Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Menjadi Wanitaku
Langit sore terasa begitu redup ketika Luna melangkah menuju parkiran mobilnya yang terdapat di ujung gedung. Pikirannya kalut, memikirkan nasib magangnya sebagai syarat mata kuliah terakhir sebelum wisuda.
Haruskah Luna menyerah pada nasib buruknya dan membiarkan dirinya tidak selesai kuliah? Atau mencoba menjatuhkan harga diri di hadapan pria yang telah membuangnya hanya demi kesempatan magang?
Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika sebuah mobil berhenti di depannya. Luna mengernyit, mobil mewah berwarna hitam itu membuka jendelanya.
Sejenak Luna terperangah.
Di dalam mobil, terlihat seorang pria yang familiar baginya.
Bayu, asisten pribadi Arkana Wijaya. Sedang duduk dan menatapnya seraya tersenyum sopan.
"Nona Luna."
"Kau bukannya asisten dari Arkana?" tanya Luna.
"Benar, nona. Tuan ingin bertemu dengan anda," sahut Bayu tanpa basa-basi.
Luna terpaku sejenak. Untuk apa lagi Arkana menemuinya? Sebentar mengancam, sebentar menginginkannya, di waktu lain mengusir dirinya.
"Maaf aku tidak ada waktu untuk menemuinya," sahut Luna.
"Baik nona, jika nona tidak ada waktu tidak apa-apa. Nanti Tuan sendiri yang akan menemui nona. Anda tahu kan Tuan Arkana bisa melakukan apa saja?"
Luna geram. Kenapa asistennya harus mengatakan hal semacam itu?
"Bagaimana nona?" tanya Bayu lagi.
Luna pun menghela nafasnya lalu memejamkan mata sejenak, sebelum akhirnya ia setuju untuk ikut bersama Bayu.
Mobil berhenti di sebuah bar mewah yang ada di pusat kota. Luna pun diarahkan untuk masuk ke ruangan VVIP yang didesign mewah namun terasa sepi.
Mata Luna pun menangkap sosok Arkana yang sedang duduk sendiri sambil menyesap wine di tangannya. Matanya menatap ke arah Luna dengan tajam.
"Duduklah," ucapnya.
Luna pun menurut. Ia duduk di sofa panjang yang ada di hadapan Arkana.
"Ada apa kau memanggilku? Bukankah kau memintaku menghilang dari hidupmu?" tanya Luna membuka percakapan.
Arkana tersenyum tipis.
"Aku berubah pikiran," sahut Arkana seraya meletakkan gelas di meja.
"Apa maksudmu?"
"Kau butuh magang bukan?"
Luna terperangah.
"Jadi semua ini adalah ulahmu?"
Arkana mengangkat sudut bibirnya dan menatap Luna.
"Aku akan mengizinkanmu untuk magang di perusahaanku, tapi dengan satu syarat," tuturnya.
Luna mengernyit. "Syarat apa?"
"Kembali menjadi wanita ku. Aku akan bayar kamu, sebanyak apapun yang kamu mau. Asal tidak ada Radika lagi di hidupmu."
Luna terhenyak. Beberapa detik berikutnya ia pun tertawa.
"Kau memintaku menjadi wanita bayaran mu hanya agar aku tidak berhubungan dengan Radika?" tanya Luna.
"Anggap saja begitu."
"Hah, Arkana. Mengapa aku harus memilih jadi wanita bayaranmu jika bersama Radika aku bisa mendapatkan lebih?"
Arkana terperangah. Matanya membola menatap Luna.
"Apa maksudmu?"
"Untuk apa aku menjadi wanita bayaranmu yang hina, jika bersama Radika aku bisa mendapatkan semua yang aku inginkan, kehangatan, kasih sayang, kepuasan di atas ranjang dan—"
"Luna!!" sentak Arkana seraya menggebrak meja.
Pria itu pun menghampiri Luna dan mencengkram lehernya.
"Jangan main-main denganku, Luna. Keponakanku masih begitu muda dan tidak cocok untukmu!"
Luna menahan tangan Arkana yang membuat lehernya terasa seperti tercekik. Matanya terbelalak menahan nafas.
"Cekik saja aku sampai mati!"
"Apa?" Arkana membelalakkan matanya.
"Bunuh saja aku, Arkana. Itu lebih baik, daripada harus kembali menjadi wanita bayaranmu sementara kau menikahi adik tiri ku yang licik dan menjijikan itu!"
"Tutup mulutmu, Luna Evelyn!!" teriak Arkana lalu mendorong tubuh Luna hingga terjerembab.
Pria itu menahan kedua tangan Luna dan mulai mencium lehernya dengan paksa.
"Lepasin brengsek!!" ronta Luna.
"Kau terlalu banyak bicara Luna! Bibirmu memang harus diajari sopan santun agar tidak berkata kasar!!"
"Apa hak mu hah?? Kau marah karena aku memaki tunanganmu itu? Dia memang wanita licik dan penuh tipu daya hingga membuatmu begitu tergila-gila padanya!"
"Yang penuh tipu daya itu kamu, Luna. Memikat semua pria yang kamu targetkan hanya untuk kesenangan dirimu!"
"Kau tidak tahu apapun tentangku!" tukas Luna.
"Aku tahu!! Aku tahu kau bahkan bisa menjual tubuhmu hanya untuk kehidupan yang nyaman, iya kan??" sentak Arkana.
"Karena itu, aku akan membayar tubuhmu Luna. Kau dengar??? Mulai malam ini aku akan membayarnya!!"
"Brengsek!! Bayar saja tunanganmu, nikmati saja dia dan lepaskan aku!!"
"Tidak akan!" sahut Arkana lalu mulai melucuti pakaian Luna dengan paksa.
Luna pun pasrah, tenaganya kalah. Ia tak bisa menahan dirinya untuk tidak disentuh Arkana. Pria itu semakin menikmati setiap inchi tubuhnya.
Luna pun memejamkan matanya, membiarkan tubuhnya dikuasai oleh Arkana sekali lagi. Dan entah sampai kapan, pria itu akan memperlakukannya seperti ini.
Sudut mata Luna mulai basah, mengasihani diri sendiri yang telah hancur berantakan.
Kau menghancurkan masa depanku dan terus mengotori tubuhku. Tetapi dengannya, kau bahkan menjaga dirinya dengan tidak menyentuhnya sampai kalian menikah.
Kau anggap aku apa, Arkana?
Hingga beberapa jam berlalu, suasana kembali tenang. Arkana telah melepaskan semua hasratnya kepada Luna. Pria itu pun merapikan diri tanpa membantu Luna yang masih berantakan.
Ia menatap Luna dan mengambil ponselnya. Arkana terlihat mengetik sesuatu di sana lalu kembali menatap Luna.
"Aku telah memberikan 10 milyar ke rekeningmu," ucapnya dengan tatapan yang kembali dingin.
Luna pun hanya menatapnya dengan hati yang sesak. Ia bangun dari tidurnya dan berusaha mengenakan pakaiannya yang telah berantakan akibat ulah Arkana.
"Cepat kenakan pakaianmu, rapikan dirimu dan pergi dari sini. Bayu telah menunggu mu di depan," ucap Arkana seraya menghidupkan rokoknya.
Luna yang telah merapikan diri pun beranjak dan menghampiri Arkana yang duduk tak jauh darinya.
Ia menarik dasi Arkana hingga membuat pria yang sedang menghisap rokok itu terperangah kaget dan menatapnya.
Luna mengendus aroma Arkana dengan sensual, lalu mencium telinganya singkat.
"Aku terima uangmu, Tuan. Terima kasih karena telah memberikan ku kehidupan yang layak," bisiknya.
"Besok, aku akan coba menawarkan tubuh ini ke pria lain yang lebih banyak uang darimu dan lebih menghargai ku," ucapnya tersenyum lalu menjauh dari tubuh Arkana.
Arkana tercekat dan terpaku sejenak mendengar itu. Lalu ia pun menoleh ke arah Luna yang ternyata telah berada di ambang pintu.
"Luna!! Jangan macam-macam denganku!!" geram Arkana.
Wanita itu menatapnya dingin lalu keluar dari ruang tersebut dengan menutup pintunya kencang tanpa mempedulikan Arkana.
BRAK!!
Luna berdiri di depan pintu seraya memegangi dadanya. Airmata pun mengalir di wajahnya seketika.
"Aku berharap karma akan mendatangimu karena sudah memperlakukan aku seperti anjing peliharaan mu yang tidak ada harganya, Arkana Wijaya."
.
.
.
Spill sedikit tokoh Arkana-Luna ya
.
Bersambung
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.