"Ra, lo liat sahabat lo sakit Ra.. dia kehilangan lo disisinya. Gue nggak tahu kehidupan Gema di hari berikutnya tanpa lo di sisinya... Dia akan menjadi manusia versi apa, gue tahu lo capek, lo sakit, lo menderita dan lo pilih pergi dari neraka ini, keputusan lo tepat ra.."
"Tapi bagi Gema itu semua nggak tepat, dia akan jauh lebih sakit ketika lo nggak ada di sisinya lagi. Gue berharap Gema bisa menjalani hari - hari selanjutnya tanpa lo walaupun itu mustahil, dan gue berharap lo disana bahagia Ra... Dan sering - sering untuk datang ke mimpinya Gema Ra"
" Selamat tinggal Tiara Arabella.."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonya_860, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Tok..
Tok...
Tok...
"Iya sebentar," sahut orang dari dalam rumah,
Ceklek,
"Loh kamu siap—"
"Tante, tante bisa tolongin aku ngak tan? Aku lagi di kejar sama orang ngak di kenal tan," mohon Ara dengan menatap sayu wanita paruh baya di depan nya, berharap dia mau menolong nya.
Wanita yang di pangil Ara tante langsung menatap ke arah jalan, dan benar saja di sana ada yang menatap ke arah mereka berdua dari dalam mobil berwarna hitam.
Tanpa basa - basi dia langsung menarik tangan Ara untuk mengajak masuk ke rumah nya.
Sementara di luar, Gabriel yang sudah melihat Ara masuk ke rumah nya dengan selamat langsung menyalakan mesin mobil nya dan meninggalkan rumah Ara, mungkin?
Ara yang mengintip dari jendela rumah dan melihat Gabriel pergi alias sudah tidak ada akhir nya menghela nafas nya lega...
"Akhir nya pergi juga," gumam Ara,
"Tante, makasih yang tante udah nolongin Ara.." ucap Ara pada wanita paruh baya yang ada di samping nya.
"Sama - sama nak, kamu ngak papakan? Ngak ada yang luka kan?" tanya khawatir,
"Um, Ara ngak papa tante, Ara ngak luka kok," jawab Ara, bagaimana diri nya terluka jika itu bersama Gabriel? Mungkin sih, karena Ara lihat Gabriel orang baik namun minus nya dia takut akan mata merah yang masih ada di memori ingatan nya, entah itu benar atau hanya ilusi.
"Syukur lah, lain kali jangan pergi - pergi sendiri nak sekarang lagi rawan penculikan anak di bawah umur,"
"Iya tante, Ara ngak akan pergi sendiri lagi,"
"Yaudah ingat ya jangan keluar sendiri, dimana rumah kamu biar anak tante anterin kamu pulang nak?"
Ara mengelengkan kepala nya, "Em, tidak perlu tante, Ara udah bilang bunda buat jemput Ara kok, ngomong - ngomong nama tant—"
"Nama tante Elis, kamu pangil mami Elis." ucap nya tanpa ingin di bantah,
Ara tersenyum kikuk, baru banget ketemu masa harus pangil mami? " Apa ngak papa Ara pangil mami?" tanya Ara canggung,
Mami mengelengkan kepala nya dengan tersenyum lebar, "Ngak papa mami malah seneng kalau kamu pangil begitu, rasa nya mami lagi punya anak cewek," ucap mami,
Ara tersenyum canggung, diri nya tebak pasti anak mami Elis itu seorang cowok.
"Soal nya anak mami cowok semua, ketus, dingin lagi ngak ada yang lembut sifat nya, mami jadi kesel sama mereka berdua apa lagi daddy nya nyebelin. Maka nya mami pindah ke sini males mami liat wajah - wajah mereka di rumah," nah kan kalau sudah masalah beginian Ara bingung mau menangapi nya seperti apa!
"Yang sabar yah mi," hanya itu yang dapat Ara ucapkan.
Tin.. Tin.. Tin..
"Nah itu kayak nya mobi bunda," ucap Ara,
"Yaudah ayo mami anter ke depan," Ara mengangguk, mereka segera berjalan ke luar rumah dengan bergandengan tangan,
"Mami, Ara pulang dulu yah... Makasih tadi udah nolongin Ara, "
"Iya sama - sama, inget yah jangan keluar sendiri bahaya! Hati - hati di jalan yah, lain kali mampir ke rumah mami lagi yah sayang, "
Ara mengangguk, "Iya mi, Ara lain kali akan kesini lagi..."
"Itu pun kalau masih inget jalan sama rumah nya," lanjutnya di dalam hati,
"Bye... Bye.. Mami,"
"Daa sayang,"
Perpisahan yang sanga– sungguh mengharukan hiks hiks, bercanda.😂
"Siang bunda," sapa Ara saat sudah masuk ke dalam mobil bunda nya.
"Siang juga anak cantik nya bunda," balas bunda dengan tersenyum tipis.
"Kok kamu bisa sampai sini sayang? Jauh banget dari sekolah dan rumah lagi," heran bunda,
Ara mengaruk pipi nya kikuk, "Hehehe... Tadi Ara jalan - jalan bun ngak lihat - lihat eh tau - tau Ara udah jauh, Ara tersesat ngak tahu ini di mana.. Terus ada ibu - ibu yang nolong Ara makanya Ara ikut ibu itu terus telpon bunda deh." Bohong Ara, tidak mungkin kan jika dia mengatakan yang sebenar nya, bisa - bisa bunda nya...
"Astaga sayang, lain kali jangan jauh - jauh jalan nya, nanti kalau kamu kenapa - kenapa gimana? Atau nanti kamu di culik lagi," cemas bunda.
"Bunda tenang aja, Ara ngak akan ulangin lagi kok,"
Bunda menghela nafas nya, "Tadi di sekolah gimana? Kamu suka sekolah nya? Kalau kamu ngak suka bilang aja sama bunda nanti bunda urus surat pindah nya," tanya bunda beturut - turut.
Mendapati pertanyaan seperti itu dari bunda nya membuat Ara meremang, "Em, lancar kok bun, Ara suka sama sekolah nya.." ke dua pipi Ara merah merona mengingat kejadian di mana dirinya menangis di sekolah, hais sangat memalukan sekali hahaha!
"Di sana ngak ada yang jahati kamu kan sayang?" tanya bunda dengan hati - hati, pasal nya ia mengingat dengan jelas kejadian di mana putrinya berbaring di rumah sakit yaitu akibat di bully oleh teman nya. Dia mewanti - wanti akan hal itu, ia tak mau hal itu terjadi lagi pada putri nya di sekolah baru nya.
Ara meringis mendengar hal itu, "Hahaha semuanya baik kok bun, ngak ada yang jahatin Ara bahkan Ara udah punya teman namanya Keyla dia baik,"
"Syukur lah kalau gitu," ucap Bunda lega karena anak nya sudah memiliki teman di sekolah baru nya.
"Sebener nya gue ngak yakin sama ucapan gue kalau mereka baik, apa lagi mengingat kejadian tadi... Huft, baru juga masuk sekolah masa udah ada musuh aja... Kira - kira gue sanggup ngak yah sekolah 3 tahun di sana? Pasti di sana banyak moster nya huhuhu... Gue salah pilih sekolahhh..." curhatan Ara di dalam hati merantapi nasib nya..
"Sayang, kamu mau pulang ke rumah atau mau ikut bunda?"
"Loh emang nya bunda mau kemana?" tanya Ara,
"Bunda mau ke toko, soal nya hari ini banyak banget pesanan nya.. Bunda mau bantu - bantu di sana,"
Ara terkejut, "Loh bunda punya toko? Kok bunda ngak kasih tahu Ara? Toko apa bunda?"
"Ouh iya bunda lupa kalau kamu amnesia, bunda punya toko roti kebetukan cukup laris sayang soal nya banyak banget yang beli apa lagi banyak yang minta menu baru,"
"Dasar Ara geblek! Sialan! Berani - berani nya tuh orang kagak kasih tahu gue kalau emak nya punya toko roti! Dasar minta di giling jadi adonan bakso si Ara ini huh!!" kesal Ara di dalam hati.
"Ara mau ikut bunda aja deh, Ara mau lihat - lihat toko punya bunda di sana,"
"Toko kita sayang bukan cuma punya bunda tapi toko itu juga punya Ara, " koreksi Bunda,
"Iya itu maksud nya," kikuk Ara,
"Tapi ngak papa kamu ngak bawa baju ganti loh?"
"Ngak papa kok bun, lagian besok pakek baju olahraga bukan baju ini lagi,"
"Yaudah kalau gitu kita ke toko, tapi inget ya sayang kamu jangan capek - capek mengerti?"
"Siap! laksanakan bunda!" Ucap Ara seraya hormat seperti...
"Kamu ini ada - ada aja," senyum bunda dengan menjawil hidung mungil Ara,
Ara tersenyum bahagia, ini yang dia ingin kan dari dulu, "Thanks Ra, gue ngak peduli mau berapa kali gue terima kasih sama lo, tapi inti nya thanks berkat lo gue kembali merasakan kehangatan sosok ibu yang sudah lama gue impikan Ra... Gue beruntung banget menempati tubuh lo Ra," batin Ara menatap bunda nya dengan tersenyum sendu.
.
.
.
“Andai kisah hidup bisa di pilih secara manual, mungkin aku akan memilih bahagia sepanjang hidup ku..”