Kakak perempuan Fiona meninggal dalam kecelakaan mobil, tepat pada hari ulang tahunnya ketika hendak mengambil kado ulang tahun yang tertinggal. Akibat kejadian itu, seluruh keluarga dan masyarakat menyalahkan Fiona. Bahkan orang tuanya mengharapkan kematiannya, jika bisa ditukar dengan kakaknya yang dipuja semua orang. Termasuk Justin, tunangan kakaknya yang membencinya lebih dari apapun. Fiona pun menjalani hidupnya beriringan dengan suara sumbang di sekitarnya. Namun, atas dasar kesepakatan bisnis antar keluarga yang telah terjadi sejak kakak Fiona masih hidup, Justin terpaksa menikahi Fiona dan bersumpah akan membuatnya menderita seumur hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akur
Kencan dengan Justin ternyata... luar biasa, ya? Pikir Fiona.
Dia pasti bohong besar kalau mengatakan bahwa dia tidak menikmatinya. Bukan cuma makanannya yang luar biasa, tapi Justin sendiri juga sepertinya sedang tidak dalam suasana hati yang biasa... Justin, berubah menjadi akrab dan mudah diajak ngobrol.
Untuk pertama kalinya sejak Fiona mengenal dan menikah dengannya, malam ini suaminya itu tampak tertarik dengan apa yang ia katakan. Awalnya, ketika Justin bertanya tentang keseharian Fiona, ia terkejut. Tapi sejujurnya, Fiona refleks secara tidak sadar bahwa ia harus tetap mempertahankan pertahanan diri. Karena setahunya, Justin bisa saja sedang mencari sesuatu, apa pun yang nantinya akan digunakan untuk melawan dirinya.
Maksud Fiona, ia tidak bisa begitu saja melepaskan segalanya dan mengikuti arus, berpikir bahwa dirinya sedang menjalani bulan madu dengan Justin. Fiona tidak ingin terkecoh dengan perubahan Justin.
Tidak. Fiona harus punya pendirian dan tetap melindungi dirinya sendiri.
Itulah yang terus ia yakinkan pada dirinya sendiri. Apalagi sikap Justin yang dengan sukarela mendengarkan Fiona, menyelidiki, dan bertanya dengan penuh harap, dengan tatapan yang menunjukkan bahwa dia sungguh-sungguh bertanya, dan tidak ada motif tersembunyi.
Fiona pun tak sanggup menahan diri untuk tidak menjawab. Tentu saja, jawabannya awalnya kaku, hampir otomatis dan singkat, tetapi Justin sangat sabar padanya, dan entah bagaimana selama acara makan malam itu, Fiona mulai merasa nyaman.
Fiona jadi menceritakan banyak hal pada Justin. Banyak hal. Tentang saat ia mendirikan House of F-Fan dan kenapa ia begitu menginginkan mode.
Bahkan Justin bilang, “Kamu bisa memiliki apa saja di dunia ini. Tapi bisnismu itu hebat.”
Memang benar sepanjang hidupnya, Fiona selalu bergelimang harta. Tapi ia tak ingin menjadi apa pun, Fiona tak ingin memiliki apa pun. Ia hanya ingin memiliki sesuatu yang berbeda untuk mewakili dirinya di dunia. Fiona ingin menceritakan kisah hidupnya dengan cara yang berbeda. Ia bukan pebisnis, seperti yang Fania lakukan sehingga membuatnya menjadi pujaan banyak orang. Tapi Fiona adalah dewi yang menguasai sihir benang dan jarum. Jadi mengapa tidak menggunakan sesuatu yang telah dianugerahkan kepadanya untuk membuat karyanya sendiri? Dan mengumumkan pada dunia bahwa Fiona juga punya sesuatu yang patut dibanggakan.
Banyak orang bahkan tidak tahu bahwa Fiona adalah pemilik House of F-Fan. Semua orang hanya mengira ia bekerja di sana sebagai karyawan, seorang desainer di F-Fan, dan Fiona cukup nyaman dengan itu. Namun, semua karya yang ia desain dengan tangannya terjual dengan sangat laris. Jadi, Fiona tidak merasa perlu tampil di layar lebar agar semua orang mengenal dirinya. Itu sudah cukup membuatnya bangga.
"Baiklah, aku akan bertanya sesuatu padamu, dan jangan salah paham." Justin memberi isyarat dengan tangannya sambil merentangkan jari-jarinya. Fiona menyipitkan mata padanya dan menunggu.
"Berapa Keri Hilson membayarmu?" Justin langsung ke intinya... Fiona bersandar di kursinya dan menatap langit, lalu mulai menghitung dalam hati. Fiona tidak tahu Justin sedang memperhatikan sampai dia terkekeh.
"Apa?" tanya Fiona, sedikit tersinggung.
"Kamu pasti sudah menghasilkan jutaan dolar kalau kamu ingat," kata Justin sambil membuat Fiona tersenyum tipis.
"Oke, jadi dia mau kostum eksklusif untuk turnya, kan? Kostum itu lumayan mahal karena kita harus merancang semuanya sesuai keinginannya, dan dia bersikeras membeli haute couture terbaik di rumah kita. Gaunnya 295 ribu dolar, sepatu khusus 48 ribu, dan yah, kostum-kostum lainnya beserta sepatunya juga." Fiona menjelaskan singkat, dan seketika itu wajah Justin berubah... Astaga, ia tampak seperti baru saja menelan sesuatu yang luar biasa buruk.
"Apa?" tanya Fiona bingung melihat ekspresinya.
"Apakah kamu memberitahuku bahwa gaun itu harganya semahal itu?"
“Oooooooh... aku kira apa.”
Fiona melanjutkan, "Sayang sekali, aku sudah susah payah merancang gaun itu. Gaun itu benar-benar tak ternilai harganya dan aku mau menyimpannya di rumahku untuk dekorasi. Tapi dia memaksa karena gaun itu bersayap. Rupanya, dia mau mengakhiri acaranya dengan gaun itu, jadi, siapa aku yang berani menolak tawaran sebanyak itu?" Fiona mengangkat bahu, dan sepertinya Justin sulit mempercayainya.
"Apakah kamu..." Justin menyandarkan sikunya ke meja, menatap Fiona dengan tajam, "-Fiona Hadwin-Spark, ingin memberitahuku bahwa kamu baru saja menjual sesuatu yang jumlahnya mendekati satu juta?"
"Sebenarnya 1 juta dolar," koreksi Fiona, dan reaksi Justin membuatnya tertawa lebih keras. Tawa keras Fiona menarik perhatian pengunjung sehingga ia harus minta maaf kepada pengunjung restoran di sekitar karena mereka semua melotot tajam, tapi astaga, Justin benar-benar membuatnya tertawa terbahak-bahak.
"Sial. Aku tidak tahu," kata Justin sambil mundur dan menggelengkan kepalanya.
"Apa? Bahwa aku kaya raya?" Fiona mengedipkan mata, dan Justin mengejek.
"Tentu saja, kamu kaya raya. Tapi aku tidak tahu kalau industri mode menghasilkan uang sebanyak itu." Justin benar-benar tidak tahu, karena dia menggelengkan kepalanya dalam-dalam, tampak sangat tenggelam dalam pikirannya.
"Uang ada di mana-mana. Hanya saja kita yang kadang nggak melihat," kata Fiona dan mata Justin menatapnya tajam.
"Kamu tahu, aku benar-benar terkejut. Sebenarnya, terkejut bahkan tidak cukup untuk menggambarkan perasaanku saat ini," kata Justin, Fiona mengerutkan kening padanya.
"Oh ya? Dan kenapa begitu?"
"Hanya saja..." Justin mendesah.
"Ada begitu banyak hal yang dunia tidak tahu tentangmu, dan semua orang berusaha keras untuk membuatmu sengsara dan tidak memberimu kesempatan untuk membuktikan diri."
Ya, dan kamu pun demikian, pikir Fiona.
"Rasanya aku sudah jadi orang brengsek seumur hidupku, tidak ada di sana untuk melihatmu berkembang, karena kamu tidak seburuk yang mereka kira." Justin terus menatapnya tajam.
Tak tahu harus menjawab apa, wajah Fiona jadi merah karena Justin Fuckin' Wolf Spark baru saja mengakui kalau dia memang brengsek seumur hidupnya, dan bahkan memuji Fiona.
Mungkin nanti Fiona tidak akan kaget jika suatu saat langit mulai melemparkan sosis.
"Jadi..." Fiona berdeham. "Liburan nanti, apa kita pergi di akhir pekan?" Sudah waktunya untuk beralih ke topik berikutnya.
Justin melihatnya, bahwa Fiona ingin menyudahi percakapan soal dirinya, dan Justin tidak melawan.
Astaga, siapa pria yang duduk di depanku ini? Pikir Fiona.
"Ya," jawab Justin.
"Seharusnya seru, ya?" Fiona mengambil gelas anggurnya dan menyesapnya pelan. Wajah Justin menyeringai lebar dan Fiona menggeleng. Pasti itu adalah liburan yang luar biasa sampai membuat Justin mengajak dirinya.
"Sebenarnya itu yang terbaik. Kami melakukannya setiap kali perlu mengenang masa lalu dan... melepaskan diri. Di atas air, kami jauh dari daratan, kan? Tidak ada paparazzi yang mengambil foto dan menyebarkan berita buruk tentang kami... meskipun entah bagaimana mereka menemukan cara untuk mengikuti kami."
Fiona tahu itu. Ia telah melihat setidaknya selusin foto dan cerita Justin The Great sedang bersenang-senang dengan sekelompok 'teman'. Suka atau tidak, Justin adalah orang yang populer, dan semua orang hanya ingin meliput dirinya. Seluruh Amerika akan hancur jika tidak ada fotonya di mana pun selama sekitar seminggu.
"Oke, jadi begini, apakah ada koki yang bisa menyiapkan makanan?" Fiona tidak bisa membayangkan dirinya yang memasak, ia juga tidak bisa. Fiona tidak cocok untuk itu. Justin ini adalah pria yang terbiasa duduk di kantornya dan memerintah dunia dari atas, tidak memakai celemek dan benar-benar mencoba memasak sesuatu. Jadi Fiona yakin sekali Justin bahkan tidak bisa menggoreng telur.
"Para wanita yang memasak. Dan kami hanya... bersantai kurasa. Dan oh," Justin menunjuk Fiona dengan jarinya. "Kita memancing." Alisnya menari-nari, dan Fiona tertawa.
Melihat Justin seantusias ini, pastilah liburan itu sesuatu yang luar biasa. Fiona sungguh berharap perjalanan itu seindah yang Justin katakan.
Jika tidak, Justin tidak akan bisa kembali ke daratan! Karena Fiona akan menghabisinya.
🥴 teman pacarnya sendiri semua mau di nikmati,fix sakit jiwa.untung Justin terselamatkan kalau tidak semua lelaki disitu sudah jadi bekas kim🥴.
Justin aja kewalahan dengan keras kepalanya,sikap teguhnya,masa bodohnya 😄.