"Ganteng banget, pasti burungnya gede."
Penulis gila yang masuk ke dalam novel orang lain, karena malas berurusan dengan plot alay. Dia mengadopsi man villain dan menikahi second male lead.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
masih saja salah
Akibat kejadian hari ini, Langit akan mendapat perawatan intensif satu hari lagi di rumahsakit. Biaya pengobatan juga di beri potongan kompensasi, Sky awalnya menolak karena nyawa mereka tidak bisa di ganti dengan biaya kompensasi.
Tapi setelah Yola menenangkan akhirnya masalah tidak lagi di perbesar, Langit sudah lebih baik bahkan sudah bisa berjalan dengan tegak tanpa merasa sakit atau mudah lelah. Sepertinya berkat adrenalin yang terpacu, Langit telah melewati batas kemampuan nya sendiri dan menjadi lebih bugar.
Yola dan Sky tetap harus berangkat sekolah hari ini karena ada materi kisi-kisi ujian. Yola menempatkan sekretarisnya untuk menjaga Langit, Sky menyewa bodyguard untuk membantu jika ada keadaan darurat susulan.
Setelah kejadian itu juga pihak rumahsakit jadi lebih aware akan pengunjung, menutup akses kunjungan yang bukan anggota keluarga atau pasien dengan Identitas yang tidak lengkap.
Sky dan Yola berangkat ke sekolah berusaha terlihat biasa saja, berita pengeboman rumah sakit tentu saja sudah di siarkan berita TV nasional. Banyak orang yang mengira Yola dan Sky menjadi korban dalam kejadian itu.
Eh itu Yola sama Sky
Mereka selamat
Sebenernya apa yang terjadi
Apa mereka udah pulang dari RS
Aku liat mereka masih kesana kemarin
Senja juga tidak absen, dia dengan wajah sok sedih dan sok khawatir menghampiri Yola dan Sky. Lebih tepatnya Sky yang di hampiri oleh Senja, Mahesa dan antek-anteknya juga ikut datang di belakang Senja.
"Kak Sky!!! hiks... gimana keadaan Kakak? apa Kakak baik-baik aja? aku sampe gabisa tidur gara-gara kepikiran Kakak." Ucap Senja menangis Bombay.
Sky tidak menjawab, dia menggandeng tangan Yola dan pergi dari kerumunan. Senja tidak juga menyerah, dia menahan Sky yang hendak pergi.
"Kakak! Aku udah baca semua data korban meninggal dan korban selamat. Nama Kak Sky, Kak Yola sama teman Kakak tercatat jadi korban selamat. Tapi ada 12 ibu dan bayi yang meninggal, bahkan ada lansia juga. Gimana bisa kalian pergi sendirian tanpa memikirkan mereka, kalau aja kalian juga bawa mereka kabur pasti mereka bisa selamat." Ucap Senja berteriak, seakan dia pejuang keadilan.
"Ngotak dikit lah, lo pikir gue itu pahlawan apa gimana? gue bisa kabur dan selamat aja udah beruntung, gue ada di lantai tiga sedangkan korban lainnya di lantai satu. Emangnya gue punya waktu buat mikirin orang lain saat nyawa gue sendiri dalam bahaya? mikir." Sky sangat emosi.
"Tapi kalo aja Kakak___
"Kenapa harus gue, lo aja sana yang jadi pahlawan. Lo pikir gue mau mereka semua mati? kalo mau nyalahin ya salahin aja pihak rumah sakit kenapa malah jadi salah gue." Sky emosi bahkan sampai giginya gemeletuk.
"Aku cuma ga tega liat bayi jadi korban." Senja terisak.
"Lo pikir kita semua yang ada di sana tega? gausah banyak bacot kalo ngga bisa bantu apa-apa, bahkan setelah kita semua berjuang biar bisa selamat pun, masih aja salah di mata manusia NPD kaya lo." Bentak Sky.
"Jangan berani membentaknya." Mahesa maju menjadi tameng.
"Bacot anjing, maju sini lo." Sky kebetulan butuh pelampiasan emosi.
"Ngga ada yang salah apa yang dikatakan Senja, dia cuma simpati." Ujar Mahesa.
"Ya apa maksudnya nyalahin gue sama Yola, seakan gue gapunya rasa kemanusiaan. Lo ajarin cewe lo itu mikir, kalo dia ga punya otak beliin kan lo orang kaya." Sungut Sky.
"Nggausah diperbesar, dasar kekanakan." Mahesa kesal.
"Biarin aja Sky, ayo ke kelas." Yola menarik Sky menjauh dari sana.
Senja masih menangis sesenggukan, Mahesa memeluk dan menenangkannya di tengah halaman sekolah. Banyak murid yang menatap, tapi justru mereka kasihan pada Yola dan Sky.
Tapi kasian mereka tau
Iya, udah usaha tetep aja salah
Padahal nyawa sendiri nomor satu
Iya njir
mana sempet ngurusin nyawa orang
Caper banget dia lama-lama
Mahesa juga kelewatan bela nya
Gue juga simpati sama korban, tapi gue setuju sama Yola dan Sky.
Ya iyalah, nyawa sendiri number one
Bisik-bisik para siswa yang berkomentar membuat Senja malu dan marah, Senja semakin terisak di pelukan Mahesa. Mahesa menatap tajam semua siswa yang ada disana, para siswa berhamburan pergi malas berurusan dengan Mahesa.
Mahesa adalah anak dari Donatur terbesar di sekolah ini, mereka bisa di keluarkan jika menyinggung Mahesa. Senja di bawa ke UKS karena merasa pusing dan sesak setelah menangis, bahkan dia sampai di bantu oksigen.
Mahesa menemani di temani Genk nya, di dalam UKS para PMR langsung di usir oleh Mahesa. Dengan alasan Senja takut terlalu banyak orang.
"M-maaf Kak, aku cuma jadi inget gimana Ayah dan Ibu aku meninggal karena kecelakaan. Aku bener-bener trauma, tanpa sadar aku pengen banget para korban itu selamat. Andai aja aku ada disana, pasti aku bakal selamatkan mereka semua ngga peduli sama nyawa aku sendiri." Yola terisak.
"Sttt berhenti nangis ya, nanti kamu makin sesek dadanya. Kamu emang terlalu baik Sweety, mereka aja yang gatau seberapa lembut hati kamu." Ucap Mahesa menenangkan.
"Makasih ya Kak.. cuma Kakak yang ngertiin perasaan aku." Yola tersedu-sedu.
Di sisi Yola dan Sky mereka sedang duduk di kelas, sudah mulai pelajaran pertama. Meskipun konflik tetap sama dengan cekcok di sekolah lebih dominan, Yola berusaha keras agar konflik berat tidak akan terjadi.
Sky terus menggenggam tangan Yola, rasa takut semalam masih membekas. Bahkan meksipun kurang tidur, dia sama sekali tidak mengantuk karena perasaan was-was masih selalu mengintarinya.
Sepulang sekolah, mereka bergegas pulang kerumah untuk mandi lebih dulu, setelah itu menjemput Langit di rumah sakit dan bersiap untuk pulang kerumah. Langit naik kursi roda karena belum dianjurkan berjalan lebih dari 500 m, Sky mendorong kursi roda sedangkan Yola bicara dengan ceria.
"Udah ngga ada yang ketinggalan?." Tanya Sky memastikan.
"Ngga, udah di tas lo semua kok." Ucap Yola.
Sky mendorong kursi roda dengan satu tangan karena enteng, terlalu enteng sampai kursi rodanya miring ke kanan nyaris nabrak kursi tunggu.
"Eh gimana Sky? ngantuk?." Yola menahan kursi roda.
"Bagus kayaknya kalo nabrak kesana." Sky tidak mau ketahuan lengah.
"Idih coba lihat bapakmu itu, liat tampangnya nyebelin banget kan. Udah salah gamau minta maaf?." Yola memutar wajah Langit ke belakang, sambil tertawa gemas.
"Lagian dia enteng banget, cacingan kali." Sky beralasan.
"Kan dia sakit ini aja baru keluar dari rumah sakit bukan rumah sehat. Dorong yang bener pake dua tangan." Omel Yola.
"Iyaiyaiya." Sky menjawab dengan malas.
Mereka keluar dari rumah sakit, Langit bisa masuk ke dalam mobil sendiri tapi Sky tetap membawa kursi roda pulang karena pasti akan tetap di perlukan nantinya.
Sky duduk di kursi kemudi sedangkan Yola di sampingnya, Langit di kursi belakang sudah bersandar ingin segera cepat pulang dan istirahat dengan nyaman.
"Tangan lo gimana Lang?." Tanya Yola.
"Tangan? emang kenapa?." Heran Langit.
"Bekas infus sama selang-selang yang lain kan banyak banget. Itu masih sakit kan pasti?." Ucap Yola.
"Sakit, tapi udah nggapapa aman." Jawab Langit.
"Oke, ayo kita pulang." Yola bersorak ceria.
Sky mengendarai mobil dengan kecepatan sedang dan hati-hati. Mereka bahkan sempat mampir ke minimarket terdekat, butuh sayur atau telur untuk stok makanan darurat di rumah.
capekkk banget sama drama ini wkwkwk😭😭😭
mati karena makan mie instan 😭🙏