NovelToon NovelToon
Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Selingkuh
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Ardina Larasati, sosok gadis cantik yang menjadi kembang desa di kampung Pesisir. Kecantikannya membuat seorang Regi Sunandar yang merupakan anak pengepul ikan di kampung itu jatuh hati dengannya.

Pada suatu hari mereka berdua menjalin cinta hingga kebablasan, Ardina hamil, namun bukannya tanggung jawab Regi malah kabur ke kota.

Hingga pada akhirnya sahabat kecil Ardina yang bernama Hakim menawarkan diri untuk menikahi dan menerima Ardina apa adanya.

Pernikahan mereka berlangsung hingga 9 tahun, namun di usia yang terbilang cukup lama Hakim berkhianat, dan memutuskan untuk pergi dari kehidupan Ardina, dan hal itu benar-benar membuat Ardina mengalami gangguan mental, hingga membuat sang anak yang waktu itu berusia 12 tahun harus merawat dirinya yang setiap hari nyaris bertindak di luar kendali.

Mampukah anak sekecil Dona menjaga dan merawat ibunya?

Nantikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab18

Dona berdiri dengan tatapan yang menghunus, dadanya naik turun menahan sesak. Suaranya yang kecil tadi terdengar jauh lebih keras, dari biasanya. Hatinya sakit tapi harga dirinya jauh lebih penting agar tidak diinjak-injak.

Rezi terkekeh meremeh. “Ngaku aja deh, kamu kangen orang yang ninggalin kamu.”

Ucapan itu bagaikan pisau, yang mencabik hatinya, namun sebisa mungkin ia mencoba melawan melindungi diri dari hinaan mereka.

“Om Regi gak ninggalin aku!” bantah Dona cepat, matanya mulai basah. “Om Regi pasti nyari aku!”

Liza mencibir. “Kalau nyari, kenapa kamu dititipin di sini?”

Pertanyaan itu membuat Dona terdiam, tatapannya mulai nanar seolah apa yang diucapkan temannya itu benar, namun entah kenapa di dalam hatinya gadis kecil itu mempunyai keyakinan jika Regi akan datang, meskipun saat ini air mata mulai membasahi pipinya.

“Aku… aku percaya Om akan jemput aku,” lirihnya sambil memeluk bungkus permen itu makin erat, seolah sedang memeluk janji yang hampir rapuh.

Keributan kecil itu menarik perhatian Sarah. Wanita paruh baya itu segera mendekat dan menatap tajam ke arah Rezi dan Liza.

“Cukup! Kalian kembali bermain,” tegasnya.

Kedua anak itu mundur dengan wajah sebal, namun tak berani membantah. Sarah lalu berjongkok di hadapan Dona.

“Don… tidak ada satu pun anak yang dibuang di sini,” ucap Sarah pelan tapi penuh keyakinan. “Kadang orang dewasa hanya butuh waktu yang tepat untuk mencari jalan.”

Dona mengangkat wajah. “Benarkah Om Regi akan datang?”

Sarah tersenyum lembut, mengusap rambut Dona. “Ibu tidak akan bohong. Kalau Om itu memang menyayangimu, dia pasti datang.”

Dona mengangguk meskipun tangisnya masih belum berhenti, ada setitik cahaya kelegaan dalam hatinya di saat mendengar kelembutan kata dari wanita paruh baya itu yang membuat hati kecilnya yakin dengan kedatangan Regi.

Dona sedikit mengangkat wajahnya, dalam diam ia bergumam. "Tuhan pertemukan aku dengan Om Regi."

☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Mobil melesat dengan kecepatan tinggi, tanpa peduli dengan pengendara lainnya, pria itu menerobos begitu saja setiap mobil yang ada dihadapannya, di dalam hatinya hanya satu, ia takut jika keterlambatannya memicu keburukan akan nasib sang anak.

"Don tenang ya, kali ini akan Papa usahakan agar tidak terlambat," ucap Regi dengan perasaan campur aduk.

Dan tidak lama mobil Regi berhenti mendadak di depan panti kedua.

Ia turun dengan tergesa, napas masih berat sejak meninggalkan panti pertama. Waktu seolah bergerak lambat, bagi dirinya yang ingin mengetahui kabar sang anak.

“Kali ini… jangan sia-sia,” gumamnya sebelum melangkah masuk.

Ia masuk dengan cepat, dan di hadapan meja resepsionis, seperti biasa petugas menyapanya dengan begitu ramah, namun pria itu menanggapinya dengan tegas.

"Selamat siang Pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas itu.

Regi langsung mengungkapkan tujuannya datang kemari. "Saya di sini ingin mencari seorang anak," ucap Regi.

Ia langsung menyebutkan nama Dona lagi, kali ini dengan suara sedikit bergetar. “Dona Ardina,” ulangnya. “Tolong cek dengan teliti.”

Petugas panti menunduk pada layar komputer, membuka data, lalu beralih ke map arsip manual. Beberapa menit berlalu dalam keheningan yang mencekik.

Regi berdiri kaku, jemarinya gemetar tanpa ia sadari, hingga akhirnya petugas itu mengangkat wajah.

“Maaf, Pak… nama itu juga tidak terdaftar di panti kami.”

Sekejap Regi memejamkan mata. Dua panti nihil, ia mengusap wajahnya dengan kasar, sedari petang tadi ia sudah berusaha mencari hingga matahari terbit, namun masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan anaknya.

"Hanya tinggal satu alamat," ucapnya memburu, hingga tanpa sadar pria itu langsung meninggalkan panti kedua tanpa berpamitan ataupun ucapan basa-basi.

Ia menghela napas panjang, menahan perasaan takut yang berdesakan di dada.

“Dona… Papa hampir menyerah, tapi Papa gak akan berhenti,” bisiknya lirih.

Tanpa membuang waktu ia menyalakan mesin, dan mobil itu kembali melesat, membelah jalanan kota yang mulai ramai, perasaannya tak menentu, karena ia tahu di sudut kota lainnya seorang anak sedang menanti kedatangannya.

☘️☘️☘️☘️☘️

Mobil Regi melaju dengan kecepatan tinggi tanpa peduli dengan suara klakson pengendara lain yang memekakkan telinganya.

"Woy pelan Bro!" teriak pengendara lain."Ini bukan jalan nenek moyang lo!" bibirnya kembali.

Namun Regi tidak peduli dengan teriakan bahkan sumpah serapah pengendara lain yang ia takutkan hanya satu nama. Dona.

Mobil kembali melesat. Jalanan mendadak terasa sempit, lampu merah seperti berjalan terlalu lambat, sementara dadanya makin sesak oleh ketakutan yang tak terucap.

Tinggal satu panti, dan itu menjadi harapannya satu-satunya, namun jika kali ini nihil… Regi tak tahu lagi harus mencari ke mana.

Ia menekan pedal gas begitu lampu berubah hijau, jantungnya berdegup tak karuan. Nama Dona Ardina Ia ulang-ulang dalam doa lirih di bibirnya.

"Dona tunggu Papa ya Nak..." ucapnya seakan menggantung di udara.

☘️☘️☘️☘️

Di panti itu, Dona duduk merapat ke dinding aula, bungkus permen masih terpaut di jemarinya. Keributan kecil tadi membuat dadanya semakin sesak, ucapan Rezi dan Liza benar-benar menghantam dinding pertahanannya.

"Kalau Om nyari, kenapa aku ada di sini?" Pikirannya mulai terperosok ke jurang keraguan.

Ia mengucek mata yang mulai perih. Anak-anak lain tertawa riang, berlarian mengejar balon warna-warni. Dona tetap di sudutnya sendiri, tanpa berbaur ataupun beradaptasi, karena memang tempat ini bukan tujuannya.

“Om pasti datang…," gumamnya, tapi suaranya nyaris tenggelam oleh rasa takut sendiri.

☘️☘️☘️☘️

Sementara itu. Ban mobil Regi berdecit keras saat berhenti mendadak di depan gerbang panti ketiga. Ia tak sempat mematikan mesin benar-benar, hanya menarik kunci lalu berlari masuk.

Langkahnya tergesa, napas terengah, karena hatinya benar-benar takut jika tangan lainnya lebih cepat bertindak dibandingkan dirinya. Dan ketika sampai di meja resepsionis, Regi berdiri dengan dada naik turun.

“Saya cari anak… namanya Dona Ardina,” ujarnya cepat, suara sedikit serak. “Tolong cek sekarang juga.”

Petugas panti terlihat tertegun melihat raut wajah Regi yang nyaris putus asa. Ia segera membuka data komputer lalu menelusuri daftar manual.

Waktu berjalan seperti siksaan yang memperlambat, Regi berdiri tanpa berkedip, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.

“Haaa!" ia mengambil nafas panjang.

Petugas belum sempat bicara, Regi sudah mendesak, “Ada, kan?”

Petugas itu menelan ludah. “Ada satu anak baru… tapi namanya cuma tercatat Dona tanpa nama keluarga, Pak. Usianya sekitar 12 tahun.”

Regi tertegun seakan seluruh dunia berhenti berputar, ia mengucek matanya, dan kembali bertanya.

“Nona-nya… sekarang di mana?” tanya Regi bergetar.

“Aula bermain… di sebelah kiri.”

Regi tak menunggu sedetik pun, langkahnya berlari menyusuri lorong panti yang terasa panjang, matanya menyapu setiap ruangan, dari kejauhan terdengar suara tawa dan keriuhan anak-anak.

Namun saat dia melangkah ke aula nafasnya tercekat, di sudut ruangan, dekat dinding, ia melihat sosok kecil yang begitu ia kenal duduk memeluk sesuatu dengan bahu gemetar. Rambut terurai sedikit kusut, dan mata sembab yang tak lagi secerah pertama kali ia temui di pantai.

"Dona," gumam Regi lirih. Betisnya mendadak terasa lemas.

Di saat yang sama, Dona menoleh. Tatapannya kosong melihat seseorang yang berdiri tegas di sana ia mengerjakan sekali, dua kali, seperti tidak percaya, namun langkah kokoh itu mendekat membuatnya langsung berteriak.

“Om…?” suaranya pecah, nyaris tak terdengar.

Regi semakin melangkah maju, matanya memerah. “Iya, Nak… Om di sini…”

Dona bangkit sambil terisak, kakinya berlari tertatih menembus keramaian.

“Oooommm!”

Ia menjatuhkan diri ke pelukan Regi, wajahnya menghantam dada pria itu. Tangis pun pecah tanpa sisa, semua luka, semua rindu tumpah dalam satu jeritan pilu.

Regi merengkuhnya seerat mungkin, seakan takut kehilangan lagi.

“Maaf… Om terlambat…” bisiknya parau di rambut Dona. “Om bodoh… Om hampir kehilangan kamu.”

Dona menggeleng kuat sambil terisak.

“Dona tunggu Om… Dona percaya Om datang…”

Kalimat itu menusuk lebih dalam daripada cambukan apa pun. Regi menutup mata, air matanya akhirnya jatuh membasahi bahu kecil Dona.

“Iya… Om datang, Nak… Om pulang.”

Di aula panti itu, di tengah suara tawa anak-anak lain, hanya ada tangisan dua hati yang finally menemukan satu sama lain.

Bersambung ....

Selamat Sore semoga suka ya Kakak ... tetap temani ya perjalanan si Dona.

1
Sugiharti Rusli
semoga kamu berani menghadapi Ardina dan semoga sudah ada kemajuan dengan kesehatan mentalnya yah,,,
Sugiharti Rusli
apalagi kamu sudah menyia-nyiakan putri kamu selama bertahun-tahun
Sugiharti Rusli
sebagai seorang ayah, kamu harus mengambil segala resiko dan yakin kalo langkah kamu benar,,,
Sugiharti Rusli
karena ayah kamu tuh tahu kalo yang sekarang bisa dia permainkan adalah rasa takut kamu dengan ancamannya
Sugiharti Rusli
Regi kamu jangan serba ragu dan takut, bagaimana nanti si Dona nasibnya kalo seperti itu kamunya,,,
Kasih Bonda
next Thor semangat
Amalia Putri
Bener -bener ni kakek serakah,thor buat Regi Dona Andriana kumpul dan bahagia lanjut thor💪💪💪💪
Lisa: Setuju Kak..kakek itu jahat banget..ayo Regi semangat cari partner utk melawan Halik
total 1 replies
Sugiharti Rusli
semoga saja karena harta yang kamu kumpulkan selama ini berasal dari harta haram milik Farid, itu akan tenggelam oleh keserakhan kamu sendiri pada akhirnya
Sugiharti Rusli
apalagi cucu kamu Dona bukan anak yang cengeng dan tidak tahu arti kata berjuang, apalagi sekarang ada sang ayah di sisinya
Sugiharti Rusli
ayah kamu tuh ga tahu kalo hubungan darah tuh kental dan tidak mudah dipisahkan oleh harta seberapapun banyak nya,,,
Sugiharti Rusli
selama apa yang kamu perjuangkan itu darah daging kamu sendiri, Tuhan ga tidur dan akan kasih jalan,,,
Sugiharti Rusli
kamu harus bangkit kembali Regi, karena ayah kamu telah dibutakan oleh dendam nya sendiri,,,
Wien Daffa
Bagus bawa pergi jauh dari jangkauan Halik.
semangat Regi pasti bisa menjalaninya
Lisa
Regi bawa Dona ke tempat yg jauh & aman..spy Halik tdk dpt menemukan mereka..semangat y Regi utk berusaha lg demi Dona..
kaylla salsabella
semoga halik tidak bisa menemukan Regi dan dona
Iccha Risa
ka othor kalo ujian lagii buat dona yg baru menapaki kebahagian, ampun dech kudu diberantas tuh juragan Halik... punya bapak buka ngedukung anaknya menebus kesalahan tapi mentingin ego...
I Love you,
jgn buat dona menderita lgi 😭😭🙏🙏 but si tuak bangka struk jatuh miskin sehancur2 nya biar kapok 🙏🙏😭😭
Lisa: Ya Kak Ayu..Halik itu tdk berperikemanusiaan..Tuhan yg akan membalasnya..
total 2 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Amalia Putri
Semangat thor
Dew666
👑💎
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!