NovelToon NovelToon
Detektif Jola Joli

Detektif Jola Joli

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:732
Nilai: 5
Nama Author: NonaNyala

Di balik ketenangan Desa Warengi Jati, sebuah tragedi mengoyak rasa aman warganya. Malam itu, seorang penduduk ditemukan tewas dengan cara yang tak masuk akal. Desas-desus beredar, rahasia lama kembali menyeruak, dan bayangan gelap mulai menghantui setiap sudut desa.

Bayu, pemuda dengan rasa ingin tahu yang tak pernah padam, terjebak dalam pusaran misteri ini. Bersama Kevin sahabat setianya yang sering meremehkan bahaya dan seorang indigo yang bisa merasakan hal-hal yang tak kasatmata, mereka mencoba menyingkap kebenaran. Namun semakin dalam mereka menggali, semakin jelas bahwa Warengi Jati menyimpan sesuatu yang ingin dikubur selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaNyala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Legenda Warengi Jati (2)

Huftt, ga kerasa aja yaa sudah mau akhir cerita mimin ngucapin banyak terimakasih bagi orang yang membaca karya mimin semoga semuanya sehat selalu dan diberikan rejeki yang bagus, walaupun kalian sedang dalam masa sulit jangan sampai pesugihan tumbal menjadi jalan kotor kalian, ingat! Pada akhirnya itu hanya akan memakan diri kalian sendiri..

Mari kita sambung cerita dari episode sebelumnya...

...

Happy Reading...🕵‍♂️📸

......**----------------**...

...

 Kevin menatap kosong ke tanah.

 “Bay… ini makin jelas. Semua korban Cuma bagian dari siklus itu.”

 Bayu mengepalkan tangan. “Sial… berarti Darto sadar atau nggak sadar, dia nerusin perjanjian setan itu.”

 Warga mulai ribut. Ada yang menuduh, ada yang takut.

   “Kalau Darto udah mati, berarti siapa pewaris berikutnya?!”

  “Jangan-jangan masih ada keluarganya yang sembunyi!”

  “Atau jangan-jangan ada warga lain yang diam-diam nerusin perjanjian itu!”

 Polisi buru-buru mencoba menenangkan.

  “Tenang! Jangan asal nuduh! Semua masih dalam penyelidikan.”

 Tapi suara warga makin gaduh. Beberapa menoleh tajam ke Pak RT, beberapa lagi ke keluarga lain yang dianggap punya garis keturunan dekat dengan Darto.

 Paranormal yang sejak tadi diam, tiba-tiba bicara keras.

  “Berhenti! Jangan saling tuduh! Ingat, dalang sebenarnya bukan manusia biasa. Selama cincin ular itu masih ada, siapa pun bisa dipakai jadi wadahnya!”

 Warga terdiam sejenak, lalu suasana berubah mencekam lagi.

 Mbah Suto kembali bicara, suaranya berat.

  “Cincin kuwi ora mung perhiasan. Kuwi kunci. Tanda ikatan antar jagad. Sapa wae sing makai cincin kuwi, bakal dadi jembatan Buto Ulo. Lan saiki… cincin iku wis metu saka panggonane. Iki tandha… perjanjian bakal diterusake maneh.”

 Kevin tiba-tiba memegangi kepalanya. Matanya bergetar, nafasnya memburu.

  “Bay… gua lihat… darah… ular besar melilit di sendang tua… dan seseorang… seseorang dari desa ini… mengenakan cincin itu lagi…”

 Warga langsung riuh. Suara teriakan, istighfar, dan tangisan bercampur menjadi satu. Polisi makin kewalahan, paranormal segera berdiri, matanya tajam menatap Kevin seolah tahu ia jadi medium penglihatan gaib.

 Bayu buru-buru memeluk sahabatnya.

  “Pin! Tahan, jangan biarin dia tarik lo lagi!”

 Tapi Kevin sudah terhuyung, matanya mulai memutih, tubuhnya bergetar keras. Dari mulutnya keluar suara asing, berat, menyeramkan:

  “Darah… darah lagi… cincin… pewaris… aku akan bangkit…”

 Warga berteriak panik, sebagian mundur menjauh, sebagian hampir pingsan ketakutan.

 Paranormal maju cepat, menempelkan tangannya ke kepala Kevin sambil membaca doa keras-keras. Mbah Suto ikut bersuara, membaca mantra Jawa kuno. Suasana halaman depan rumah itu berubah seperti medan perang spiritual.

 Kevin meronta keras, tubuhnya seperti digerakkan kekuatan lain. Suaranya bukan lagi suaranya sendiri, tapi berat, serak, bercampur dengan desisan ular.

  “PEWARIS BARU… DESA INI MILIKKU… TUMBAL HARUS DIBAYAR!!”

 Matanya putih seluruhnya, urat-urat di leher menegang, dan lidahnya terjulur sesekali dengan gerakan aneh, menyerupai lidah ular.

 Warga sontak menjerit.

  “Gusti Allah! Iki wes Buto Ulo mlebu, rek!”

  “Astagfirullah! Iki kudu diikat!”

 Beberapa lari menjauh, ada juga yang mau lempar batu karena ketakutan.

 Bayu berteriak lantang, mencoba menahan kerumunan.

  “Jangan sentuh dia!”

 Billy yang wajahnya pucat pasi, berlari mendekat ke arah Bayu.

 “Bang Bay! Bang kev nggak kelihatan kayak dirinya lagi!”

 Paranormal maju ke depan, sorot matanya tajam. Ia menghunus keris kecil berbalut kain putih dari tasnya.

  “Semua mundur!.”

 Mbah Suto berdiri di sampingnya, suaranya lirih tapi berwibawa.

  “Pin, eling nak… kowe dudu dalane iblis. Kowe mung dadi wadah. Tahanen, ojo nganti kalah.”

 Tapi Kevin justru meraung keras. Tubuhnya melayang sedikit, kaki tak menapak penuh di tanah. Dari mulutnya keluar teriakan bercampur suara ular:

  “AKU WIS ANA ING KENE! ORA ANA SING ISO NGUSIR AKU!”

 Warga makin panik. Polisi yang ada di situ menodongkan senjata, walau tangannya gemetar.

  “Kalau dia lepas kendali, kita terpaksa—”

  “JANGAN!” Bayu langsung berdiri di depan Kevin, menghalangi. “Itu sahabat gue! Dia bukan musuh!”

 Paranormal segera mengangkat kerisnya tinggi-tinggi, lalu menancapkan ujungnya ke tanah tepat di depan Kevin. Doa-doa meluncur deras dari bibirnya. Sementara itu, Mbah Suto membaca kidung Jawa kuno, nadanya lirih tapi menusuk, seolah memanggil kekuatan leluhur desa.

 Kevin menjerit lagi, kali ini lebih panjang. Tubuhnya jatuh berlutut, lalu menghantam tanah keras-keras. Dari mulutnya keluar cairan hitam pekat, berbau busuk seperti bangkai. Warga menutup hidung, sebagian langsung muntah karena tak tahan.

 Arwah Bu Minah, Nabila, dan Zikri muncul di belakang Kevin, Billy berteriak lirih sambil menunjuk, “Bang Bay! Aku lihat mereka… arwah korban! Mereka dorong Kevin biar lepas!”

 Bayu langsung menggenggam tangan sahabatnya erat. “Pin! Lu bukan sendirian. Gue di sini! Lepasin, lawan dia!”

 Kevin bergetar hebat, lalu tiba-tiba menoleh ke Bayu dengan mata penuh air, kali ini suaranya kembali normal walau lemah.

  “Bay… tolong… gua nggak kuat…”

 Paranormal membentak keras sambil menekan kepala Kevin dengan doa terakhir.

  “Metu, lelembut ala! Metu saiki, aja nganti rusak desa iki maneh!”

 Tiba-tiba, suara mendesis panjang terdengar. Dari mulut Kevin keluar bayangan hitam, menjulur seperti asap, membentuk kepala ular raksasa dengan mata merah menyala. Semua warga menjerit serempak, sebagian jatuh tersungkur.

 Paranormal langsung menebas bayangan itu dengan kerisnya, disertai bacaan doa. Bayangan ular itu meraung, lalu pecah menjadi kabut hitam yang buyar tertiup angin.

 Kevin ambruk ke tanah, pingsan. Bayu cepat-cepat memeluknya.

  “Pin! Bertahan, bro! Gue nggak bakal biarin lo pergi!”

 Warga mulai menangis, ada yang sujud, ada yang bersyukur keras-keras. Polisi bahkan menurunkan senjata dengan wajah penuh keringat dingin.

 Mbah Suto menatap kosong ke arah kabut yang lenyap.

 “Perang iki durung rampung. Buto Ulo mung metu sak bentar. Sing nganggo cincin kuwi isih ana, lan dheweke sing dadi kunci bencana sabanjure.”

 Suasana hening, hanya suara jangkrik terdengar. Semua tahu: malam ini mereka berhasil menyelamatkan Kevin, tapi pertarungan sesungguhnya baru saja dimulai.

 Kevin tergeletak di pangkuan Bayu. Wajahnya pucat pasi, bibirnya kering, keringat dingin membasahi kening. Nafasnya tersengal, seolah paru-parunya baru saja diperas habis-habisan.

  “Pin! Bangun, bro… jangan tidur dulu. Lu kuat, kan? Ayo sadar!” Bayu mengguncang bahu sahabatnya dengan panik.

 Billy berjongkok di sebelah mereka, matanya berkaca-kaca.

  “Bang Kevin… jangan tinggalin kita. Bangun, ayo…”

 Paranormal menempelkan telapak tangannya ke dada Kevin, lalu menarik napas panjang.

  “Tenang. Nyawanya masih ada, Cuma rohnya lemah.

Tenaganya habis dipakai melawan roh tadi.”

 Polisi yang berdiri agak jauh maju mendekat, wajahnya serius.

  “Berarti dia aman? Jangan sampai kerasukan lagi.”

 Paranormal menghela napas berat.

 “Aman… untuk sementara. Tapi belum selesai. Anak ini sekarang jadi pintu. Selama cincin itu masih ada, roh jahat bisa masuk kapan saja.”

 Mbah Suto yang duduk di kursi kayu, menatap Kevin lama. Ia berucap lirih, suaranya bergetar tapi penuh wibawa:

  “Le, sabar yo. Kowe wis dadi pawongan sing dipilih gawe nyekseni bebener. Nanging ati-ati, awakmu saiki rapuh banget.”

 Bayu menoleh cepat, suaranya bergetar.

  “Mbah… maksudnya Kepin bisa jadi target lagi?”

 Mbah Suto menunduk pelan.

  “Leres, Bayu. Dheweke kaya tanggul sing bolong. Saben banyu mlebu, kudu dilakoni maneh perang batin.”

 Bayu mengepalkan tangan, wajahnya menegang.

  “Gue nggak bakal biarin dia sendirian. Kalau dia harus berjuang, gue ikut.”

 Kevin tiba-tiba bergerak pelan. Kelopak matanya bergetar, lalu terbuka setengah. Suaranya lirih, nyaris tak terdengar.

  “Bay… aku lihat… ular itu belum pergi… dia Cuma sembunyi… di dalam cincin…”

 Bayu menunduk cepat, menempelkan telinga agar bisa mendengar lebih jelas.

  “Pin… cincin itu ada di mana?”

 Kevin menarik napas berat, lalu matanya menatap kosong ke langit.

  “Di… tempat yang dekat dengan kita semua… lebih dekat dari yang kalian kira…”

 Setelah berkata begitu, tubuhnya lunglai lagi, jatuh tak sadarkan diri.

 Warga yang menyaksikan ikut terdiam. Sebagian berbisik ketakutan, sebagian lainnya menatap curiga satu sama lain. Suasana jadi mencekam kembali.

 Billy menoleh ke Bayu dengan wajah pucat.

  “Bang Bay… maksudnya Bang Kevin gimana? Cincin itu masih berfungsi?!, bukannya cincin itu udah di tahan polisi? Terus? Itu hilang?”

 Paranormal mengangguk pelan.

  “Ya. Dan itu artinya jalan kita belum selesai. Bahkan sekarang lebih berbahaya. Siapa pun yang menyimpan cincin itu… dia yang harus kita temukan.”

 Polisi segera berdiri dan bersuara tegas.

  “Mulai malam ini, tak ada seorang pun keluar-masuk desa tanpa izin! Kita kunci semua akses, sampai dalang sebenarnya ketemu!”

 Warga serentak riuh, sebagian setuju, sebagian resah. Tapi semua sadar: desa Warengi Jati kini benar-benar dalam perang terbuka dengan sesuatu yang jauh lebih gelap dari sekadar manusia.

 Bayu masih memeluk Kevin erat, menatap wajah sahabatnya yang terlelap.

  “Tenang, Pin. Gue janji… kita bakal hancurin cincin itu. Sampai akar-akarnya.”

 Fajar mulai menyingsing, cahaya oranye menyapu kabut tipis di atas Desa Warengi Jati. Di dalam rumah singgah, Kevin masih terbaring lemah. Nafasnya teratur tapi tubuhnya tetap tak sadar. Bayu duduk di sampingnya, matanya sembab karena tak tidur semalaman.

 Billy mendekat, menepuk bahu Bayu.

  “Bang Bay… bang kepin harus istirahat. Kalau dipaksa ikut, dia bisa mati.”

 Bayu menatap Kevin sebentar, lalu mengangguk tegas.

  “Lo bener, Bil. Kalau Kevin nggak bisa ikut, berarti kita yang jalan. Kita harus cari cara hancurin cincin itu sebelum ada korban lagi.”

 Paranormal datang menghampiri, diikuti Mbah Suto yang berjalan pelan dengan tongkat kayu.

 “Ada satu tempat,” kata paranormal lirih. “Gunung kecil di Desa Lembayung, tak jauh dari sini. Menurut petunjuk yang ditinggalkan para leluhur, di sana ada pusaka yang bisa memutus ikatan ular iblis.”

 Mbah Suto menambahkan dengan bahasa kromo, nadanya berat dan dalam.

  “Le, pusaka kuwi ora sembarang. Asale saka jaman biyen, digawe khusus kanggo nyegah Buto Ulo. Nanging mung wong sing atine resik lan wani sing bisa nemokake.”

 Bayu menatap Billy. Mereka saling bertukar pandang, lalu mengangguk bersamaan.

“Kami yang pergi.”

**Perjalanan ke Gunung Lembayung**

 Sore itu, Bayu dan Billy ditemani dua polisi berangkat ke Desa Lembayung. Jalan setapak menanjak, pepohonan lebat menaungi, suara burung malam mulai terdengar.

 Billy yang biasanya cerewet, kali ini diam. Napasnya ngos-ngosan, tapi matanya tetap awas.

 “Bang Bay… kalau kita gagal, apa desa bakal hancur?”

 Bayu menoleh sekilas, wajahnya serius.

  “Kalau kita gagal, berarti semua orang bakal jadi tumbal. Jadi jangan mikir gagal, Bil.”

 Di puncak gunung, mereka menemukan sebuah batu besar dengan ukiran kuno. Simbol ular melingkar dengan mata merah masih terlihat samar. Bayu mendekat, menempelkan tangannya, dan batu itu bergetar.

 Tiba-tiba, tanah retak, dan dari celahnya muncul peti kecil berlapis besi tua. Bayu dan Billy saling menatap, lalu bersama-sama membuka peti itu.

Di dalamnya, sebuah tombak pendek berujung emas berkilau. Ujungnya berbentuk kepala garuda, simbol lawan alami ular dalam mitologi Jawa.

 Billy tertegun.

 “Bang Bay… ini pasti pusakanya.”

 Bayu mengangkat tombak itu tinggi-tinggi.

  “Kalau ini senjata yang bisa hancurin Buto Ulo… gue bakal pastiin desa kita bebas.”

Pertarungan Terakhir

 Malam hari, halaman rumah Mbah Suto dipenuhi warga. Paranormal sudah menyiapkan lingkaran doa, sementara Mbah Suto duduk di tengah, wajahnya serius.

 Cincin yang hilang telah kembali di selamatkan polisi, salah satu warga yang sedang mandi di sungai deket rumah pak Ustadz tak sengaja menemukan cincin itu berada di tanah, warga itu langsung berlapor pada polis dan kini polisi telah mengamankan cincin bebahaya itu, saat ini pihak polisi membawa cincin itu karena di suruh Mbah Suto.

 Tiba-tiba, cincin ular yang disimpan polisi bergetar hebat, lalu melayang ke udara. Dari cincin itu keluar asap hitam, membentuk ular raksasa dengan mata merah menyala. Warga berteriak panik, sebagian jatuh sujud, sebagian lari terbirit-birit.

 Paranormal berdiri tegak, keris di tangannya bergetar.

  “Waktunya! Pusaka itu, cepat!”

 Bayu maju dengan tombak garuda. Billy di belakangnya, gemetar tapi siap membantu.

 Mbah Suto membaca mantra keras.

  “Metu, Buto Ulo! Aja nganti ngrusak desa iki maneh! Dina iki dalanmu wis entek!”

 Ular hitam itu mengamuk, melilit pepohonan, menjerit dengan suara ribuan desis. Paranormal dan Bayu maju serentak, melawan kekuatan gaib itu. Tombak berkilau emas setiap kali menyentuh asap hitam, membuat tubuh ular itu terbakar dan meronta.

  “Terus, Bayu! Tancepin ke cincin itu!” Paranormal berteriak.

 Bayu melompat, menancapkan tombak tepat ke cincin ular. Cahaya emas menyilaukan seluruh halaman. Jeritan panjang terdengar, lalu tubuh ular itu pecah menjadi abu hitam yang beterbangan, sebelum lenyap ditelan malam. Cincin itu jatuh ke tanah, dan hancur berkeping-keping.

See you in the last episode..

......**-------------------**...

...

DISCLAMER❗️⚠️

Ko baca doang?, masa ga bantu support mimin? Kalo udah baca jangan lupa ya support mimin juga biar nanti mimin semangat bikin cerita lagi.☺️

Cerita ini hanya karangan semata jika ada perilaku/kata yang kasar mohon di maafkan. Dan apabila jika ada kesalahan dalam pengetikan kata/typo saya mohon maaf, namanya juga kan manusia mimin juga manusia lohh, jadi mohon dimaklumi ya hehe..

Sekali lagi mimin mengucapkan mohon maaf jika per episode di dalam cerita yang mimin buat terlalu pendek soalnya mimin sengaja membagi agar BAB nya banyak, dan biar kaliannya juga greget hehehe.😜

1
Siti Musyarofah
jangan serem 2 thor aslinya aku takut
Elisabeth Ratna Susanti
like plus 🌹 untuk karya keren ini 😍
Elisabeth Ratna Susanti
ahhhh aku merinding disko nih 😱
NonaNyala
teruslah berkarya dirikuu
Elisabeth Ratna Susanti
kasihan. Zikri
Elisabeth Ratna Susanti
awal yang bagus.....bikin merinding disko.....good job Thor 🥰👍
NonaNyala: aaaa makasih maee akuuu🥰🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!