Bayi Kembar Tuan AL

Saking ketakutannya, aku memberanikan diri untuk menengahi perkelahian sengit mereka. Nekat atau bodoh? Entahlah, saat itu aku tidak berpikir apa-apa lagi. Yang ku inginkan hanya satu, perkelahian itu segera berakhir.

Disaat aku berada ditengah-tengah kedua lelaki itu, tanpa ku sadari sebuah tamparan keras mendarat di wajahku. Tamparan dari Tuan Alessandro tanpa dia sengaja.

Tubuhku melayang kebelakang, ku tutup mataku, kurasakan sakit yang amat sangat di hidung ku. Ku rasa hidung ku mengeluarkan darah saat itu namun aku terlalu lemah untuk menyeka darah itu.

Aku terjatuh dan pandangan ku pun menjadi gelap gulita.

***

Aku terbangun, ku lihat sekeliling ku. Aku lupa sedang berada dimana. Aku mengucek mataku tapi tiba-tiba aku merasakan sakit ketika tanganku tak sengaja menyentuh bagian hidung.

Aku baru ingat, aku baru saja kena tamparan yang tidak sengaja dari Tuan Alessandro. Aku menghela nafas panjang dan bangkit dari tempat tidur dan duduk di tepian nya.

"Kamu sudah sadar, Sayang?" tanya EL padaku.

EL masuk ke kamar dengan membawa sebuah mangkok. Dia mendekat dan duduk disampingku. Ternyata dia ingin mengompres hidung ku yang sakit.

"Kamu tau, Ge? Tadi Alessandro begitu mengkhawatirkan keadaanmu. Dia ingin sekali membawa mu ke Rumah Sakit, namun aku menolaknya. Sepertinya dia jatuh cinta padamu..." ucap EL sambil terus mengompres hidung ku dengan sangat lembut.

Aku terkekeh pelan setelah mendengar penuturan EL saat itu, "Tuan Alessandro jatuh cinta padaku? Yang benar saja!" sahut ku.

EL menatap wajahku setelah menyingkirkan kompres itu dari tangannya.

"Aku rasa dia benar-benar jatuh cinta padamu, Ge! Dan jika seandainya itu benar, kemudian dia ingin kembali kepadamu, apa kamu mau menerimanya?!"

Aku tersenyum kepadanya kemudian menggelengkan kepadaku, "Itu tidak mungkin, EL! Karena aku tau dia sangat mencintai Nona Sarra. Lagipula aku dan dia tidak pernah memiliki hubungan apa-apa jadi kenapa aku harus kembali padanya?" sahut ku,

EL tersenyum kecut, kemudian mengelus pipiku, "Jangan pernah tinggalkan aku ya, Ge!"

Ya Tuhan, hatiku sakit dikala mendengar EL mengatakan hal itu. Sebegitu besarnya kah cinta EL padaku, hingga ia benar-benar ketakutan aku tinggalkan?

Aku meraih tangannya yang sedang mengelus pipiku, kemudian ku cium tangan itu. "Aku berjanji, EL. Dan aku harap kau pun begitu!"

EL tersenyum kemudian mengacungkan jari kelingking nya padaku, "Janji?!"

Aku terkekeh ketika melihat jari kelingking itu, Aku merasa lucu, kami bagaikan anak kecil yang sedang mengikat janji satu sama lain, "Janji!" sahut ku

Setelah memastikan aku baik-baik saja, EL kemudian mengantarkan aku pulang. Walaupun disepanjang perjalanan, aku dan EL tidak saling bicara. Namun tangannya terus menggenggam erat tanganku bahkan hingga mobil itu tiba didepan rumahku.

Dia mengantarkan aku hingga kedepan pintu. Sebelum aku masuk kedalam rumah, EL menarik tanganku. "Ge, bolehkah aku mencium mu?"

Aku sangat gugup, aku tidak berani untuk berkata tidak. Dengan sangat terpaksa aku angguk kan kepalaku. EL tersenyum kemudian segera meraih wajahku.

Ini pertama kalinya EL meminta ciuman kepadaku. Aku gemetar, ku tutup mataku kerana saking gugupnya. Tubuhku ini terasa panas dingin dibuatnya...

EL melabuhkan satu ciuman dikening, kemudian pindah ke pipiku sebelah kiri dan beralih lagi ke sebelah kanan.

Aku membuka mataku ketika EL tidak juga menyentuh bibir ku. Ternyata EL tengah memperhatikan reaksi ku sambil tersenyum. Aku malu, sangat malu.

"Aku sisakan satu untuk malam pertama ku!" ucapnya sambil mengelus bibir ku,

Ah... aku meleleh dibuatnya. Aku rasa EL semakin hari semakin manis saja. Aku bisa kelebihan kadar gula jika EL terus-terusan memperlakukan aku seperti ini!

Aku tersenyum lebar setelah mendengar perkataannya, aku bahkan tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Aku hanya bisa melambaikan tanganku kemudian menutup pintu setelah memastikan dia sudah melaju dengan mobilnya.

Setelah kepergian EL, aku segera membersihkan diriku kemudian pergi ketempat tidur. Aku sudah sangat lelah hari ini.

***

Beberapa bulan kemudian,

Usia kandungan ku hampir memasuki bulan kesembilan. Perutku sudah sangat besar, aku bahkan kesusahan membawa tubuhku bahkan hanya untuk sekedar berjalan.

Entah mengapa kakiku ikut-ikutan bengkak. Namun beruntung nya, aku memiliki seseorang yang selalu bersedia membantu ku, EL.

Aku sudah tidak diperbolehkan bekerja oleh EL tapi gaji ku tetap jalan. Dia benar-benar Boss idaman hati...

Para karyawannya yang lain hanya bisa gigit jari ketika melihat EL memberikan gaji buta untukku. Namun mereka tidak pernah iri karena mereka sudah tahu tentang hubungan kami.

EL sudah mengumumkannya didepan mereka, agar tidak terjadi kesalahpahaman antara sesama karyawan.

Dan yang membuat ku tersenyum saat itu, ekspresi Anne ketika mendengar aku dan EL resmi berpacaran. Seharian penuh, ia hanya menekuk wajahnya. Aku tidak tega melihatnya, apakah Anne jatuh cinta sama EL?

Ku tanyakan hal itu kepada EL namun dia enggan membahas masalah itu. Katanya "Tidak penting!" Ya sudah, aku pun tidak akan membahasnya lagi.

Malam ini EL kembali datang kerumah ku seperti biasa, dia juga membawakan aku makanan dan minuman. Kemudian membantu mengerjakan apa yang tidak bisa aku lakukan. Aku begitu bangga melihatnya seperti itu. Dia lelaki sempurna baik fisik maupun perilaku.

Aku duduk di tepi tempat tidur ku sambil mengelus perutku. Sejak dari tadi, kedua bayiku ini sangat aktif bergerak. EL tersenyum kemudian mendekatiku. Ia juga meletakkan tangan di perutku.

Gerakan si kembar semakin lincah ketika EL menyentuh mereka. EL terkekeh ketika merasakan tendangan-tendangan kecil dari si kembar.

Tiba-tiba saja, terdengar suara ricuh dari luar rumahku. Bahkan pintu rumahku di gedor-gedor dari luar dengan sangat keras. Aku dan EL sempat saling bertatapan.

EL bangkit begitupula pula aku. EL membuka pintu kontrakan ku sedangkan aku berdiri dibelakangnya.

"Ada apa ini?!" tanya EL

"Keluar kalian!!!" teriak para warga,

Astaga, kami di gerebek oleh warga sekitar. Aku sangat ketakutan dan juga malu. Mereka menarik tangan EL dan memaksanya untuk keluar dari rumahku.

Kemudian EL meminta waktu kepada warga untuk menghubungi salah satu kerabatnya, untuk menolong kami di situasi saat ini. Beruntung para warga masih mengizinkannya. Mereka juga tidak main tangan kepada EL.

Aku dan EL diberondong pertanyaan demi pertanyaan yang sangat memalukan.

"Apa kalian melakukan hubungan suami istri?"

"Apa kalian sudah berzina?"

"Berapa kali sudah kalian melakukannya?!"

Ya ampun, pertanyaan yang sungguh memalukan. Aku bahkan sampai menagis saat itu. Begitupula EL, EL bahkan sampai bersumpah dengan menyebut nama Tuhan bahwa kami tidak melakukan apapun. Karena aku dan EL memang tidak pernah melakukan apa-apa.

Kami memang akan segera menikah namun setelah kedua bayi ini lahir. Namun sepertinya pernikahan kami akan dipercepat apalagi warga sudah mulai emosi karena tidak percaya bahwa kami tidak melakukan apa-apa.

***