NovelToon NovelToon
In The Shadow Of Goodbye

In The Shadow Of Goodbye

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Nikah Kontrak / Cerai / Angst
Popularitas:542
Nilai: 5
Nama Author: Cataleya Chrisantary

Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Dinding pemisah

3

Diam-diam Rafa memesan kamar hotel persis sebelah kamar Salma. Karena ia sudah bisa menebak jika Salma pasti tidak akan pernah mau tidur dengannya. Rafa menghela nafasnya perlahan.

Bayang-bayang tamparan Salma yang penuh tangisan itu terbayang kembali. Ia tahu Salma benci sebencinya kepadanya akibat hal ini. Penikahan yang benar-benar dadakan.

Rafa masih ingat saat kakaknya meneleponnya mengatakan jika ia baru saja pulang dari rumah Salma.

-Flashback-

Sepulang Salma dari rumah sakit. Vania memutuskan untuk segera ke rumah Salma saja. Dan ibu mereka juga yang mendadak sehat itupun setuju. Namun, saat itu Mama Nanda tidak ikut. Yang ikut hanya Vania dan adiknya Vinia.

Rafa ini anak ke tiga dari tiga bersaudara. Ia memiliki dua kakak perempuan yang memang sudah menikah dan memiliki anak.

Esoknya keduanya langsung pergi ke rumah Salma. Namun saat itu Salma belum pulang karena lembur di tempat kerjanya.

“Hah, tunangan dengan Rafa?” tanya papa Tio kaget bukan main dengan ucapan Vania.

“Ya, kemarin Salma yang bilang. Sepulang Rafa dari Kanada dia akan membeli cincin pertuangan.”

Papa Tio dan mama Rahma kaget. Mereka bertukar pandang karena mereka tidak pernah mendengar Salma akan bertunangan dengan Rafa. Selama ini lelaki yang selalu Salma katakan adalah Rendra.

Meskipun orang tua Salma tahu kalau Rendra memang sulit sekali diajak untuk melangkah ke hubungan serius dan selalu bilang jika ia trauma akan pernikahan. Karena orang tuanya dulu bercerai.

“Mereka mau bertunangan?”

“Iya, Salma sendiri yang bilang ketika menjenguk mama di rumah sakit. “

“Tapi kemarin pas Rafa ke sini dia gak bilang apa-apa. Atau memang belum yah?”

“Oh Rafa kesini?” tanya Vinia.

Rupanya dua hari lalu mereka berdua ini memang sempat jalan berdua. Bukan untuk ngedate tapi untuk melakukan reuni sekolahnya. Dan Rafa memang yang datang dan menjemput Salma.

Hal ini semakin memperkuat asumsi kedua keluarga jika Rafa dan Salma memang akan bertunangan dan berencana untuk menikah.

Setelah ada obrolan itu kedua keluarga mengobrol agak berat yaitu ke arah pernikahan. Alih-alih bertunangan atau lamaran pihak dari keluarga Rafa menginginkan untuk langsung diadakan pernikahan saja.

Keduanya juga mengatakan jika alasan menarik langsung ke pernikahan adalah karena melihat kondisi ibu mereka yang sudah semakin lemah. Jawaban dari kedua orang tua Salma sebenarnya setuju saja.

Karena mereka pun ingin cepat-cepat melihat anaknya menikah. Orang tua Salma setuju bahkan mereka setuju jika pernikahan diadakan lima hari lagi. Akan tetapi mereka masih memikirkan tentang bagaimana cara mengatakan hal ini pada Salma ataupun Rafa.

Karena jika mereka menginginkan pernikahan dipercepat mengapa mereka berpikir harus tunangan terlabih dahulu.

“Saya akan meyakinkan Rafa untuk langsung menikah. Rafa itu tidak bisa menolak jika itu sudah dengan ucapan ibunya.”

“Baiklah,  saya akan mengurus Salma. Sejujurnya saya agak aget dengan kabar ini tapi saya senang karena saya juga pengen liat Salma scepet nikah,” kata mama Rahma.

-Flashback off-

Salma sekarang tengah duduk sarapan sendirian. Rafa melihat Salma tengah sarapan di pojok sana. terlihat tidak banyak makanan yang ia bawa. Rafa sebenarnya ingin duduk di depan Salma.

Tidak untuk berkata manis penuh rayuan karena mereka sudah menikah tetapi tentang masa depan pernikahan mereka yang sudah pasti akan mereka hancurkan ini.

Namun, ia sadar jika ini bukanlah waktu yang tepat. Salma sudah menamparnya, sudah melemparnya dengan botol sabun. Ia tidak mau Salma melemparkan gelas kopi yang berada di depannya.

Rafa duduk agak jauh dari Salma. Menikmati sarapan yang rasanya hambar. Bukan karena koki hotel tempat mereka menginap yang tidak pandai memasak tapi lidah Rafa yang sedang mati rasa, sama seperti hatinya saat ini.

Seluruh dunia tidak runtuh tapi terasa acak-acakan saja. Terasa ada sebuah suasana yang aneh dalam hidupnya. Statusnya sebagai suami dari seorang peremuan akan tetepi ia tidak merasa memiliki istri.

Dan ada satu hal lagi yang ia bingungkan sekarang. Jika Salma ingin hidup masing-masing haruskah ia menafkahi Salma sebagai seorang suami. Memberikan Salma uang bulan untuk perempuan yang statusnya istri Rafa.

“Jam sembilan kita chekout,” kata Salma. “Hari ini kita ke rumah sakit dulu terus nanti ke rumah aku.”

“Ya, nanti aku ke kamar kamu kalau udah selesai,” jawab Rafa.

Rafa melihat punggung Salma yang kian menjauh. Ia menarik nafas dalam. Entah kehidupan semacam apa yang akan ia jalani setelah ini.

“Kehidupan macam apa ini,” komentar Rafa.

Mereka berdua duduk di dalam satu mobil yang sama. Barang-barang sudah berada di bagasi dan dijok belakang. Suasana mobil begitu hening hanya terdengar suara dari luar saja.

Ini adalah suasana yang tidak biasa. Biasanya, Salma akan sangat berisik bernyanyi bersama dengan Rafa. Terakhir mereka berkendara berdua pada saat akan reuni juga seperti itu. Salma waktu itu bahkan meminta di belikan makanan.

Tapi kali ini seperti ada dinding besar yang tak kasat mata memisahkan dua orang yang duduk berdampingan ini. Rafa berani taruhan jika dibelakang sana tidak banyak barang mungkin Salma akan duduk di belakang.

“Oke mulai sandiwaranya?” tanya Rafa ketika mereka sampai di parkiran rumah sakit.

“Emang harus dari sekarang?”

“Bisa aja kita ketemu sama kakak-kakak aku kan. Mereka pasti bertanya-tanya kalau sampai kita terlihat musuhan kayak gini.”

Ketika turun dari movil, Mereka bergandengan tangan. Sebenarnya Salma tidak mau tapi perkataan Rafa ada benarnya juga. Dan benar saja ketika masih di parkiran saja mereka berpapasan dengan Deni suami dari Vinia.

“Cieee pengantin baru mah lengket terus.”

“Iya dong harus lengket kan sayang,” kata Rafa. Lalu di balas dengan senyuman oleh Salma. “Mbak Vini mana?”

“Dia lagi ngurusin Deandra lagi tantrum pengen ikut ke sini.”

Sebenarnya jika tidak ada Deni, jujur saja Salma ingin melepaskan tangannya dari Rafa ketika di dalam lift. Tapi apa mau dikata Salma bahkan harus terlihat mesra dengan Rafa. Meskipun itu memuakan tapi sandiwaranya harus terlihat rapi.

Sesampainya di kamar rawat. Mama Nanda langsung tersenyum sumringah padahal saat itu mama nanda sedang merasakan sakit yang membuat tubuhnya lemah sekali. Tapi melihat Rafa dan Salma datang entah mengapa rasa sakit itupun sampai menghilang.

“Salma, nak sini,” kata mama Nanda.

“Iya mah, Salma disini. Mama lagi ngerasa sakit yah?” kata Salma sambil duduk.

Tangan mama Nanda memegang tangan Salma dengan sisa tenaganya. “Iya tapi lihat kalian berdua datang ke sini mama seneng. Rasa sakitnya sedikit terobati,” senyuman tulus itu terlihat membingkai wajah mama Nanda yang jelas seklai terlihat capek.

“Mau Salma pijitin?”

“Gak usah, kata dokter mama gak boleh di pijit,” jawab Vania, kakak pertama Rafa.

“Mama nggak apa-apa sayang. Mama Cuma pengen liat kalian berdua aja kok.”

“Besok aku harus balik ke Kanada mah,” kata Rafa di samping Salma.

“Salma ikut nggak?” tanya Vania.

“Nggak. Lagian Salma belum bisa resign dari kantornya,” kembali Rafa yang menjawab.

“Kalau gitu kita gantian jagain mama. Lagian besok mama udah pulang kok ke rumah.”

“Iya boleh,” jawab Salma “Tapi habis aku pulang kerja ya mbak. Dari malem aja. Soalnya kadang aku ada lembur sampe jam 7 malem.”

Vania tidak menjawab akan tetapi Mama Nanda secara tidak langsung menggelengkan kepalanya. Seperti berkata tidak usah.

“Kalau kamu sibuk nggak apa-apa, sayang,” kata mama Nanda. “Lagian Vania sama Vini juga sering jagain mama kok.”

“Kalau Salma nggak sibuk pasti Salma nginep ya, mah.”

Siang itu Salma membantu mama Nanda makan. Sesekali mama Nanda meringis kesakitan dan itu membuat Salma ikut meringis juga. Salma benar-benar tulus melihat mama Nanda.

Sesekali ia mengelus lengan mama Nanda, mengambilkan minum dan bahkan ikut mengganti baju mama Nanda. Sayangnya Salma ke mama Nanda bukan karena terpaksa oleh karena ikatan dia dengan Rafa tapi itu telah terbentuk semenjak ia SMA dulu.

Sore harinya, mereka pergi lagi ke rumah Salma. Disinilah pertarungan antara ikut dan tidak ikut terjadi. Salma masih tetap ingin bekerja tapi orang tua Salma ingin Salma berhenti dan ikut bersama dengan Rafa ke Kanada.

“Mama sama papa usir aku dari rumah ini?”

“Bukan ngusir, Salma. Tapi apa kata orang kalau kamu tidak ikut suami kamu ke sana. Kamu ini udah nikah.”

“Tapi aku masih tetap pengen kerja. Lagian Rafa juga bolehin aku kerja kok, iyakan, Fa?” Salma langsung menatap Rafa.

“Iya, pah. Kalau aku sih nggak masalah mau-“

“Kami yang masalah. Apa kata orang kamu menikah tapi masih disini kamu mau orang-orang berpikir jika ini pernikahan bohongan?”

Tidak ada titik temu di malam itu. Bahkan sudah dua jam mereka berempat berada di meja makan tapi Salma masih tetap ingin bekerja dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.

“Aku pokoknya pengen kerja. Aku gak mau ikut ke Kanada. Karir aku lagi bagus.”

“Ya terus kenapa kamu nikah? Kenapa kamu pengen nikah sekarang.”

“Yang pengen nikah sekarang gitu siapa?” kata Salma dengan lantang. “Aku bahkan gak mau nikah sekarang! aku tuh gak mau-“

Bersambung

Nah, kan keceplosan juga tuh si Salma

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!