Jessica Collins sangat bahagia ketika di nikahi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, namun kebahagiaannya sirna saat mengetahui tujuan pria itu menikahinya hanya karena ia mirip dengan istri pertamanya dan rupanya pria itu tak benar-benar menyukainya.
"Apa di saat menyentuhku, kau sedang membayangkan istrimu yang lain ?"
Sungguh Jessica sangat sakit hati haruskah ia bertahan atau justru pergi menjauh di saat mengetahui dirinya sedang mengandung janin pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~22. Kembali ke Paris
Kini pernikahan Jessica dan Jason telah usai di gelar, gadis itu terlihat sangat cantik di hari pernikahannya dan itu membuat Jason nampak tak berpaling sedikit pun menatapnya.
"Kalian yakin ingin langsung kembali ke Paris ?" Anne nampak berat melepas putri kecilnya tersebut, karena malam itu juga mereka akan kembali ke Paris.
"Maafkan saya harus secepat ini membawa Jessy pergi, karena ada beberapa pekerjaan penting yang tidak bisa di tinggal." terang Jason memberikan penjelasan.
"Benar Mommy, aku juga ada kelas besok." Jessica ikut menimpali, mengingat ia juga harus masuk kuliah.
"Baiklah, jika ada apa-apa segera beritahu kami." ucap Anne yang mau tak mau harus rela melepas kepergian mereka.
"Jason, titip putriku dan jangan pernah sakiti dia. Jika sampai itu terjadi kamu tahukan akibatnya ?" ucap James penuh dengan penekanan seraya menatap pria yang baru saja menjadi menantunya tersebut.
"Tentu saja Dad, aku akan menjaga Jessy dengan baik." sahut Jason meyakinkan.
Setelah mereka berpamitan akhirnya malam itu juga Jason membawa Jessica kembali ke Paris menggunakan jet pribadinya.
"Bangunlah !!" Jason nampak menggoyang lengan sang istri agar bangun saat mereka telah mendarat di Paris.
"Sudah sampai? maaf aku lelah sekali." sahut Jessica lantas segera beranjak bangun.
Gadis itu memang terlihat sangat kelelahan setelah pesta pernikahannya hingga sang suami membiarkannya beristirahat selama dalam perjalanan.
"Hm, ayo turun !!" ajak Jason kemudian.
Setelah keluar dari pesawat miliknya, Jason langsung di sambut oleh Max sang asisten beserta seorang pria yang Jessica sendiri belum pernah melihatnya sebelumnya.
"Kamu pulanglah bersama Bastian, karena aku harus kembali ke kantor !!" perintah Jason kemudian.
"Bastian ?" Jessica tak mengerti siapa pria yang suaminya itu maksud, apa lelaki yang sedang berdiri di samping Max itu.
"Dia Bastian yang mulai sekarang akan menjadi sopir pribadimu." terang Jason seraya memperkenalkan salah satu tangan kanannya tersebut.
"Oh baiklah, jadi kamu beneran tidak pulang dahulu ?" ucap Jessica menatap lekat pria yang baru beberapa jam menjadi suaminya itu.
"Sampai jumpai, nanti malam." Jason nampak mengusap lembut pipi gadis itu lantas segera menarik kembali tangannya.
"Hm." Jessica mengangguk kecil, kemudian segera berlalu mengikuti Bastian sang sopir pribadinya.
"Jadi namamu, tuan Bastian ?" tanya Jessica setelah mobil yang membawanya mulai melaju meninggalkan bandara.
"Benar nyonya." sahut Bastian, seorang pria berusia 40 tahunan itu dari balik kemudinya.
"Sudah lama bekerja dengan suamiku ?" tanya Jessica ingin tahu.
"Sudah nyonya, sejak mendiang tuan besar masih hidup." sahut Bastian.
Jessica nampak mengangguk-anggukkan kepalanya, rata-rata orang yang bekerja dengan suaminya adalah orang-orang lama bekas bawahan mendiang ayahnya dan itu bisa ia pastikan jika Jason adalah pria yang baik hingga membuat mereka semua merasa betah bekerja dengannya.
Beberapa saat kemudian mobil yang membawa Jessica telah sampai di mansion.
"Terima kasih banyak, Tuan Bastian." ucap Jessica lantas segera turun dari mobilnya.
Gadis itu nampak menekan bel beberapa kali hingga tak berapa lama pintu mansion tersebut di buka dari dalam, nampak nyonya Dakota menatapnya datar seperti biasanya.
"Kau tidak mempersilakan ku untuk masuk ?" ucap Jessica kemudian.
"Aku telah menikah dengan Jason semalam dan kamu tahu itu artinya apa? aku nyonya rumah di sini sekarang." imbuh Jessica lagi seraya menunjukkan cincin di jarinya saat kepala pelayannya itu tak kunjung menyuruhnya masuk.
Melihat cincin yang tersemat di jari gadis itu, nyonya Dakota nampak melebarkan matanya tak percaya. "Jangan terkejut seperti itu, kita bisa menjalin hubungan baik jika kamu mau." ucap Jessica lagi, namun nyonya Dakota nampak tak bereaksi.
Kemudian wanita itu segera menggeser tubuhnya untuk memberikan gadis itu jalan. "Silakan, nyonya muda." ucapnya kemudian.
"Terima kasih." sahut Jessica lantas segera melewati wanita itu, tapi baru beberapa langkah gadis itu kembali berbalik badan.
"Nyonya muda ?" ucapnya mengulang perkataan wanita itu.
"Tentu saja karena aku masih muda, benar begitu ?" imbuhnya lantas kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya, karena percuma berbicara dengan kepala pelayannya itu yang sangat pelit mengeluarkan suaranya.
Sepertinya kembali tidur akan membuatnya lebih baik akibat jetleg yang ia rasakan saat ini.
Malam harinya.....
Malam itu Jessica nampak mengerjapkan matanya setelah tidur beberapa jam dan saat ini tubuhnya terasa kembali segar. Ketika hendak beranjak tiba-tiba gadis itu terkejut saat melihat suaminya sedang duduk di sofa dengan segelas wine di tangannya.
"Sa-sayang, kamu mengagetkanku." ucapnya kemudian.
"Merasa lebih baik ?" tanya Jason yang masih berada di tempat duduknya.
Sepertinya pria itu baru saja pulang, wajahnya terlihat lelah dan kemejanya sedikit berantakan dengan dua kancingnya sudah terlepas hingga memperlihatkan sedikit dada bidangnya yang di penuhi bulu-bulu halus.
"Tentu saja." Jessica langsung beranjak bangun, namun saat melangkah mendekatinya pria itu tiba-tiba berdiri.
"Aku harus segera membersihkan diriku, hari ini pekerjaan sangat banyak." ucap pria itu sembari berlalu ke kamar mandi.
"Ya, tentu saja." timpal Jessica seraya melihat kepergian pria itu, ada perasaan kecewa tapi mungkin suaminya butuh waktu untuk membersihkan dirinya agar merasa lebih baik.
"Apa mau ku siapkan makan malam ?" tanyanya kemudian sebelum suaminya itu benar-benar menutup pintunya.
"Tidak perlu, pelayan sudah menyiapkan semuanya." sahut Jason, setelah itu menutup pintunya dari dalam.
"Baiklah." sahut Jessica meskipun suaminya itu tak lagi mendengarnya, entah kenapa ia merasa jika pria itu sedikit berubah.
"Mungkin hanya perasaanku saja." gumamnya meyakinkan dirinya sendiri.
Lantas saat melihat ponsel suaminya itu tergeletak di atas meja, Jessica segera mengambilnya dan rupanya ponsel pria itu di kunci dengan pola yang sulit gadis itu tebak.
"Baiklah, setiap orang butuh privasi Jessy." gumamnya meyakinkan dirinya sendiri.
Beberapa saat kemudian Jason nampak keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang melilit di pinggangnya dan itu membuat Jessica nampak termangu menatap tubuh atletis pria itu.
Dadanya yang bidang terlihat sangat liat dengan di penuhi bulu-bulu halus tumbuh di sana dan perutnya yang berbentuk kotak-kotak seperti roti sobek membuat Jessica seketika menelan ludahnya.
Karena baru kali ini ia berani memperhatikan dengan jelas tubuh pria yang telah menjadi suaminya tersebut.
"Kenapa menatap seperti itu? segera bersihkan dirimu, apa kamu ingin melewatkan ritual malam pertama kita ?" ucap Jason yang seketika membuat Jessica tersedak ludahnya sendiri.
"A-aku mau mandi." ucapnya lantas segera berlari menuju kamar mandi dan menutup pintunya dengan rapat dari dalam.
Kenapa ia bisa melupakan ritual malam pertama yang harus di lalui oleh setiap pasangan pengantin baru?
"Apa benar, rasanya akan sangat sakit ?" gumamnya dengan wajah khawatir, apalagi saat mengingat tubuh suaminya yang sangat kekar dan kuat.
"Mommy, tolong aku !!" teriaknya.
keren karya tulis mu k🤗🤗🤗