Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Lexi saat ini masih melawan orang-orang berpakaian hitam dengan baku hantam. Untuk saat ini dia dan Nico belum mengetahui siapa orang yang menyerang mereka.
Tangannya melayang dengan cepat mengayunkan belati yang dia pegang. Menebas leher para musuhnya dengan bringas.
Tatapan matanya yang dingin dan tajam terlihat sangat menakutkan. Sementara Nico juga melakukan hal yang sama.
“Apakah mereka orang-orang Tuan Erlan atau Tuan Gabriel?" Ucap Lexi ketika Nico mundur beberapa langkah kearahnya.
“Bukan, mereka orang-orang wanita itu." Jawabnya.
“Benarkah? darimana kamu tau?"
“Jangan banyak bertanya, habisi mereka atau kita yang akan mati disini." Nico kembali menyerang. Lexi mengangguk dan kembali melakukan serangan.
Sampai beberapa menit kemudian mereka meraih kemenangan meskipun banyak dari anak buahnya terluka.
“Kamu baik-baik saja?" Nico bertanya sembari melihat sekeliling.
“Aku baik-baik saja, ini hanya luka ringan." Jawab Lexi
Nico menganggukkan kepalanya. “Kita harus segera pergi dari sini."
Mereka pergi meninggalkan tempat yang menjadi pertempuran.
**
Setelah melakukan perjalanan cukup panjang, akhirnya Nico dan Lexi sampai ketempat tujuan. Kedatangan mereka berdua langsung disambut oleh orang-orang berjas hitam dengan earphone di telinga masing-masing. Di balik punggung sudah jelas ada pistol sebagai senjata.
Beberapa pengawal membukakan pintu dan meminta keduanya masuk kedalam mobil, tanpa melawan dua pemuda itu duduk dengan tenang.
“Mau kemana kita?" Bisik Lexi
“Diam dan ikuti saja perintahnya." Jawab Nico mengusap bahu adiknya. Lexi hanya menganggukkan kepalanya.
Cukup lama perjalanan yang mereka tempuh dan sekarang mobil yang mereka tumpangi masuk kedalam kawasan elite.
“Wow!! amazing!! Apa kita akan menjadi orang kaya yang sesungguhnya?" Ucap kagum Lexi, padahal mereka tidak kekurangan uang.
“Aku tidak tau, mungkin dia memiliki urusan disini dan kita hanya mengawalnya." Jawab Nico.
Keduanya semakin bingung ketika memasuki gerbang tinggi, apakah ini jebakan? kenapa tidak sesuai dengan informasi yang diberikan oleh anak buahnya.
Gerbang yang sangat tinggi dan dijaga ketat oleh beberapa penjaga. Didepan sana terlihat bangunan yang begitu mewah dan megang.
“Mega Mansion?" Gumam Lexi, membaca tulisan di samping gerbang.
Nico hanya melirik sekilas dan bersiap jika kemungkinan akan ada yang terjadi, jika pun harus mati ditempat ini dia tidak akan mempermasalahkan nya tetapi bagaimana dengan adiknya?
Mobil mereka berhenti di sebuah bundaran air mancur yang sangat besar. jika Nico waspada lain halnya dengan Lexi yang terkagum-kagum.
“Silahkan Tuan!!" Pengawal itu membukakan pintu dan mempersilahkan keduanya turun.
“Ini mega mansion siapa?" Tanya Lexi penasaran.
Mereka saling pandang lalu tersenyum. “Mulai sekarang kalian berdua akan tinggal di mansion ini, Tuan muda sudah membelinya atas nama Tuan Lexi." Jawabnya dan kembali mempersilahkan keduanya untuk turun.
Lexi tersenyum lebar. “Dia membelinya atas namaku? kalian tidak salah?"
“Benar Tuan, dan Tuan Muda juga berpesan agar kalian tetap disini menunggu sampai beliau kembali." Jawabnya.
Nico memeriksa ponselnya dan membaca pesan singkat berupa kode yang hanya mereka berdua saja yang tau, barulah dia bernafas lega.
“Ayo masuk, mega mansion ini milikmu." Dia merangkul pundak adiknya dan mengajak masuk.
Sampai di dalam, mata Lexi berkaca-kaca kala melihat pigura besar. Arsen, Nico dan dirinya.
“Sial!! Kenapa aku merindukannya diwaktu yang tidak tepat." Ucapnya pelan.
***
Di lain tempat seorang wanita yang sudah tidak muda lagi namun terlihat sangat cantik dan seksi itu membanting apapun yang ada di dekatnya.
“Bodoh hanya membunuh dua orang saja kalian tidak mampu!!" Mereka semua menundukkan kepalanya.
Dia beranggapan akan mudah membunuh dua tangan kanan Arsen, nyatanya sampai sekarang gagal dan gagal yang dia dapatkan.
“Maafkan Nyonya, mereka berdua masih dalam perlindungan Tuan Gerald." Jawab salah satu dari mereka yang selamat.
Brakk
“Pria tua itu selalu ikut campur, Arsen sudah matipun masih saja melindungi keduanya." Serunya dengan emosi yang meluap-luap.
“Aku rasa ada yang tidak beres atau kita melewatkan sesuatu?" Ucap rekan wanita itu.
“Maksudmu?"
“Aku yakin kita melewatkan sesuatu, Arsen! mungkinkah kematiannya.. "
“Tidak mungkin, aku menyaksikannya sendiri, anak sialan itu mati ditangan Erlan dan aku juga sudah memastikan jika yang dikubur itu adalah Arsen." Selanya dengan cepat.
Semua sudah dia pastikan dan asli itu adalah Arsen, bukan mayat buatan ataupun topeng silikon. sikap mereka juga tidak ada yang mencurigakan, Gerald beberapa kali harus masuk rumah sakit karena kehilangan cucu tersayangnya.
Rekannya hanya manggut-manggut. “Baiklah, lalu bagaimana dengan Arion? apakah Erlan sudah ada niatan untuk membawanya masuk ke bisnis gelapnya?"
Wanita itu tidak langsung menjawab. “Sepertinya, aku melihat Erlan membawa Arion ke markas. Selebihnya aku tidak tau apa yang mereka bicarakan, di sana tidak ada satu orang pun yang bisa lolos." Jawabnya. Arion juga tidak bercerita apapun selain mengatakan sangat senang ikut ke markas.
“Tetap kendalikan Arion dan jangan sampai apa yang sudah kita rencanakan gagal, aku sudah banyak berkorban." Ucapnya dengan nada tegas, namun langsung dibalas dengan tatapan tajam.
“Kamu pikir aku tidak banyak berkorban? dua!! aku mengorbankan dua darah dagingku sendiri hanya untuk mencapai puncak." Geramnya.
Rekannya hanya mengangkat kedua bahunya seakan tidak perduli, semua sudah menjadi konsekuensinya. sebab tidak ada dua raja didalam satu istana. Maka dia harus menyingkirkan saingan terberat Arion.
Tetapi dia juga tidak bisa tenang, jika semua terbongkar, jangankan kekuasaan, nyawanya saja sudah dipastikan tidak akan selamat. Dia sudah memikirkan semuanya, untuk membalas sakit hatinya maka harus siap berkorban sekalipun itu nyawanya sendiri.
***
Sejak kematian Arsen, Erlan bak Serigala tanpa taring, dia sering kali gagal melakukan transaksi, pikirannya benar-benar berantakan. Arsen, Arsen dan Arsen. Nama itu yang memenuhi kepalanya.
Semua yang dia miliki seakan tidak ada artinya, kenapa kehilangan Arsen sangat membuatnya lemah, dia juga pernah kehilangan seorang putri, tetapi tidak membuatnya lemah malah semakin bringas.
Air matanya matanya menetes begitu saja. “Sial!! aku yang sudah membunuhnya tetapi aku juga yang menyesalinya." Teriak Erlan.
“Bangun dan bangkitlah, kita sudah hampir menemukan semua bukti, jangan sampai semua sia-sia, jika kamu benar-benar menyayangi Arsen, kamu harus mengungkap semuanya." Ucap Raymond menepuk pelan pundak Sahabatnya.
“Yang dikatakan Raymond benar, lawan yang kita hadapi sangat cerdik dan licik, kalau kamu lemah seperti ini, kita tidak akan mendapatkan apapun, dan Arsen selamanya tidak mendapatkan keadilan." Timpal Edgar. Jika Erlan terus seperti ini mungkin semua yang dia lakukan akan sia-sia.
Akan banyak yang mereka korbankan jika benar-benar terungkap.
***
“SELAMAT DATANG KEMBALI TUAN MUDA"
bukannya banyak punya anak buah dan bisa dengan mudah cari informasi? yang ada nanti Erlan, Gabriel dan seluruh keluarga akan menyesal, karena sudah negatif thinking sama Arsen.