NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Harem / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Chizella

HIATUS AWOKAOWKA

"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."

Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.

​Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.

​Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21: Patung Misterius

Di dalam dimensi yang diselimuti cahaya rembulan merah, ratusan bayangan manusia telah bertebaran, lari secepat kilat melintasi dataran, didorong oleh ambisi yang membara. Mereka adalah para pengejar kekuatan.

Jiwa-jiwa yang haus akan keunggulan, siap menukar segalanya demi menjadi entitas yang lebih superior. Keinginan untuk mendapatkan ‘peluang’ merajalela di antara mereka, menciptakan hiruk pikuk keserakahan yang tak terlihat.

​Namun, terpisah dari arus gegabah itu, Chen Huang dan Yun Yuan memilih sebuah ritme yang berbeda. Langkah kaki mereka perlahan, bagaikan dua keping ukiran yang bergerak di atas panggung dunia yang megah.

Mereka tiba di hadapan sebuah struktur batu yang menjulang tinggi, sebuah bangunan yang termakan waktu dan ditinggalkan. Lumut tebal berwarna hijau tua merangkak memeluk dinding-dinding kasar itu, mematri keheningan yang tak terjamah. Keadaan ini mengisyaratkan bahwa tempat ini telah tidur selama era yang sangat panjang, jauh dari hiruk pikuk dunia luar.

​Yun Yuan menghentikan langkahnya yang anggun, tubuhnya yang ramping berputar sedikit, membuat pinggulnya bergerak dalam ayunan yang tersembunyi namun memikat.

Ia kemudian mengangkat tangan kanannya yang sehalus pualam, jemari lentiknya terbuka perlahan, seolah ia mencoba menangkap dan memijat tekstur tak terlihat dari udara di hadapannya.

​"Ketebalan Dou Qi disini berbeda." Nada bicaranya bergetar tipis, penuh penemuan. Matanya yang indah memancarkan cahaya analisis. "Tempat ini... mungkin sebuah peninggalan di masa lalu."

​Chen Huang mengangguk pelan, mendekati dinding dan membiarkan telapak tangannya menyentuh batu yang dingin dan lembap. Jemarinya menyapu partikel-partikel lumut yang rapuh. ​

"Kelihatannya ini sebuah kediaman seseorang di masa lalu, begitukah?" Ia menarik tangannya, mengalihkan pandangannya penuh makna kepada Yun Yuan.

​Yun Yuan membalas tatapan itu, senyum tipis terukir di bibirnya, hampir tak terlihat. Saat ia berbalik untuk melangkah maju, garis pinggangnya yang ramping mengayun lembut, menciptakan kontras sempurna dengan bahunya yang tegap.

​"Benar, namun seseorang yang tinggal di tempat sebesar ini... pastinya bukan orang biasa."

Tanpa menunggu lama, ia mulai melangkah memasuki ambang pintu yang gelap. Gerakannya begitu luwes, setiap langkahnya terasa seperti tarian yang mengalir.

"Ayo kita masuk, mungkin bisa mendapatkan peluang."

​Chen Huang membuntuti dari belakang, matanya menjadi semakin tajam dan waspada. Setiap bagian otot di punggung dan kakinya terasa siaga, siap bereaksi.

Semakin dalam mereka menyusuri lorong-lorong batu, suasana di sekitar mereka berubah. Udara menjadi lebih berat dan dingin, seolah tempat itu menelan cahaya dan kehangatan. Jamur-jamur aneh berwarna ungu dan hitam tumbuh di sela-sela lantai, menciptakan pemandangan yang semakin menyeramkan.

​Perjalanan mereka berakhir di sebuah aula utama yang megah. Atapnya melengkung tinggi, diselimuti bayangan tebal. Di tengah ruangan yang luas itu, berdiri sebuah patung batu raksasa. Patung seorang wanita dengan ekspresi tanpa emosi, mengenakan zirah kuno dan menggenggam erat pedang besar yang ujungnya tertancap ke lantai.

​Namun, perhatian pasangan itu tidak tertuju pada kemegahan patung kuno itu. Pandangan Chen Huang dan Yun Yuan, hampir serentak, tertuju pada satu titik—sebuah sosok berbentuk manusia yang mulai bergerak perlahan dari balik tiang bayangan. Sosok itu bergerak dengan langkah yang menyeret, namun tubuhnya memancarkan aura merah pekat yang mengerikan.

​Darah serasa membeku di pembuluh darah Yun Yuan. Secara naluriah, tubuhnya bereaksi. Pinggangnya berputar cepat, melontarkan dirinya mundur dengan lompatan yang gesit.

Gerakan ini begitu mendadak, menyebabkan jubahnya berkibar, dan siluet tubuhnya yang indah tampak bergoyang cepat, sebuah gerakan bergelombang yang penuh kecepatan dan refleks.

​"Itu... boneka darah!" serunya.

​Chen Huang tidak menunggu sedetik pun. Dengan tarikan cepat, sebuah pedang berwarna merah gelap muncul dari cincin penyimpanannya, Dou Qi di tubuhnya meletus.

Sebuah ledakan energi terdengar nyaring di belakangnya, menciptakan gelombang kejut yang mendorongnya maju dengan kecepatan yang menggila. Otot-otot di kaki Chen Huang menegang sekuat baja, mengubah langkahnya menjadi lintasan cahaya yang lurus menuju ancaman.

​Dou Qi merah gelap menyelimuti bilah pedangnya. ​"Gaya Kutukan Darah, Gerakan Pertama: Darah Tak Terputus!"

​Bilah pedang itu menjadi blur, berputar liar di tangan Chen Huang, membentuk lingkaran merah gelap yang padat, seperti roda gergaji yang terbuat dari darah kental.

Ia menerjang boneka itu tanpa ampun, tebasan demi tebasan menghantam tubuh batu yang diselimuti aura merah itu. Suara benturan logam dan batu yang keras memekakkan telinga, menciptakan percikan Dou Qi yang menyebar seperti kembang api kematian.

​Namun, ketangguhan boneka itu melampaui perhitungan Chen Huang. Setelah rentetan serangan yang dahsyat, boneka itu hanya terhuyung, tetapi tidak roboh. Kemudian, dengan gerakan yang lambat namun tak terhentikan, ia melayangkan serangan balik.

​Dampak dari tabrakan energi itu terasa mematikan. Chen Huang terpental ke belakang seperti sehelai daun yang ditiup badai. Tubuhnya melayang di udara, menabrak lantai batu dengan suara gedebukan yang tumpul.

Rasa sakit menusuk menusuk rongga dadanya. Saat ia mencoba bangkit, seteguk darah segar menyembur keluar dari mulutnya, membasahi lantai kuno itu dengan cairan merah. Boneka Darah itu, walau permukaannya kini dipenuhi goresan dan retakan, masih tegak berdiri.

Pandangan Yun Yuan terfokus pada Chen Huang yang tersungkur, tubuhnya yang ramping bergetar sejenak karena kekhawatiran yang mendalam. Tanpa membuang napas, ia menarik Pedang Teratai Biru miliknya. Bilah pedang yang tipis itu memantulkan cahaya merah rembulan, seolah terbuat dari es yang membeku di bawah sinar matahari senja.

​"Kau baik-baik saja?" Pertanyaan itu terdengar mendesak, namun nadanya tetap terkontrol.

​Merespons tanpa menunggu jawaban, Yun Yuan melesat maju. Gerakannya bukan ledakan Dou Qi yang brutal seperti Chen Huang, melainkan aliran air yang elegan dan tak terduga.

Pinggangnya berputar, memindahkan pusat gravitasinya, dan ia melepaskan serangkaian tebasan yang presisi. Setiap ayunan Pedang Teratai Biru menghasilkan garis cahaya biru yang meliuk, mencoba menemukan titik kelemahan boneka yang tak berperasaan itu.

​Boneka Darah itu merespons dengan kebrutalan primitif. Lengan batunya yang berat diayunkan, membentuk tinju yang melesat lurus ke arah kepala Yun Yuan, membawa serta tekanan udara yang memekakkan.

​Dalam sepersejuta detik, Yun Yuan melakukan manuver pertahanan yang luar biasa. Ia tidak mundur, melainkan hanya memiringkan kepala dan tubuh bagian atasnya ke samping dengan kecepatan yang hanya dimiliki oleh seniman bela diri tertinggi.

Otot lehernya menegang, membiarkan tinju berat itu hanya menyentuh angin beberapa inci dari pipinya. Saat ia menghindar, helaian rambut kuning pucatnya berayun cepat di udara, seperti sutra yang ditiup angin kencang. Gerakan tubuhnya sangat minim, hanya pinggangnya yang sedikit berputar sebagai poros keseimbangan, memungkinkan bilah pedangnya tetap pada jalur serangan berikutnya.

​Tanpa jeda, energinya memuncak. Aura biru cemerlang meledak dari tubuhnya, mengangkat jubahnya sedikit.

​"Teratai Biru, Gerakan Keempat: Hujan Bunga!"

Sebuah pemandangan magis terwujud. Ratusan partikel energi berbentuk kelopak teratai biru tercipta di udara di atasnya, berkumpul sesaat, lalu meluncur turun bagaikan hujan es yang mematikan. Kelopak-kelopak itu menusuk Boneka Darah, menciptakan lubang-lubang kecil yang presisi di seluruh permukaan tubuhnya. Suara creek-creek serpihan batu yang tergerus memenuhi aula.

​Melihat Boneka Darah itu melambat, Chen Huang mengambil kembali momentumnya. Ia melesat maju, Dou Qi-nya yang sudah pulih menopang setiap langkahnya. Ia melewati Yun Yuan dalam jarak yang begitu dekat. Untuk sekejap, mata mereka bertemu—sebuah transfer sinyal tanpa kata, sebuah pemahaman diam-diam yang melewati batas ucapan. Tatapan mata Yun Yuan memancarkan keyakinan penuh, dan Chen Huang menangkapnya.

​Dengan satu langkah yang menentukan, Chen Huang menyalurkan sisa Dou Qi miliknya ke pedangnya. Ia mengayunkan pedang itu secara horizontal dengan kekuatan penuh, memotong udara. Targetnya adalah leher boneka yang sudah penuh lubang.

​Brak—!

​Suara benturan itu memekakkan telinga, bukan suara hantaman batu, melainkan suara pemisahan. Kepala Boneka Darah itu terlepas dari lehernya, jatuh ke lantai batu dan menggelinding beberapa kali sebelum berhenti. Tubuh boneka itu, yang kehilangan inti kehidupannya, mulai memudar. Aura merahnya meredup, dan seluruh tubuhnya hancur menjadi debu energi kecil yang kemudian tersapu angin, menghilang tak berbekas.

​Yun Yuan menghela napas lega, pinggulnya bergerak halus saat ia mengendurkan postur bertarungnya.

​"Itu tadi boneka yang setara dengan Dou Zhe, pantas begitu kuat." Ia menyimpan kembali pedangnya. Matanya mengamati sisa-sisa debu yang tertinggal. "Tidak ada masalah pada serangannya, namun pertahanan terlalu kuat, memang boneka tidak merasakan sakit."

​Chen Huang, setelah memasukkan pedangnya kembali ke cincin penyimpanan, berdiri tegak di samping Yun Yuan. Secara naluriah, pandangan mereka beralih ke patung wanita di tengah aula. Patung itu, yang tadinya hanya batu dingin, kini diselimuti cahaya keemasan yang lembut, seolah baru saja terbangun dari tidur ribuan tahun.

​Chen Huang bergerak cepat, menempatkan dirinya tepat di hadapan Yun Yuan. Lengan kanannya terangkat, telapak tangannya terbuka di depan dada Yun Yuan, membentuk perisai fisik yang protektif. Ia berdiri tegak, membiarkan tubuhnya menjadi garis pertahanan pertama.

​"Hati-hati."

​Detik itu juga, cahaya keemasan dari patung itu membesar, menelan seluruh aula.

​Mereka berdua merasakan sensasi ditarik dengan paksa, bukan oleh tangan fisik, melainkan oleh kekuatan tak terhingga yang merobek realitas. Segalanya menjadi putih, lalu hitam, lalu berputar.

​Ketika sensasi disorientasi itu mereda, Chen Huang dan Yun Yuan mendapati diri mereka terjatuh dengan canggung. Tubuh mereka menghantam permukaan yang dingin dan basah. Itu adalah genangan air yang dangkal, hanya setinggi mata kaki, namun cukup untuk membasahi ujung jubah dan pakaian mereka. Air itu terasa hangat, namun lingkungannya terasa sunyi.

​Mereka kini berada di sebuah lautan kesadaran tak dikenal yang diselimuti kabut dan air.

​Yang jauh lebih mengejutkan adalah sosok yang berdiri di hadapan mereka. Sosok wanita, yang wujudnya identik dengan patung di aula sebelumnya.

Wajahnya yang lembut dan tak ternoda memancarkan ketenangan kuno. Rambut hitamnya yang panjang jatuh lurus di bahu. Seluruh tubuhnya tertutup oleh jubah abu-abu mewah yang dihiasi aksesoris emas, kainnya tampak tebal dan mengalir. Posturnya tegak, anggun, memancarkan aura dewi yang sedang mengawasi ciptaannya.

​Saat pandangan Chen Huang terpaku pada entitas misterius itu, sebuah suara lembut yang hanya terdengar di benaknya menggema, sebuah peringatan mendesak yang berasal dari Yue Chen. ​

"Huang... dia bukan manusia," Suara itu dipenuhi ketegangan yang mendalam.

1
Mizuki Berry
gak ada cover lain kah?
Cecilia-chan: banyak ai nya yg ini, kek bahan gabut selagi aku masi nulis isekai slime, jdi kalau pening dan gada ide ya, kutulis random kesini, gada tujuannya ini novel
total 4 replies
Story
berapa kata di chapter ini?
Cecilia-chan: 1200an
total 1 replies
Story
Lebih baik lewat dialog aja nggak sih tingkatan Kultivasinya🗿
Cecilia-chan: entah kenapa aku pengen simpel aja kek sesepuh fantim yg laen🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!