.” ~Naomi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPRT 19 - Kebohongan Apa Lagi?!
Gilang masih berdiri di depan ruangan IGD menunggu dokter selesai melakukan penanganan pada Melvina. Mama Ruby yang berdiri tak jauh dari Gilang terdengar terus menangis mengkhawatirkan kondisi Melvina.
“Gimana kalau Melvina kenapa-napa, Pah?” Suara Mama Ruby terdengar begitu khawatir. Meski Melvina bukan anak kandungnya, tapi Mama Ruby sudah menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri.
Papa Refal berusaha untuk menenangkan Mama Ruby. Dia tak ingin istrinya terlalu kepikiran dan berujung drop nantinya.
Cukup lama menunggu, dokter yang menangani Melvina akhirnya keluar dan memberitahu kondisi Melvina. “Untung saja Nona Melvina segera dibawa ke rumah sakit sehingga kami masih bisa menghentikan pendarahan di tangannya.” Perkataan dokter berhasil membuat perasaan Mama Ruby sedikit lega. Meski Melvina harus mendapatkan beberapa jahitan di tangannya, tapi itu lebih baik dibandingkan nyawa Melvina tidak tertolong.
“Untuk saat ini tolong jangan membuat Nona Melvina terlalu banyak fikiran. Karena bisa saja nanti dia melakukan hal yang lebih nekad dari tadi.” Pesan dokter.
Mama Ruby mengangguk. Setelah dokter menjelaskan dengan rinci kondisi Melvina, Mama Ruby segera masuk ke dalam ruangan. Gilang mengikuti pergerakannya diikuti Papa Refal setelahnya.
“Melvina, kenapa kamu melakukan hal seperti tadi, nak. Apa kamu sadar kalau yang kamu lakukan bisa membahayakan nyawa kamu?” Tanya Mama Ruby.
Melvina menangis pilu. Pandangannya hanya fokus pada Mama Ruby. Menatap ibu angkatnya itu dengan tatapan sedih. “Aku udah hancur, Ma. Buat apa lagi aku hidup kalau masa depanku udah hancur. Gak ada lagi yang aku harapkan untuk tetap hidup. Kehormatanku sudah ternoda dan calon suamiku membatalkan rencana pernikahan kami.”
Mama Ruby tak kuasa menahan tangis. Dia seolah dapat merasakan yang tengah dirasakan Melvina saat ini. Tangan Mama Ruby pun bergerak mengusap kepala Melvina. Mencoba menenangkan putrinya itu.
“Kamu masih punya Mama, Melvina. Mama akan selalu menyayangi kamu setulus hati. Mama juga akan menjaga kamu dari jahatnya dunia ini.” Kata Mama Ruby meyakinkan.
Kepala Melvina menggeleng. “Meski Mama menyayangiku setulus hati, tapi aku juga butuh pasangan hidup untuk menemaniku di masa tua, Ma. Dan sekarang, aku udah gak bisa lagi mendapatkannya karena tak ada satu pun pria yang mau dengan wanita kotor seperti diriku.” Melvina kembali menangis. Kali ini suara tangisannya semakin terdengar pilu. Membuat Mama Ruby tak kuasa untuk menghentikan laju tangisannya.
Gilang dan Papa Refal hanya bisa diam. Mereka membiarkan Mama Ruby yang berusaha menenangkan Melvina. Mereka menyadari kalau di saat seperti ini hanya Mama Ruby yang mampu menenangkan hati Melvina.
Cukup lama Melvina menangis di sandaran Mama Ruby, Papa Refal dan Gilang diminta untuk keluar oleh Mama Ruby. Entah apa alasannya, yang jelas Papa Refal dan Gilang enggan untuk mempertanyakannya.
“Mama, meski masih ada pria yang nanti ingin menikah denganku, aku yakin kalau pria itu tidak tulus menikahiku. Apa lagi dia tahu kalau aku sudah ternoda. Mungkin setelah kami menikah nanti dia akan mengungkit masa laluku dan memperlakukan aku dengan buruk sebagai istrinya.”
“Sayang, jangan berpikiran yang macam-macam. Percayalah masih ada pria baik untuk kamu.” Mama Ruby terus berusaha meyakinkan. Tapi Melvina nampak tak yakin.
“Gak akan ada, Mah. Pria baik mana yang mau dengan wanita buruk seperti diriku. Aku yakin gak akan ada pria yang mau dengan wanita sepertiku.”
Mama Ruby menghela nafas. Rasanya berat sekali beban yang Melvina tanggung saat ini.
“Kecuali, pria itu adalah Kak Gilang. Aku yakin kalau Kak Gilang adalah pria yang menikahiku dia pasti gak akan memperlakukanku dengan buruk. Dia pasti bisa menerima baik dan burukku tanpa mengingat masa laluku yang buruk.”
Mama Ruby tertegun. Dia sampai menatap wajah Melvina dengan mata membola. “Maksud kamu, Sayang. Kenapa kamu berbicara seperti itu?” Suara Mama Ruby terdengar tersendat-sendat saat bertanya. Mama Ruby sedikit tak menyangka kalau Melvina akan mengatakan hal seperti itu.
“Jikapun aku harus tetap hidup karena masih ada pria yang mau menikahiku dan menerima semua kekuranganku dengan tulus, pria yang aku percaya bisa melakukannya hanya Kak Gilang, Mah.”
Mama Ruby terdiam. Merasa sulit untuk berkata-kata. Perkataan Melvina barusan berhasil membuatnya sulit untuk memberikan tanggapan.
Sementara itu, Papa Refal dan Gilang terlihat tengah terlibat percakapan serius. Keduanya tengah membahas pelaku pelecehan Melvina.
“Kamu harus segera mendapatkan pelakunya, Gilang. Meski Melvina melarang kita untuk lapor polisi untuk mendapatkan pelakunya, setidaknya kita harus tetap bergerak mencari pelakunya untuk memberikan pelajaran kepadanya!” Tegas Papa Refal. Untuk kali ini Papa Refal tidak ingin mengampuni orang yang sudah melecehkan putri angkatnya. Papa Refal benar-benar marah. Apa lagi setelah melihat Melvina melakukan percobaan untuk bunuh diri.
Gilang mengangguk. Setelah mendapatkan perintah dari papanya, dia segera mengerahkan lebih banyak pengawalnya untuk mencari pelaku pelecehan adik angkatnya. Sementara Papa Refal mengajak Mama Ruby bicara. Memberitahu rencana Gilang.
“Apa, Kak Gilang lagi cari pelaku pelecehan aku waktu itu?” Wajah Melvina kelihatan panik setelah tak sengaja mendengarkan pembicaraan Papa Refal dan Mama Ruby. Sambil menahan sebelah tangannya yang terasa masih sakit, Melvina mengambil ponselnya yang tadi dibawa oleh Mama Ruby dan segera mengetikkan sesuatu di sana.
**
Beberapa jam berlalu, Gilang belum juga terlihat kembali ke rumah sakit. Dia masih sibuk mencari pelaku pelecehan Melvina. Dengan mengandalkan sebuah rekaman cctv yang memperlihatkan saat Melvina dihadang oleh seorang pria malam itu, Gilang mendapatkan foto wajah pria yang diduga menjadi pelaku pelecehan Melvina. Foto dari hasil rekaman cctv itulah yang menjadi pegangan Gilang untuk mencari pelaku pelecehan Melvina.
Karena terlalu sibuk mencari pelaku tersebut, Gilang sampai lupa mengabari Naomi. Bahkan sampai saat ini Gilang tak mengetahui kalau Naomi sedang mengerang sakit di rumah. Meski Gilang masih memikirkan istrinya, tapi fokus Gilang saat ini hanya tertuju pada Melvina saja.
Di tengah pencarian yang masih berlangsung, Gilang mendapatkan informasi dari anak buahnya yang mengatakan kalau dirinya berhasil menemukan pelaku pelecehan Melvina. Mengetahui hal tersebut, Gilang buru-buru menuju tempat penyekapan pria tersebut.
Bruk
Baru saja tiba di tempat penyekapan, Gilang langsung memukul wajah pria yang sedang duduk di atas kursi hingga membuat tubuh pria itu terjerambab di atas lantai.
“Ampun, Tuan!” Pria itu mengaduh merasakan sakit di bagian pipinya akibat dipukul oleh Gilang.
Tanpa peduli rasa sakit pria itu, Gilang terus menghajarnya tanpa ampun. Membuat pria itu kembali mengaduh. Dan akhirnya mengeluarkan kata-kata yang membuat Gilang terdiam beberapa saat.
“Saya terpaksa melakukannya karena disuruh oleh Nona Naomi. Istri Tuan sendiri!”
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
dtunggu karma xalian semua yg sdh menyakiti naomi...
pengen ku tabok dirimu pake kuali Mak ku Gilang😠😠😠😠😠