KETIKA JATUH CINTA

Berita tentang penggrebekan penjualanan manusia yang terjadi di salah satu casino yang di lakukan Abraham dan rekan nya menjadi perbincangan hangat. Banyak pihak masyarakat yang mengacungi jempol atas hasil kerja itu.

Hanya saja masih belum di ketahui siapa dalang di belakang tindak kejahatan

itu. Abraham tidak menjadi besar kepala dan lupa dengan tujuan utama nya, justru itu membuat rasa tanggung jawab semakin tinggi.

“Semua sudah dalam keadaan sehat. Hanya saja rasa trauma masih di rasakan mereka.” Ucap Aditya memberikan keterangan pemeriksaan kesehatan korban penculikan yang akan di jual.

“Apa ada yang aneh atau mencurigakan dari mereka?” tanya Abraham pada Aditya di ruang dokter milik Aditya.

“Hhhmm…. Tidak ada sih, hanya saja ada seorang wanita yang selalu bertanya tentang mu.” Jawab Aditya melirik Abraham dengan ujung bibir terangkat.

Abraham mengernyitkan dahi nya, tidak mengerti apa yang di maksud dari sahabat nya itu.

“Wanita? Siapa?” tanya nya sedikit acuh.

“Nama nya……. Bellova… dia salah satu korban penculikan itu.”

“Kata nya dia adalah wanita dengan nomor urut 10. Seperti nya dia tertarik nih dengan mu.” Ledek Aditya dengan senyum kecil.

“Hhhaaiisss…. Bisa-bisa nya kau menarik kesimpulan seperti itu. entah dari mana……

“Dia tanya nama kamu siapa? Sudah menikah atau belum, punya pacar apa masih single…… coba kau pikir, kenapa ada wanita yang bertanya seperti itu kalau tidak karena dia tertarik?” pertanyaan yang langsung

menyindir, membuat Abraham hanya menggelengkan kepala nya.

“Itu mungkin karena dia ingin berterima kasih saja pada ku, bukan karena……

“Salah…. Kau tahu tidak? Sampai sekarang saja dia masih menunggu mu. Kata nya dia ingin bertemu dan berbicara pada mu.” Aditya memotong pembicaraan Abraham yang terkesan cuek.

Lagi Abraham mengernyitkan dahi nya.

“Bertemu dengan ku? Untuk apa sih? Bikin repot saja.” Tolak Abraham yang tidak suka dengan hal-hal yang seperti itu.

“Ya…. Aku tidak tahu. Tapi kan tidak ada salah nya kau bertemu dulu pada nya. Mungkin ada informasi yang bisa di berikan pada mu.”

“Jangan terlalu keras pada wanita bro, nanti….

“Aku tidak keras pada wanita, bukti nya kak Ina dan Arshinta….

“Selain itu!... kau hanya lembut pada saudara dan mama mu. Coba dong dengan yang di luar dari saudara atau keluarga?” ucap nya menaikkan salah satu alis dengan tersenyum.

“Ah….. sudah lah. Pekerjaan ku masih banyak, aku harus pergi.” Abraham yang sudah merasa jengah pun pergi meninggalkan Aditya yang masih tersenyum nakal pada nya.

Abraham memang belum menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis. Yang ada dalam pikiran nya adalah pekerjaan untuk menangkap orang jahat.

Bukan karena tidak ada yang menyukai nya, hanya saja sifat ketus dan mengabaikan dari nya lah yang membuat ada jarak.

Abraham yang seorang diri sedang berjalan di lorong rumah sakit, tanpa sadar seseorang di depan nya sedang memperhatikan nya.

Semakin lama jarak mereka semakin dekat.

Hingga…..

“Selamat siang pak…” sapa wanita yang sudah memperhatikan nya dari depan.

“Siang.” Jawab Abraham dengan menghentikan langkah nya.

Wanita itu dengan malu-malu tersenyum pada Abraham, melihat itu Abraham merasa aneh.

“Ada apa? Kenapa kau tersenyum seperti itu?” tanya nya penasaran.

“Tidak apa-apa pak. Saya….. saya ingin mengucapkan terima kasih karena bapak sudah menyelamat kan saya.” Jawab nya tersipu malu.

“Ooohh…. Itu sudah kewajiban saya sebagai polisi. Bagaimana dengan keadaan mu? Apa tidak ada yang sakit lagi?” tanya nya hanya sekedar basa-basi.

Wanita itu merasa seperti di perhatikan. Membuat nya salah tingkah.

“Saya sudah baik kan pak. Tidak ada yang sakit lagi. Mmmmmm……. Apa saya boleh tahu nama bapak siapa?” tanya nya setelah mengumpulkan sedikit keberanian.

Abraham terdiam mendengar pertanyaan wanita yang dia yakin sangat pemalu itu.

“Untuk apa kau tahu nama ku? Apa ada urusan nya?” tanya nya ketus.

“Bu….bukan seperti itu…. saya… saya hanya….

“Kau tidak usah terlalu tahu nama ku siapa. Yang penting kau sudah sehat, dan bisa kembali ke rumah. Kalau begitu aku permisi dulu ya….” Jawaban Abraham yang ketus sambil melanjutkan langkah nya.

Tanpa beban, pria itu pergi meninggalkan wanita yang bernama Bellova yang masih menatap nya dengan tatapan kecewa.

Dan Abraham, berjalan terus kedepan tanpa melihat kebelakang sedikit pun.

*******

“Abraham….. siapa dia?” tanya seorang pria yang baru mendengar nama Abraham.

“Dia….dia adalah seorang Komisaris Polisi bos. Dan dia juga lah yang menghancur kan bisnis transaksi kita.” Jawab pria sebagai anak buah nya.

“Ooohhh……. Polisi rupanya ya….. tapi aku tidak pernah mendengar nama nya. Dari mana dia?” tanya bos nya dengan sebatang rokok di jepitan jari nya.

“Dia di pindah tugaskan dari Tangerang ke Jakarta bos. Dan menurut informasi, dia sangat hebat dalam menangkap penjahat.” Jawab anak buah nya sedikit gugup.

“Hebat???....... Hhhhmmmm…… aku mau lihat sampai mana kehebatan nya. Cepat selidiki tentang orang itu. cari tahu apa kelemahan nya.” Suruh bos nya pada nya.

“Baik bos.” Anak buah nya mengiyakan permintaan bos nya dan pergi meninggalkan nya.

Pria bertubuh besar, dengan suara bass dan wajah dengan bekas luka. Kejahatan yang di lakukan sudah tidak bisa di hitung lagi. Beberapa kali memang sudah pernah masuk penjara, tapi tidak membuat nya jera untuk

melakukan kejahatan lagi.

Pria itu adalah bos besar yang menyuruh anak buah nya untuk menyelidiki Abraham.

*****

Di sekolah Cinta Kasih, Arshinta sedang mengecek kertas-kertas yang sudah di tulis kan nama-nama guru yang tercatat sebagai

‘guru jahat’. Mereka masih melakukan aktifitas mengajar nya seperti biasa.

Tanpa curiga apa yang akan di lakukan atasan nya.

“Ckckckckckckck……Hhhhmmmmm……. Banyak juga ya…” celoteh nya dengan menggelengkan kepala.

“Tidak disangka jumlah nya lebih banyak dari yang ku kira. Di setiap kelas, nama-nama mereka selalu ada…. Luar biasa sekali.” Ucap nya dengan memijit kening nya.

Ruly yang duduk tidak jauh dari nya, hanya mendengar keluhan dari Arshinta.

“Lalu apa yang akan anda lakukan bu Shinta?” tanya Ruly yang penasaran.

“Tentu saja aku harus mengeluarkan ‘racun-racun’ ini, agar tidak menyebar.”

“Rul, kamu buka lowongan sesuai dengan mata pelajaran mereka ya. Kalau sudah ada, aku akan mengeluarkan mereka.” Ucap nya memberikan catatan nya sendiri sambil menghitung jumlah suara yang memilih mereka.

“Mata pelajaran nya sudah aku tulis juga. Nanti…… tahap interview nya biar dengan ku langsung. Aku tidak mau menerima yang asal-asalan lagi.” Pinta Arshinta dengan tegas.

“ Baik bu Shinta, hari ini pun saya akan membuat lowongan melalui sosial media.” Jawab Ruly, melihat catatan tersebut.