"Kamu siapa?" tanya Angel dengan suara lirih pada pria yang tengah berada di atas tubuhnya.
Tapi pria itu tidak mengatakan apapun, hanya terus membuatnya merasa tidak nyaman dengan setiap sentuhannya pada Angel.
Kringggggg Kringggggg
Angel membuka matanya, suara alarm ponselnya membangunkannya. Dengan nafas terengah-engah Angel melihat ke sekeliling kamarnya.
"Hais, mimpi itu lagi. Kenapa aku terus mimpi hal yang sama sejak pindah ke kota ini" gumamnya bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Mulai menjadi Target
Setelah kegiatan hari pertama di kampus, akhirnya Angel keluar dari aula itu. Aline sudah menunggunya sejak tadi di luar aula itu.
"Ayo kita pulang!" ajak Aline.
"Naik kereta?" tanya Angel.
Aline mengernyitkan keningnya.
"Bukannya kak Darryl minta kamu menghubunginya saat kita pulang!"
"Tapi kan tidak enak. Mobilnya tadi bannya kan..."
Baru dia mengatakan seperti itu, ponselnya yang baru saja dia aktifkan kembali, berdering.
Angel meraih ponselnya, matanya melebar, dia menoleh ke arah Aline.
"Kak Darryl!" kata Angel cukup takjub.
Mereka baru saja membicarakan Darryl. Dan pria itu menghubunginya.
Aline terkekeh pelan,
"Cepat terima!" kata Aline sangat bersemangat.
Angel pun pada akhirnya menerima panggilan telepon itu.
"Halo kak Darryl"
[Halo Angel, sudah mau pulang?]
'Mohon perhatian, siapapun mahasiswa dengan inisial A di huruf depannya. Tolong berkumpul di lapangan sekarang!'
Aline dan Angel samping pandang.
"Pengumuman!" kata Aline.
[Angel, ada apa?]
"Ada pengumuman. Kak, sepertinya belum akan pulang. Kak Darryl pasti sibuk, aku dan Aline akan naik kereta saja nanti"
[Sama sekali tidak sibuk, aku akan menjemput kalian, hubungi saja aku]
"Tapi kak..."
'Dalam 20 detik, jika tidak berkumpul di lapangan. Maka kalian tidak usah datang lagi besok!'
"Angel ayo?" ajak Aline.
"Kak, sudah dulu ya. Sampai jumpa!"
Angel memutuskan panggilan telepon itu dan kembali mengaktifkan mode silent di ponselnya.
Angel dan Aline pun kembali ke lapangan.
Mereka melihat sebuah mobil yang sudah sudah tercoret-coret, dan si pelaku meninggalkan inisial A di mobil itu.
"Orang gilaa mana yang akan meninggalkan inisial namanya di mobil yang dia rusak?" gumam Aline.
Aline merasa kalau orang yang melakukan perbuatan semacam itu, mungkin otaknya sudah bermasalah.
Tapi salah satu temannya yang punya nama dengan inisial A juga, malah terlihat menganalisa dengan serius.
"Mungkin dia ingin menunjukkan taringnya. Dia ingin semua orang tahu, dia yang melakukan semua ini pada Pamela, salah satu mahasiswa yang berpengaruh di kampus ini!" kata Amanda.
Aline mengernyitkan keningnya. Sedangkan Angel, memperhatikan semua coretan di mobil mahasiswa bernama Pamela itu.
"Kata-kata umpatan itu, sepertinya dari seseorang yang sangat membencinya!" kata Angel ikut-ikutan menganalisa.
"Nah, benarkan! sepupumu saja setuju dengan pendapatku!" kata Amanda lagi.
"Heh, yang dikatakan Angel jauh dari yang kamu katakan tadi. Darimana dia berpikir setuju dengan apa yang kamu katakan barusan? Aneh!" kata Aline menyangkal.
"Duh, mulai lagi ini ratu drama. Sumpah males banget. Dia mau cari muka sama siapa sih! semua anggota keluarga Valleroy kan sudah pulang. Dia mau caper sama siapa sih?" kesal salah satu teman Aline yang lain.
Angel hanya melihat ke arah beberapa orang yang datang. Wanita dengan pakaian hitam, yang memberikan Angel perasaan tidak nyaman itu berjalan bersama dengan wanita yang disebut ratu drama oleh salah satu teman Aline itu.
"Rekaman kamera pengawas sudah di rusak. Tapi bukan tidak mungkin bagiku untuk memperbaikinya. Lebih baik kalian mengaku, siapa yang sudah berani menggangu keluarga Nowela!" ujar Pamela yang sepertinya sangat arogan.
Mungkin karena dia memang anggota termuda dari keluarga paling kaya nomor dua setelah keluarga Valleroy.
"Kalau pelakunya mengaku. Aku bakalan sungkem sama pelakunya. Gedeg banget aku sama si ratu drama itu!" kata teman Aline yang memang terlihat sangat muak dengan Pamela Nowela itu.
"Aku melihatnya! dia orangnya!" salah seorang gadis berkacamata maju dan menunjuk ke arah Angel.
Angel sangat terkejut, bukan hanya Angel. Aline sampai meringis kaget.
"Aku?" tunjuk Angel pada dirinya sendiri.
"Heh, gak usah asal bicara. Dari tadi Angel sama aku!" kata Aline yang tentu saja membela Angel.
Dia seratus persen yakin, bahkan bukan seratus persen lagi. Aline seribu persen, sejuta persen yakin kalau bukan Angel yang melakukannya.
"Jadi, kamu? aku benar-benar akan sungkem padamu setelah masalah ini selesai!" kata teman Aline yang malah menggiring opini ke arah membenarkan Angel yang melakukannya.
Angel segera melambaikan tangannya dengan cepat beberapa kali.
"Bukan aku!" katanya dengan tegas.
"Benar dia! aku lihat dia yang jalan ke arah mobil nona Pamela!"
Pengakuan mengejutkan datang lagi dari seorang penjaga, entah darimana datangnya penjaga itu. Pastinya orang bayaran Pamela.
"Aku tidak..."
"Dua orang tidak saling mengenal, mengatakan hal yang sama. Ikut kami, jika rekaman kamera pengawas sudah benar, dan bukan kamu pelakunya. Tentu kamu tidak akan mendapatkan masalah!" kata teman Pamela, wanita yang berdiri di samping wanita berpakaian hitam itu.
"Hei, mau di bawa kemana? tidak bisa! aku harus ikut!" kata Aline.
"Baiklah, ayo ikut!" kata wanita berambut keriting itu lagi.
Semua orang langsung bubar, mereka juga tidak mau berurusan dengan keluarga Nowela.
"Ini kampus kan? kenapa tidak ada dosen yang datang?" tanya Amanda.
"Heh, siapa yang berani melawan tiga keluarga besar di kota ini. Yang satu direktur universitas, yang satu lagi pemilik saham paling besar, yang satu lagi punya pasukan banyak. Sudahlah, bukan nama kita kan? Ayo pulang!" ajak seorang mahasiswa yang memutuskan untuk pergi dan tidak ikut campur.
Aline dan Angel di bawa ke sebuah ruangan. Seperti ruangan kelas. Tapi tidak banyak meja dan kursi di tempat itu. Masih di area kampus. Ya, keluarga Nowela memang punya banyak sekali tentara pribadi, pasukan pribadi karena memang mereka menjual jasa penjaga, dan tentara rahasia. Makanya, anggota keluarga Nowela memang kebanyakan sombong dan arogan.
Bugh
Brukk
"Aline!" pekik Angel ketika dia melihat Angel terjatuh di lantai setelah seseorang memukulnya dari belakang.
Angel segera mendekati Aline. Angel ingin membangunkan Aline. Tapi tangannya malah ditarik oleh dua orang anak buah Pamela.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Angel panik.
Tatapannya terus mengarah pada Aline yang bahkan di biarkan begitu saja tergeletak di lantai.
"Duduk!" perintah anak buah Pamela dengan sangat tegas.
Angel di hempaskan ke sebuah kursi kayu. Dengan teman-teman Pamela, dan Pamela yang berdiri mengelilinginya.
"Katakan! kenapa kamu merusak mobilku?" tanya Pamela dengan tangan dilipat di depan dada dan menatap Angel dengan kesal.
"Bukan aku!" sahut Angel cepat.
"Dia orang bersaksi, apa itu masih belum cukup membuktikan?" hanya Pamela lagi.
Angel terkekeh. Dia berasal dari ibukota, taktik seperti ini bukan dia tidak pernah lihat.
"Bahkan di sampingmu ada lebih dari empat orang. Menjadikan dua orang asing sebagai saksi tidak sulit untukmu kan?" tanya Angel yang mulai merasa kesal.
Masalahnya, Aline masih tergeletak di lantai yang dingin. Dia sangat mengkhawatirkan Aline.
***
Bersambung...
jager apa ya kok lupa 🤭
apa ajaib karena mahal 🤭