Terlahir menjadi anak yang terbuang tak membuatnya berkecil hati. Semangat yang dimilikinya kembali berkobar kala melihat banyaknya orang yang menyayanginya.
Namun dunianya berubah kala dirinya memutuskan untuk menikah. Meski harus merasakan kepahitan akan cinta pertamanya. Denisa tetap bisa bertahan meski pada akhirnya dia memilih mematikan hatinya demi membuang rasa sakitnya.
~Kau tak pernah tahu perihnya luka yang tak nampak namun terasa sangat menyayat jiwa. Jika luka gores itu akan hilang dengan sendirinya namun tidak dengan luka hati, sampai kapanpun dia akan tetap kekal abadi.... Denisa
~ Kuakui aku bodoh. Seharusnya aku menggunakan akal dan hatiku bukan menggunakan emosiku... Raka.
Bagaimana kisah mereka mengarungi biduk rumah tangga dengan bayang bayang cinta lain yang masih melekat di hati Raka.
Mampukah Denisa kembali merasakan cinta dalam hatinya yang telah mati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Kerinduan.
"Masuk."
"Maaf tuan, ada tamu yang ingin bertemu."
"Siapa?"
"Nona Trica."
Raka menghela nafas berat, Trica adalah anak seorang pengusaha yang bekerja sama dengannya. Gadis itu juga tak pernah lelah untuk mencari perhatiannya selama ini. Bahkan tingkahnya terkadang membuat Raka jengah.
"Suruh masuk, tapi buka pintunya jangan ditutup!!"
"Baik tuan."
Raka kembali menatap layar laptopnya. Ada beberapa email yang harus dibalasnya dengan segera.
"Hai sayang."
"Jangan panggil aku sayang, karena kamu bukan siapa-siapa bagiku. Katakan ada perlu apa? karena aku tak punya banyak waktu."
"Kok gitu sih, aku kan mau ngajak kamu makan siang bareng." Gadis itu cemberut.
"Maaf Trica, aku sudah ada janji lain jadi silakan kamu keluar."
"Kamu kenapa begitu sama aku? tak bisakah bersikap baik sedikit saja? kamu kan tahu bagaimana perasaanku padamu selama ini."
"Dan seharusnya kamu juga tahu bagaimana aku menganggapmu selama ini. Lagipula aku sudah menikah dan itu sudah ku katakan padamu. Jadi jangan berharap lebih!!!"
"Aku nggak peduli, toh mana dia yang kamu katakan istri? bahkan Aku tak pernah melihatmu bersama seorang wanita, jadi jangan coba membohongiku karena Aku tak akan pernah percaya."
"Aku tak butuh kamu percaya atau tidak. Toh tak ada pengaruhnya bagiku. Mau kamu menangis darah sekalipun Aku tak akan pernah berpaling dari istriku!!! Jangan ganggu Aku lagi jika kau tak ingin terluka makin parah!!"
"Kau pasti akan menyesali semuanya, Aku pastikan kau akan mengemis cinta padaku dan saat itu tiba kau akan menjadi orang yang sangat menyedihkan."
Raka menatap datar gadis yang sedang meraung didepannya. Trica gadis yang cantik dengan bentuk tubuh proporsional dia juga memiliki daya tarik tersendiri sebagai seorang wanita. Tak pernah ada yang menolak pesonanya kecuali Raka. Dan sikap itulah yang membuatnya tertantang untuk menaklukkan lelaki itu. Namun apa daya, segala upaya yang dilakukannya tak pernah berhasil membuat Raka simpati. Bahkan menatapnya sedikit lebih lama pun Raka seolah enggan.
Trica menghapus air matanya kasar. Dengan langkah terhentak gadis itu meninggalkan ruangan Raka. Disana sudah ada asisten dan sekertaris Raka yang menatapnya.
Asisten Raka bahkan tersenyum tipis melihat bagaimana Raka memperlakukan wanita yang mengejarnya. Orang lain yang tak mengetahui siapa Raka tentu saja akan menganggap lelaki tampan tersebut mengalami gangguan atau bahkan ada kelainan. Akan tetapi bagi mereka yang tahu bagaimana kehidupan pribadi Raka tentu memahami apa yang sebenarnya terjadi.
"Jangan biarkan dia datang menemuiku lagi. Aku tak ingin melihatnya, juga wanita-wanita lainnya yang datang hanya ingin memamerkan lekuk tubuh dan baju kurang bahannya padaku. Usir langsung karena aku tak berminat sedikitpun untuk melihatnya." Raka berujar tegas dengan rahang yang mengeras.
"Baik Tuan."
Asisten dan sekertaris Raka segera undur diri setelah menutup pintu ruangan. Sementara Raka menyandarkan kepalanya di kursi kebesarannya.
"Sayang, pulanglah!! aku membutuhkanmu di sisiku. Aku tak tahu akan bisa bertahan sampai kapan, namun aku pastikan jika diri, hati dan jiwa ini hanya milikmu seorang. Pulanglah, Denisa aku merindukanmu!!"
Raka menangkup wajahnya dengan ke dua tangannya. Sebelah tangannya mengambil kotak yang berada disaku dalam jasnya. Kotak kecil berisi 2 buah cincin. Cincin pernikahan sederhana yang dulu dia beli asal untuk sang istri karena pernikahan yang memang tak pernah dia inginkan namun kini sangat dia rindukan.
Sedangkan 1 lagi adalah cincin yang di belinya ketika cinta itu sudah datang mengetuk dan menetap dalam hatinya.
Diusapnya cincin tersebut, tatapannya nanar penuh kerinduan.
.
.
.
"Kak kenapa??" Radit mendekat ketika melihat Denisa yang tiba-tiba memegang dadanya seraya meringis kecil.
Radit dan Citra mengikuti Denisa pindah ke kota A dan menjadi karyawan di restoran yang Denisa kelola.
Kedua adik angkat Denisa tersebut sangat rapat menyimpan rahasia hingga sampai kini pun kenyataan jika Rico lah pemilik restoran yang sebenarnya belum diketahui oleh Denisa. Yang wanita itu tahu pemilik nya bernama Pak Hermanto yang kini tinggal di luar negeri mengikuti sang istri.
Beberapa kali mereka melakukan meeting virtual tentu saja dengan Rico yang secara diam-diam menjawab apapun dan mengatakan apapun tentang apa yang di laporkan oleh Denisa namun melalui Pak Hermanto.
Tak ada keinginan lain, ke empat remaja itu hanya ingin membuat Denisa nyaman dan tak lagi pergi mencari tempat lain yang justru akan membuat mereka khawatir.
Meski harus berbohong, setidaknya Denisa berada di tempat yang aman dan yang paling penting, mereka bisa menjaga Denisa lebih dekat.
"Tidak tahu, Dit. Akhir akhir ini dada kakak terasa nyeri tiba-tiba namun juga hilang dengan sendirinya."
"Sebaiknya pergi ke dokter kak, periksa sebelum terlambat."
"Tidak perlu sepertinya, jangan khawatir ya. Jika nanti masih berlanjut baru kakak akan pergi ke dokter." Denisa tersenyum menenangkan Radit yang menatapnya penuh khawatir.
"Aku merindukan mas Raka. Kenapa tiba-tiba wajahnya selalu terbayang. Bagaimana kabarmu, mas? apa kamu baik baik saja disana? atau kamu sudah bahagia saat ini?"
Denisa menghirup udara dalam dan menghembuskannya perlahan seolah mengusir sesak yang menghimpit dadanya.
"Harusnya kakak tak menahannya. Kalian berdua saling mencintai tapi kenapa saling menyiksa begini." Gumam Radit yang menatap iba Denisa.
.
.
.
"Bagaimana, apa ada petunjuk tentang dua orang adik angkat istriku?"
"Menurut yang kami dapat, kedua anak itu telah pindah ke kota A sejak satu setengah tahun yang lalu. Mereka akan datang ke sini dua bulan sekali. Tapi.."
"Tapi apa, teruskan!!"
"Mereka datang tak pernah sendiri, mereka datang bersama dengan ke dua adik kembar tuan."
"Maksudmu, Rico dan Rena?"
"Benar tuan. Tuan muda kecil dan Nona muda selalu ada bersama mereka ketika berkunjung. Bahkan mereka menaiki 1 mobil yang sama dengan tuan muda kecil yang mengemudikan nya."
"Baiklah, aku mengerti. Terus lanjutkan tugasmu dan tambah orang mu untuk menyelidiki mereka di kota A. Aku ingin laporan sedetailnya."
"Baik tuan."
panggilan terputus. Raka menatap foto Denisa yang dia dapat dari panti beberapa waktu lalu. Senyum sang istri yang nampak merekah seolah menular padanya hingga sudut bibirnya pun terangkat membentuk sebuah senyuman. Diusapnya foto tersebut dengan lembut.
"Kemanapun kamu pergi, aku akan menemukanmu sayang. Aku tahu kau tak akan pernah muncul dihadapanku sesuai janjimu namun aku yang akan muncul di hadapanmu dan akan membawamu kembali. Aku merindukanmu istriku."
Raka benar-benar merasakan jatuh cinta sejatuh jatuhnya. Berbeda dengan apa yang pernah dirasakannya pada Laras. Sama sama jatuh cinta namun saat ini jantungnya berdetak lebih hebat dan sialnya dia sangat menikmati rasanya. Bahkan kerinduan pada sang istri membuatnya terus membayangkan wajah Denisa.
.
.
Aku mencintaimu, Denisa Anisa
to be continue
tpi rayyan udah sama jennie kan thor di kota B..
selamat ya ren
jangan menunda momongan lah.. biar kan berjalan sesuai kehendak yg kuasa.. kalian cukup ngadon aja 🤭
mau liat live streaming ini 🤣🤣
gass yok
ibu telat 🤭🤭
akhirnya rencana berjalan lancar.
selamat untuk rena dan radit