Bagian Kedua Kembar Pratomo dari Generasi Ke Delapan
Mandaka Pratomo adalah seorang arsitek jenius yang hobi berpetualang ke daerah konflik untuk membangun rumah sakit sesuai permintaan Opanya, Mamoru Bradford. Hingga suatu hari, Mandaka hendak menyelesaikan satu tugas lagi di pinggiran negara Sudan, mobilnya terkena tembakan roket. Mandaka dan pengawalnya dari Black Scorpio, Carole Laurent selamat dan mereka harus berjibaku untuk bisa kembali ke markas. Perjalanan keduanya tidak mudah apalagi mereka tidak pernah akur dari awal bertemu. Siapa sangka, lama-lama mereka saling tergantung satu sama lainnya.
Generasi Kedelapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
'Hantu'
"Apa ini yang digosipkan banyak orang, Carole?" bisik Donna.
"Bisa jadi." Carole memberikan kode diam ke Donna karena dia ingin tahu apa saja yang dibicarakan oleh orang-orang itu.
"Gedung sebelah ternyata sudah disewa orang-orang yang sedang melakukan renovasi rumah sakit PRC. Kabarnya salah satunya adalah si pewaris."
"Apa kita culik dan kita peras keluarganya?"
"Tidak semudah itu! Keluarganya punya punya koneksi ke FBI!"
"Apakah mereka berbahaya?"
"Sepertinya mereka hanya datang untuk merenovasi rumah sakit yang rusak. Tunggu ... Aku mendapatkan informasi kalau pengawalnya dari Black Scorpio. Lebih baik kita biarkan mereka!"
"Kenapa?"
"Kamu tidak mau berurusan dengan Black Scorpio!"
Carole memberikan kode ke Donna untuk naik ke lantai satu setelah baju mereka kering.
"Anggap saja kamu tidak mendengar apapun Donna! Karena ini sangat berbahaya!" bisik Carole.
"Apakah Mr Pratomo harus tahu?" tanya Donna.
"Iya. Tapi hanya sekedar tahu! Kita tidak harus ikut campur dengan mereka. Kita kemari hanya untuk merenovasi rumah sakit! Jika kita melaporkan, bisa jadi justru kita nanti dikira adalah kaki tangan teroris dan menyulitkan kita!" jawab Carole.
Donna mengangguk.
"Satu hal yang penting. Itu bukan hantu jadi aku bisa menghajarnya jika mereka macam-macam!" senyum Carole membuat Donna tertawa kecil.
Kedua gadis itu pun naik ke lantai satu dan melihat rombongan pria sudah datang. Carole langsung menarik tangan Mandaka yang tampak bingung kenapa wajah gadis itu terlihat cemas.
***
"Jadi ...." Mandaka melongok ke arah luar jendela dan memang gedung apartemen mereka menempel gedung kosong di sebelahnya. "Gedung sebelah itu tidak sepenuhnya kosong?"
"Iya Manda. Ada gerombolan pemberontak disana ...." Carole menatap Mandaka cemas. "Apakah kita harus pindah?"
"Tidak. Kita tetap disini karena kita sudah keluar uang cukup banyak bukan? Jika pindah, maka akan ada over budget nanti. Opa Mamoru bisa ngomel panjang lebar!" jawab Mandaka.
"Jujur aku takut jika kita terlibat pemberontakan padahal kita tidak tahu apapun!"
Mandaka tersenyum ke Carole. "Setidaknya yang melakukan teror hantu itu, bukan hantu. Jadi chagiya, kamu bisa menghajarnya tanpa ragu dan tanpa harus membacakan ayat kursi. Kamu kalau bertemu mereka, baca ayatnya, lempar kursinya."
Carole menyipitkan matanya. "Aku tidak paham dengan apa yang kamu bilang! Apa itu ayat kursi? Apa hubungannya ayat kursi dengan chair?"
"Chagiya, dalam bahasa Indonesia, kursi itu chair. Tahu sendiri kan bahasa Indonesia itu serapan dari banyak bahasa. Jadi artinya itu."
Carole menatap Mandaka. "Tetap aku harus waspada!"
"Memang. Kita masuk ke negara konflik jadi setiap saat harus waspada."
***
Mandaka tidak bisa tidur karena memikirkan cerita Carole tadi pagi. Pria itu lalu mengambil Glocknya dan keluar kamar dengan menegang senjatanya. Mandaka melihat situasi sudah sepi dan lampu pun hanya ada lampu kecil.
Mandaka mensetting smartwatch nya menjadi layar monitor dari CCTV yang dipasangnya. Jadi dia akan mendapatkan notifikasi getaran jika ada yang lewat. Mandaka pun turun dari tangga dan melihat Bixby berjaga di sofa ... Dalam kondisi ketiduran.
Mandaka tersenyum maklum karena tadi seharian mereka sibuk di rumah sakit. Pria itu pun turun menuju basement tempat para gadis tadi mencuci baju.
"Kata Carole sebelah sini tempat penyimpanan sabun," gumam Mandaka. Pria itu mendengar dengan seksama apakah memang ada suara-suara itu.
Mandaka menajamkan telinganya dan dia mendengar percakapan disana. Pria itu menempel rekaman di dinding dan tahu, tembok dinding antara bangunan apartemennya dan sebelah tidak terlalu tebal.
"Biasanya pakai beton atau paling tidak tiga lapis bata tapi ini sepertinya hanya bata tipis." Mandaka mendengarkan lagi percakapan di balik dinding itu. Dirinya mengumpat dalam hati karena kebanyakan pakai bahasa Arab.
"Harus minta tolong trio B deh!"
Setelah dirasa tidak ada percakapan lagi, Mandaka pun berjalan kembali ke lantai satu. Pria itu tampak berpikir apa jadinya jika mereka tanpa sengaja terjadi bentrok? Apa pihak keamanan akan mencurigai mereka padahal sungguh dia dan timnya tidak tahu jika ada kelompok pemberontak di sebelah.
Mandaka masih berpikir saat Carole berdiri di depannya.
"Chagiya? Ada apa?" tanya Mandaka bingung.
Carole tidak menjawab namun dia menarik tangan Mandaka menuju unit apartemennya.
"Kita akan tidur bersama?" goda Mandaka membuat Carole menoleh judes.
"Otak meshum!" cebiknya. "Kamu harus lihat ini!"
Keduanya tiba di unit apartemen Carole yang gelap dan hanya lampu-lampu kecil di sudut ruangan.
"Kamu itu takut hantu tapi unit mu remang-remang cuaca," komentar Mandaka.
"Aku tidak bisa lampu terang kalau malam." Carole mengajak ke jendela dekat dapur. "Lihat!" bisiknya.
Mandaka melihat dari jendela dapur unit apartemen Carole yang bisa melihat halaman belakang gedung sebelah. Unit apartemen Carole memang di paling belakang jadi dia bisa melihat sisi belakang. Terdapat lima mobil Jeep bersiap pergi dan ada lima orang yang ada di belakang. Mereka pun memberikan jempol ke orang-orang yang ada di mobil Jeep itu.
"Mau kemana mereka?" bisik Mandaka.
"Dari yang aku dengar tadi, mereka mau ke gedung pemerintahan Tapi yang mana aku tidak tahu karena setelahnya mereka hanya menggumam jadi aku tidak bisa dengar," balas Carole sambil berbisik juga.
Tanpa sadar, keduanya semakin dekat dengan punggung Carole menempel tubuh depan Mandaka.
"Kira-kira ada berapa orang ya Manda?" bisik Carole.
"Gedung itu tiga lantai. Dan anggap saja sama dengan sini ... Bisa menampung maksimal lima puluh orang. Hitungan kasar aku sih," jawab Mandaka.
"Aku takut jika ada kejadian yang ...." Carole terdiam saat melihat ada dua orang mengambil peti kayu yang berada diluar dan ditutupi oleh terpal. "Manda ...."
"Aku melihatnya Chagiya ... Grenade launcher!" ucap Mandaka dengan nada tegang. "Mereka sangat berbahaya!"
"Mereka mau menculik kamu, Manda."
Mandaka menatap ke Carole. "Menculik aku?"
"Iya ... hendak minta uang tebusan."
Mandaka tersenyum. "Badan Segede ini mau diculik?"
"Manda! Kenapa kamu tenang-tenang saja?" desis Carole sambil mendongakkan wajahnya.
"Dengar chagiya, jika kita tidak membuat mereka curiga, kita aman. Selama tidak menyenggol kita, tidak apa-apa." Mandaka tersenyum. "Kita akan baik-baik saja. Percaya padaku."
Carole hanya mengangguk dan dirinya berbalik hendak pergi namun tangan Mandaka merengkuh pinggangnya hingga tubuhnya menabrak tubuh
"Manda! What are you doing?"
"What am I doing?" Mandaka tidak menjawab tapi dirinya mencium bibir Carole membuat gadis itu mendelik tidak percaya, pria itu berani mencium bibirnya lagi.
Disaat Mandaka sedang memperdalam ciumannya, tiba-tiba ...
KABOOOMMMM!
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
tnggl bls dndam sm mreka....
Manda mh lg stuasi ky gt jg msh aja gombal....🤭🤭🤭
kusajikan kopi dan mawar untukmu mbakku tersayaaang
semangat terus up'nya
gedubragan lagi...