Aku Pamit, Mas!

"Maaf mbak, anda siapa ya? Pak Derriz sedang tak ingin di ganggu," ujar sekretaris Derriz bernama Sena menghadang Luna yang akan masuk ke ruangan Derriz.

Pria itu memintanya agar hari ini tidak ada yang mengganggunya. karena dia harus benar-benar frustasi. Bahkan dia tidak tahu jika Izha sudah mengajukan surat pengunduran diri. Sebentar lagi jika kakeknya tahu masalah ini pasti juga akan memarahinya. Entah apa yang akan terjadi kepada dia nanti.

"Kau tidak tahu? Aku adalah kekasih dari Derriz. Apa mau ku buat kamu di pecat saat ini juga karena sudah menghalangiku untuk masuk ke ruangannya?" ancam Luna.

Penampilan Luna tak mencerminkan perilaku dan ucapannya. Padahal penampilannya begitu anggun wajahnya juga sangat cantik. Tapi ucapan dan perilakunya begitu menyakitkan hati orang lain.

"Maaf bu, tapi memang Pak Derriz meminta saya untuk tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam ruangannya!" jawab Sena masih dengan suara yang pelan.

"Kau! Cepat katakan kepada Derriz jika aku berada di sini! jika sampai aku bertemu dengan dia, maka akan aku pastikan jika kamu akan di pecat saat ini juga!" teriak Luna.

"Siapa yang berani memecat karyawanku selain aku? Apa hakmu di perusahaan milikku ini?"Suara bariton di belakang mereka terdengar menggelegar membuat tubuh Luna menegang.

Bukan hanya Luna dan Sena yang kaget, tapi Pak Aditya dan juga Derriz yang berada diruanganya keluar. Beberapa karyawan yang kebetulan di lantai itu juga di buat kaget dan melihat keributan yang terjadi di sana. Suara Kakek Bima penuh emosi.

"Ada apa ini Ayah?" tanya Pak Aditya.

"Tanyakan kepada wanita tak tahu diri di depan kalian ini! Bagaimanapun dia mencoba mengubah penampilannya menjadi seperti itu. Tidak menjamin dikasih sifat dan juga perilakunya akan jauh lebih baik. Lihatlah bagaimana cara dia berbicara dan bahkan berani mengancam akan memecat karyawanku. Memangnya siapa dia? Hanya selingkuhan Derriz bo-doh yang sudah membuat cucu menantuku pergi!"teriak Kakek Bima penuh emosi.

Wajah Luna pucat pasi mendengar ucapan Kakek Bima. Dia tak mengira jika pria itu akan datang ke kantor bertepatan dengan dia yang datang kesana. Derriz juga tak mengira jika Luna akan datang, padahal dia mengatakan jika dirinya sedang banyak pekerjaan dan tak bisa diganggu. Tapi kenapa kekasihnya itu malah nekat datang ke sini disaat dan waktu yang tidak tepat.

"Kita bicarakan di ruangan Derriz, Ayah!" ajak Pak Aditya yang tak mau pertengkaran mereka menjadi tontonan karyawan.

"Agung, panggil juga Izha, cucu menantuku untuk datang kesini!" ujar Kakek Bima kemudian masuk ke dalam ruangan Derriz.

Semua karyawan di buat tak percaya jika ternyata selama ini Izha adalah istri dari Pak Derriz. Mereka menyembunyikan status dan hubungannya di kantor. Bahkan tidak ada yang curiga, mereka semua terkecoh. Dan sekarang wanita di hadapan mereka yang selalu mengaku kekasih Derriz nyatanya adalah selingkuhannya. Seketika berita itu langsung tersebar di kantor.

"Maaf pak, ternyata Bu Mariza mengundurkan diri hari ini dan beberapa saat lalu sudah pergi dari kantor!" Angga melapor setelah menghubungi bagian desain grafis untuk memanggil Izha.

"APAAAA?" kaget Derriz dan Kakek Bima bersamaan.

Melihat keterkejutan Derriz membuat Luna kesal bukan main. Kenapa kekasihnya itu malah sangat kaget mendengar Izha mengundurkan diri. Seharusnya dia bahagia karena sebentar lagi akan berpisah dengan Izha dan sekarang wanita itu lebih tahu diri dengan mengundurkan diri dari perusahaan Dirgantara.

"Bagaimana bisa Izha mengundurkan diri? Padahal tadi pagi dia masih ada dan berbicara dengannku di ruangan ini?" tanya Derriz tak percaya dan mencoba menghubungi Izha, namun sayangnya Izha tak mau menerima panggilannya. Walaupun sudah berkali-kali dia mencoba menghubunginya.

"Kenapa kamu panik begitu? Bukannya kamu yang ingin kalian bercerai dan menyingkirkan cucu mantuku? Kemudian menikah dengan wanita ular ini! Kau akan menyesal jika sudah melihat topeng dari wanita yang kau banggakan itu Derriz! Kau membuang permata demi batu kerikil yang tak ada harganya! Kau akan menerima semua konsekuensi atas perpisahan kamu dengan Izha!" emosi Kakek Bima.

"Kek! Bukan begitu, aku tak bermaksud berpisah dengan Izha. Aku belum memutuskan apapun, aku saja kaget saat melihat surat panggilan sidang ini!"jawab Derriz melirik tajam ke arah Luna.

"Kau kaget? Jangan bercanda kau Derriz! Bagaimana mungkin surat itu ada di pengadilan kalau kau tidak memberikannya? Bahkan sudah kau tanda tangani dan lihat ini! Bahkan kau pihak penggugat! Kau fikir aku sudah pikun?" kesal Kakek Bima.

",Sabar dulu ayah! kita dengarkan penjelasan Derriz," ujar Pak Aditya, sedangkan Luna terlihat menunduk menahan takut dan gugup.

Derriz tak tega melihat kekasihnya seperti itu. Walau dia tahu Luna salah, karena memang ingin kejelasan hubungan mereka. Tapi saat ini tindakannya keterlaluan. Bahkan dia sudah mencuri berkas perceraiannya. Hingga membuat semuanya kacau. Dan Izha malah pergi. Bahkan dia belum sempat membujuk Izha dan menjelaskan semuanya. Dia selalu kehilangan kata-kata saat berbicara dengan istrinya akhir-akhir ini.

"Jelaskan kepada kami!" kalian ini Pak Aditya berbicara kepada Derriz.

"Sebenarnya aku tak tahu jika surat itu sudah ada di pengadilan agama karena ternyata Luna sudah menyerahkannya lebih dahulu. Aku dan Izha sebenarnya sudah sepakat dari awal pernikahan akan berpisah jika Luna kembali sehingga Tiga Minggu lalu, Luna menyerahkan berkas yang sudah dia tanda tangani saat tahu Luna sudah kembali dan aku sering bersamanya. Aku tak bisa mencintai Izha selama satu tahun ini, Kek! karena cinta aku terlalu besar untuk Luna. Namun aku belum ingin menceraikan Izha dalam waktu dekat ...," Derriz tak bisa melanjutkan perkataannya, karena memang dia belum tahu dengan perasaannya kepada Izha.

"Baiklah! Kau akan terima konsekuensi dari keputusanmu Derriz. Cucu mantuku terlalu berharga jika terus bersama dengan pria bo-doh sepertimu. Kau memang pantas bersama dengan wanita itu! Silahkan lakukan apapun yang kamu inginkan bersama dengan wanita itu! Kamu benar-benar membuat aku kecewa Derriz!" emosi Kakek Bima kemudian bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Kenapa kamu tak membicarakan masalah sebesar ini kepada papa dan mama? Jika memang kalian ingin bersama setidaknya kamu harus menceraikan wanita itu bukan dengan cara seperti ini! Apalagi kamu juga bertindak sangat bodoh dan egois Luna! Papa tak bisa membantu apa-apa kalau sudah begini. Kau, selesaikan sendiri masalahmu ini! Papa sudah sering mengingatkan kamu, tapi kamu tak peduli ucapan papa! Cari Izha, dan kalian bisa membatalkan perceraian kalian!" ujar Pak Aditya lalu pergi.

"Aku tak akan pernah terima kalau kamu menarik dan membatalkan surat gugatan cerai itu! jangan bilang sekarang kamu ragu dan kembali menunda pernikahan kita karena kamu mulai memiliki perasaan kepada wanita itu! Aku tak kan pernah terima dan tak akan pernah mau bertemu dengan kamu lagi Derriz!" Luna yang pergi kali ini.

Derriz masih diam saja. Kepalanya berat sekali. Benarkah kalau dia mulai memiliki perasaan kepada Izha? Sejak kapan? Tapi bagaimana mungkin? Derriz tanpa sadar bahkan kembali mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Izha. Tetap tak ada jawaban.

"Dimana dan kemana kamu sebenarnya Izha? Bahkan aku tak tahu siapa saja teman-temanmu. Alamat rumahmu saja aku tak tahu. Apa aku harus tanya kakek saja alamat rumah orang tuamu? Karena aku yakin jika kakek tahu!" ujar Derriz mulai gelisah.