Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.
Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.
Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 #CIUMAN YANG MERUSAK
Kantor CEO ATEEA, Beberapa Detik Setelah Ciuman
Keheningan yang memekakkan telinga memenuhi ruangan Alex. Hanya suara napas Alex dan Sekar yang tersengal yang terdengar. Ciuman itu adalah pengakuan yang eksplosif dari semua yang telah mereka sembunyikan selama sepuluh tahun.
Alex baru saja menarik diri, menatap Sekar dengan mata yang dipenuhi kemenangan dan gairah yang bergejolak. "Itu," Alex berbisik, suaranya serak. "Adalah reaksi dari seseorang yang tidak tertarik?"
Wajah Sekar merah padam. Ia tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Pikirannya kosong, dan satu-satunya yang terasa nyata adalah detak jantungnya yang berdebar gila-gilaan, dan sensasi bibir Alex yang baru saja menyentuhnya.
Rasa malu karena kehilangan kontrol, rasa marah karena dilanggar privasinya, dan rasa takut karena menyadari betapa dalam perasaannya terkubur, semua itu menyatu.
Tanpa berpikir, Sekar hanya punya satu respons, yaitu melarikan diri.
Sekar mendorong Alex menjauh dengan bahunya, membalikkan badan, dan berlari keluar dari ruangan Alex tanpa kata. Ia berlari cepat menyusuri koridor, melintasi tatapan bingung beberapa staf, dan langsung menuju pintu darurat. Dia tidak peduli di mana sepatunya atau di mana mobilnya, yang ia butuhkan hanya udara dan jarak dari Alex.
*Di Dalam Ruangan Alex*
Alex berdiri di tengah ruangan, tangannya masih sedikit terangkat di udara. Ia merasa tidak percaya bahwa ia baru saja melakukan ini. Itu adalah tindakan yang paling impulsif dan tidak profesional dalam seluruh karier dan kehidupannya yang terencana. Ia hanya mengikuti dorongan primitif, sebuah kebutuhan untuk membuktikan bahwa Sekar berbohong.
Aku hanya mengikuti kata otak. Aku hanya membuktikan dia berbohong, Alex meyakinkan dirinya sendiri, meskipun tubuhnya bergetar dan bibirnya masih terasa hangat.
Namun, di balik kejutan itu, Alex merasakan kepuasan yang dingin. Ia telah memaksanya. Ia telah memaksanya bereaksi. Ia telah melihat kehancuran di mata Sekar.
Sekar tidak mendorongnya pergi dengan jijik, atau menamparnya. Sekar hanya berlari. Sekar berlari karena perasaan.
*Dia merasakan hal yang sama. Dia lari bukan karena benci, tapi karena takut pada apa yang ia rasakan. Dia rindu padaku. Dia masih mencintaiku*. Monolog batin Alex.
Alex mengambil napas dalam-dalam, mengendalikan detak jantungnya. Permainan kini telah berubah. Ia tidak lagi hanya mengancam Sekar dengan kontrak ATEEA. Ia sekarang memiliki senjata emosional baru yang jauh lebih kuat. Alex telah mencium Sekar, dan Sekar tidak menolaknya.
Meskipun harus segera menikah dengan Miranda, Alex merasa cukup puas karena ia telah merusak benteng Sekar. Hubungan mereka sekarang tidak bisa lagi kembali ke profesionalisme dingin.
Alex berjalan kembali ke mejanya, wajahnya kembali mengeras. Ia mengambil ponsel, memanggil Dandi.
"Dandi, batalkan semua jadwalku untuk satu jam ke depan. Dan pastikan Skye tidak kembali ke studio hari ini. Kirim mobilnya untuk menjemputnya di mana pun ia berada," perintah Alex.
"Dan Dandi," tambah Alex, suaranya kembali dikuasai obsesi. "Aku ingin kau mengatur meeting denganku dan Miranda besok pagi. Sebelum itu, aku ingin kau mengatur agar aku bisa bertemu dengan Tania, sahabat Sekar, manajer yayasan itu. Aku perlu tahu persis seberapa serius masalah finansial mereka."
Alex Mahendra kini siap menggunakan kekuasaan, uang, dan sentuhan intimnya untuk mendapatkan kembali apa yang ia yakini sebagai miliknya.
✨✨✨
*Di Luar Kantor*
Sekar terus berlari hingga ia mencapai area yang sepi. Ia bersandar di dinding bangunan, tangan menutupi mulutnya. Ia mengatur napasnya yang terengah-engah.
Dia merasa malu karena ciuman itu terjadi, marah karena Alex melanggar batasnya, tetapi jantungnya berdebar seperti orang sedang jatuh cinta, seperti remaja yang baru mengalami ciuman pertama.
Sekar memejamkan mata. Ia membenci Alex karena telah membuat perasaannya menjadi serumit ini. Dia mencintai pria itu, tetapi dia membenci apa yang pria itu lakukan.
Sekar tahu, ciuman itu bukanlah akhir. Itu adalah awal dari perang yang jauh lebih personal dan menyakitkan.
✨✨✨
*Area Staf, Beberapa Menit Kemudian*
Di area staf, tidak jauh dari ruangan Alex, Dandi menemukan Mila sedang duduk dengan cemas, menunggu kabar dari Sekar. Mila sempat melihat Sekar lari secepat kilat melewati koridor tadi.
Dandi mendekat, wajahnya masih menunjukkan keterkejutan.
"Mila, kau harus mendengarkan ini," kata Dandi, suaranya pelan dan tegang.
Mila menoleh, matanya lebar. "Dandi! Aku tahu! Nona Skye baru saja lari keluar, wajahnya seperti baru melihat setan! Ada apa di dalam sana? Apakah Tuan Alex membatalkan kontraknya?"
Dandi menggeleng, melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengar. "Tidak. Bukan kontrak. Aku... aku hampir masuk ke ruangan Mas Alex tadi, tepat sebelum Nona Skye lari."
"Lalu?" desak Mila.
"Pintunya tidak tertutup rapat," bisik Dandi. "Aku melihat mereka berdua. Tuan Alex memegang Nona Skye... dan mereka berciuman, Mila. Ciuman yang sangat... intens."
Mila terdiam, rahangnya turun. Ekspresinya berubah dari cemas menjadi kegirangan ala penggemar drama yang teorinya terbukti benar.
"Aku tahu! Aku sudah bilang! Tuan Alex cemburu! Aku tahu ini akan terjadi!" seru Mila, hampir tidak bisa menahan suara tawanya yang tertahan.
Dandi memegang lengan Mila. "Bukan itu masalahnya, Mila. Nona Skye berlari, dia tidak membalas. Dia ketakutan. Dan yang lebih parah, Tuan Alex baru saja memberiku perintah gila."
"Perintah apa?"
"Dia memintaku mencari cara untuk bertemu dengan Tania, sahabat Nona Skye, yang mengurus yayasan anak-anak itu," jelas Dandi. "Dia juga menyuruhku membatalkan semua janji dan melacak Nona Skye. Mila, Mas Alex sudah gila. Dia tidak lagi profesional. Dia sudah memasuki fase obsesi akut."
Mila, meskipun terkejut, kembali pada mode analisisnya. "Ini bukan kegilaan, Dandi. Ini adalah Cinta yang Terlarang! Tuan Alex ingin membantu Nona Skye dengan yayasannya! Dia ingin menjadi pahlawan! Dia memanfaatkan rahasia itu untuk mendekati Nona Skye dan menyingkirkan Miranda! Dia tidak mau Nona Skye meninggalkannya lagi."
Dandi mengusap wajahnya. "Aku tidak tahu apakah ini cinta atau pengendalian, Mila. Tapi situasinya berbahaya. Nona Skye baru saja dilanggar. Dan sekarang Mas Alex akan terlibat dalam urusan yayasannya. Kita harus berhati-hati. Apapun yang terjadi, kita tetap harus melindungi Nona Skye."
"Tentu saja! Kita ada di tim Nona Skye! Tapi Dandi," Mila tersenyum penuh rahasia, "sekarang kau tahu, teori drama romantisku tidak pernah salah. Tuan Alex akan melakukan apa saja untuk mempertahankan Nona Skye."
Mila mulai mengetik pesan di ponselnya, wajahnya kembali serius. "Aku harus segera menghubungi Nona Skye dan memberinya peringatan. Dan kau, Dandi, kau harus memberitahuku setiap langkah yang akan diambil Tuan Alex dengan Tania."
"Aku tahu, Mila. Aku tahu," jawab Dandi, menatap ke arah ruangan Alex. Ia menyadari bahwa kini, persahabatannya dengan Mila bukan lagi sekadar kencan, melainkan sebuah jalur komunikasi rahasia di tengah medan perang antara CEO yang obsesif dan supermodel yang terpojok.