NovelToon NovelToon
GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Aplikasi Ajaib
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

Hancurnya Dunia Aluna Aluna Seraphine, atau yang akrab dipanggil Luna, hanyalah seorang siswi SMA yang ingin hidup tenang. Namun, fisiknya yang dianggap "di bawah standar", rambut kusut, kacamata tebal, dan tubuh berisi, menjadikannya target empuk perundungan. Puncaknya adalah saat Luna memberanikan diri menyatakan cinta pada Reihan Dirgantara, sang kapten basket idola sekolah. Di depan ratusan siswa, Reihan membuang kado Luna ke tempat sampah dan tertawa sinis. "Sadar diri, Luna. Pacaran sama kamu itu aib buat reputasiku," ucapnya telak. Hari itu, Luna dipermalukan dengan siraman tepung dan air, sementara videonya viral dengan judul "Si Cupu yang Gak Tahu Diri." Luna hancur, dan ia bersumpah tidak akan pernah kembali menjadi orang yang sama.

Akankah Luna bisa membalaskan semua dendam itu? Nantikan keseruan Luna...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 : MAHKOTA DARI ABU

Suasana di aula SMA Pelita Bangsa mendadak senyap, seolah-olah waktu berhenti berputar. Udara yang tadinya penuh dengan teriakan penghinaan dari Reihan dan sorak-sorai pengikutnya, kini membeku menjadi keheningan yang menyesakkan. Suara Madam Celine yang bergetar penuh otoritas dari layar raksasa di belakang panggung masih terngiang di telinga setiap orang, seperti guntur yang baru saja menyambar.

Dua polisi yang tadinya hendak memborgol Luna kini mematung. Tangan mereka menggantung di udara, kaku, sementara mata mereka menatap wajah Madam Celine, sosok yang kekuatannya sanggup mematikan karier siapa pun hanya dengan satu jentikan jari.

Luna, atau sekarang lebih tepat dipanggil Seraphine, tetap berdiri tegak di tengah panggung. Cahaya lampu spotlight yang putih bersih memantul di kalung berliannya, menciptakan kilauan yang menyilaukan mata siapa pun yang berani menatapnya. Ia tidak lagi melihat ke arah penonton dengan ketakutan. Matanya yang tajam dan dingin tertuju langsung pada Reihan yang kini bersimpuh di lantai panggung.

"Reihan," suara Seraphine mengalun rendah, sangat jernih melewati mikrofon emas di depannya. "Kamu tadi bilang aku seorang penipu?"

Reihan mencoba bicara, namun suaranya tersangkut di tenggorokan. Keringat dingin mengucur deras di dahinya. Ia menoleh ke arah Valerie yang duduk di barisan depan, berharap ada bantuan, namun ia melihat Valerie sendiri sedang pucat pasi, menatap layar monitor dengan tatapan tak percaya.

"B-Bohong... Ini pasti rekayasa teknologi..." gumam Reihan, mencoba mencari celah terakhir untuk menyelamatkan harga dirinya. "Gadis ini... dia Luna! Si cupu yang rumahnya di gang sempit! Nggak mungkin dia punya hubungan sama Madam Celine!"

Seraphine tersenyum tipis, sebuah senyum yang mematikan. Ia melirik ke arah Xavier yang berdiri di pinggir panggung. Dengan satu isyarat kecil dari Seraphine, Xavier melangkah maju menuju Bibi Siti yang masih didekap oleh anak buah Reihan.

Hanya dalam hitungan detik, Xavier melakukan gerakan yang sangat cepat. Dua pria berbadan besar yang memegang Bibi Siti terkapar di lantai sebelum mereka sempat menyadari apa yang terjadi. Xavier menuntun Bibi Siti menuju Seraphine.

"Bibi," panggil Seraphine. Suaranya sedikit melunak, namun tetap berwibawa.

Bibi Siti menatap gadis di depannya dengan air mata bercucuran. Ia melihat keponakannya yang dulu selalu memakai baju lusuh, kini berdiri seperti seorang ratu. "Luna... benarkah ini kamu, Nak?"

Seraphine menggenggam tangan Bibinya yang kasar, lalu menoleh ke arah kamera utama. "Dunia mungkin melihat wanita ini sebagai buruh cuci. Tapi bagiku, dia adalah satu-satunya alasan mengapa aku masih sudi mempertahankan sedikit rasa kemanusiaan di tempat terkutuk ini."

Seraphine kemudian menatap Kepala Sekolah yang duduk di barisan depan dengan wajah biru karena ketakutan.

"Pak Kepala Sekolah," panggil Seraphine.

Pria paruh baya itu berdiri dengan lutut yang gemetar. "Y-ya, Nona Seraphine?"

"Mulai detik ini, SMA Pelita Bangsa bukan lagi milik yayasan lama. Seraphine Global telah mengambil alih seluruh saham dan aset sekolah ini sejak tiga puluh menit yang lalu. Dan sebagai pemilik baru..." Seraphine menjeda kalimatnya, memberikan tekanan yang luar biasa di ruangan itu. "...saya memutuskan untuk melakukan pembersihan total."

Seraphine menunjuk ke arah Reihan, lalu ke arah Maya dan Kevin di bawah panggung.

"Kalian bertiga, beserta seluruh antek kalian, secara resmi dikeluarkan dari sekolah ini dengan catatan hitam perundungan dan upaya penculikan. Dokumen asli dari gudang pelabuhan beserta bukti suap ayah kalian sudah berada di tangan kejaksaan sekarang. Jangan berharap ada sekolah lain yang akan menerima sampah seperti kalian."

"Lo nggak bisa lakuin ini!" teriak Maya dari bawah panggung, suaranya melengking karena frustrasi. "Orang tua gue punya koneksi!"

"Koneksi?" Seraphine tertawa dingin. "Cek ponselmu, Maya. Ibumu baru saja dinyatakan sebagai tersangka pencucian uang lima menit yang lalu. Semua koneksimu sedang sibuk menyelamatkan leher mereka sendiri."

Maya jatuh terduduk, ponselnya terlepas dari genggamannya. Di layar ponselnya, terlihat berita utama nasional  "SKANDAL KORUPSI BESAR: KELUARGA DIRGANTARA DAN SANJAYA DINYATAKAN PAILIT."

Kehebohan di aula memuncak saat beberapa petugas berjas hitam bukan polisi gadungan suapan Valerie, melainkan tim keamanan elit Seraphine, masuk dan menyeret Reihan keluar dari panggung. Reihan berteriak-teriak seperti orang gila, namun suaranya segera menghilang di balik pintu aula.

Seraphine kemudian turun dari podium. Ia berjalan perlahan menuju barisan depan, tempat Valerie berdiri membeku.

Valerie mencoba memasang wajah tenang, namun rahangnya yang mengeras mengkhianati ketakutannya. "Aluna... atau siapa pun namamu sekarang. Kamu pikir dengan drama ini kamu bisa merebut posisi di hati Nenek? Kamu tetaplah gadis selokan yang kebetulan beruntung."

Seraphine berhenti tepat satu langkah di depan Valerie. Ia lebih tinggi beberapa sentimeter karena sepatu hak tingginya yang mahal. Ia mencondongkan tubuhnya ke telinga Valerie.

"Dengar baik-baik, Valerie," bisik Seraphine. "Nenek tidak 'menemukanku'. Akulah yang memutuskan untuk kembali. Selama sepuluh tahun kamu menikmati kemewahan yang seharusnya menjadi milik ibuku. Sekarang, kembalikan setiap rupiahnya, atau aku akan memastikan kamu berakhir lebih buruk daripada Reihan."

Valerie gemetar hebat. Ia mencoba menampar wajah Seraphine, namun Xavier dengan sigap menangkap pergelangan tangan Valerie sebelum sempat menyentuh kulit Seraphine.

"Jangan pernah mencoba lagi, Valerie," ucap Xavier dengan nada yang sangat mematikan. "Status Anda sebagai cucu angkat bisa dicabut dalam semalam jika Anda berani menyakiti Nona Seraphine."

Seraphine berjalan melewati Valerie, diikuti oleh Xavier yang menuntun Bibi Siti. Seluruh murid yang tadinya menghina, kini menunduk dalam-dalam saat Seraphine lewat. Mereka takut, malu, dan terpesona secara bersamaan.

Di luar gedung sekolah, Seraphine berhenti sejenak menghirup udara Jakarta yang panas. Ia menatap ke arah gerbang sekolah yang kini sudah dijaga oleh pasukan keamanannya sendiri.

"Bagaimana perasaanmu, Nona?" tanya Xavier sambil membukakan pintu mobil limusin hitam yang sangat mewah.

Seraphine menatap tangannya yang bersih. Ia teringat kembali hari di mana ia disiram tepung di tempat ini. Rasa sakit itu belum sepenuhnya hilang, tapi hari ini, ia menyadari bahwa kekuatan adalah obat terbaik untuk luka lama.

"Ini baru permulaan, Xavier," jawab Seraphine. "Menghancurkan Reihan dan Selin itu mudah. Mereka hanya anak-anak yang bermain dengan api. Tapi Valerie... dan orang-orang yang membuat ibuku terbuang... mereka adalah target yang sebenarnya."

Seraphine masuk ke dalam mobil. Di dalamnya, sebuah tablet menampilkan pesan dari Madam Celine.

"Selamat datang kembali ke takhtamu, Aluna. Besok, kamu akan mulai masuk ke SMA Pelita Bangsa sebagai pemilik. Berikan mereka pelajaran tentang apa artinya rasa hormat."

Seraphine menutup tablet itu. Ia menatap ke arah jendela, melihat gedung sekolah yang perlahan-lahan menjauh. Ia tahu, esok hari saat ia kembali, ia tidak akan lagi duduk di bangku pojok belakang yang kusam. Ia akan memiliki meja sendiri di kantor yayasan, dan setiap orang yang lewat di depannya harus membungkuk hormat.

"Xavier," panggil Seraphine.

"Ya, Nona?"

"Siapkan daftar semua guru yang pernah mendiamkan perundungan di sekolah ini. Besok, aku ingin mereka semua menandatangani surat pengunduran diri."

Xavier tersenyum, sebuah senyum bangga yang tulus. "Sudah saya siapkan, Nona."

Mobil itu melesat membelah jalanan Jakarta, membawa sang Dewi yang baru saja kembali dari abu penderitaannya. Masa depan yang dulu gelap kini bersinar dengan kemilau emas Seraphine, dan dunia belum siap menghadapi pembalasan yang sesungguhnya.

1
Ayu Nur Indah Kusumastuti
😍😍 xavier
Ayu Nur Indah Kusumastuti
semangat author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!