Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Bebas
Atas jaminan Revan, Rere bisa dibebaskan dengan tahanan kota. Ia tidak boleh bepergian keluar kota apa lagi untuk bepergian ke luar negeri. Kini ia sudah kembali ke rumahnya ditemani Revan. Rere merasa masih dicintai suaminya. Ia ingin merebut kembali perhatian Revan padanya.
"Kamu akan tidur disini bersama denganku kan, sayang?" rayu Rere sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher Revan.
"Maafkan aku Rere. Aku tidak bisa bersamamu karena aku harus menjadi suami siaga untuk Aleta yang sebentar lagi akan melahirkan," ucap Revan sambil menurunkan kedua tangan Rere dari tubuhnya.
"Kenapa selalu Aleta dan Aleta. Aku juga istrimu, Revan. Aku juga butuh kamu bersamaku. Kamu harus adil dong sayang...!" manja Rere lalu memeluk suaminya erat.
"Nanti saja kalau Aleta sudah melahirkan. Aku akan meluangkan waktuku lebih banyak untukmu," ucap Revan.
"Baiklah. Kalau begitu aku ikut denganmu menemui Aleta. Aku ingin minta maaf padanya. Ayolah sayang? kamu mau kami akur kan?" rayu Rere..Revan menatap wajah cantik itu. Hatinya juga senang jika mendapati kedua istrinya selalu hidup rukun tanpa konflik.
"Baiklah. Tapi kamu harus kembali ke sini sendiri setelah menemui dirinya. Bawalah mobilmu sendiri...!" ucap Revan.
"Ok, tidak masalah. Terimakasih suamiku. Aku janji tidak akan membuat masalah," lanjut Rere lalu mengecup bibir Revan sesaat.
Keduanya berangkat menuju apartemen Aleta. Sementara itu Aleta tidak tahu kalau ia akan kedatangan rifalnya. Bumil ini sedang berbaring di tempat tidur sambil membaca buku tentang merawat bayi di masa menyusui. Tidak lama kemudian ada ketukan pintu dari luar, Aleta menyuruh masuk karena tahu itu asisten rumah tangganya yang mengantar makan malamnya.
Makanan itu diletakkan di meja makan seperti meja makan pasien rumah sakit. Aleta tersenyum dan mengucapkan terimakasih.
"Hati-hati nona, makanannya masih panas semua," ucap sang bibi.
"Iya bibi, terimakasih." Aleta menatap hidangan makan malamnya dan mulai menyuapi nasi ke dalam mulutnya. Tidak lama Revan masuk ke kamarnya.
"Sayang, maaf aku kira kamu masih lama pulangnya. Aku akan meminta bibi menyiapkan makanan untukmu," ucap Aleta.
"Tidak usah sayang, aku sudah makan malam di luar," ucap Revan.
"Baiklah. Kalau begitu duduk denganku di sini, temani aku makan..!" ajak Aleta.
"Sayang, ada ingin bertemu denganmu," ucap Revan hati-hati.
"Siapa?" Aleta terlihat penasaran.
Revan membuka pintu untuk Rere masuk dan Aleta terlihat terkejut sekaligus kecewa pada suaminya membawa Rere ke apartemennya di saat dirinya masih berduka atas meninggalnya sang bunda. Rere tertunduk dan sesekali melirik Aleta yang sedang memalingkan wajahnya ke arah jendela kamarnya.
"Aku akan meninggalkan kalian berdua. Bicara lah secara dewasa dan jangan mengutamakan emosi. Aku percaya pada kalian berdua," Revan keluar dari kamarnya dan membiarkan kedua istrinya berbicara dari hati ke hati.
Rere menatap Aleta yang masih enggan menatapnya. Ia tersenyum licik lalu maju beberapa langkah mendekati Aleta. Ia melihat ada tungku api khusus yang masih menyala menjaga sup daging tetap panas saat di makan Aleta.
"Aku turut berduka cita atas kematian ibumu Aleta. Aku pikir kamu akan terlihat bahagia setelah kekayaan kalian dikembalikan negara namun sayang kebahagian itu hanya mampir sebentar. Maafkan aku ya...!" ucap Rere dengan nada mengejek.
"Yah begitulah kehidupan. Semuanya serba titipan dan pinjaman. Termasuk suamiku yang aku pinjamkan kepadamu untuk menghamilimu," lanjut Rere makin menyerang Aleta dengan kata-kata pedas. Aleta terlihat tetap tenang sambil membaca doa apa saja di dalam hati agar dirinya tidak terpancing emosi.
"Aku berharap setelah bayimu lahir lakukan sesuai dengan kesepakatan kita untuk meninggalkan bayi itu untuk aku dan suamiku. Dan kamu bisa lanjutkan hidupmu dan akan menemukan kebahagiaan mu pada pria lain," ucap Rere.
"Tidak. Jangan berharap aku akan menyerah begitu saja pada kesepakatan bodohmu itu. Aku bisa mengembalikan uangmu itu dua kali lipat. Aku tidak akan meninggalkan mas Revan padamu apalagi menyerahkan anak ini pada wanita gila sepertimu," tegas Aleta menatap wajah Rere tajam.
"Oh begitu. Baiklah, aku akan memisahkan kalian berdua dengan caraku. Aku akan pastikan itu," ancam Rere menatap balik Aleta.
Aleta tersenyum sinis." Aku tidak heran dengan ucapanmu itu karena kamu sudah terbiasa dengan dunia kejahatan. Apa jangan-jangan kamu sengaja membunuh janinmu demi untuk mengikat mas Revan dengan membuatnya merasa bersalah padamu seumur hidupnya? cih...! dasar wanita licik," sindir Aleta.
"Tutup mulutmu bodoh...!" teriak Rere mulai emosi lalu tanpa di duga Aleta, Rere tiba-tiba menarik meja makan itu ke arahnya dan membiarkan sup panas dan makanan lainnya tumpah ke tubuhnya.
"Ahhhhhkkkkk......panas....!" teriak Rere bersamaan dengan jatuhnya semua peralatan makan yang langsung pecah berantakan di lantai itu. Aleta terkejut melihat Rere yang benar-benar menjebak dirinya. Belum saja ia bicara, Revan sudah masuk ke dalam dan melihat Rere yang menangis karena tangannya melepuh.
"Rere, astagfirullah...! apa yang kamu lakukan Aleta?" bentak Revan dengan suara menggelegar membuat Aleta makin takut berdaya. Mulutnya seakan dibungkam paksa tanpa ada air mata di sana namun batinnya berteriak " bukan aku pelakunya. Aku tidak melakukan apapun padanya Rere," Aleta berperang dengan batinnya sendiri.
Revan segera membawa Rere keluar. " Ayo sayang kita ke rumah sakit...!" Revan menggendong Rere. Sebelum ia keluar ia melihat ke arah Aleta." Aku kira kamu wanita lembut ternyata kamu sangat jahat Aleta," sarkas Revan dan Rere yang bersandar di dada Revan mengucapkan sesuatu pada Aleta tanpa suara." Mampus loe..!" ucap Rere lalu tersenyum jahat penuh kemenangan.
Emosi bumil ini tidak bisa dikendalikan lagi. Ia berteriak sekencang mungkin untuk melepaskan sesak di dadanya. Ia beringsut turun dari tempat tidur menuju ruang ganti. Dalam sekejap ia sudah keluar dengan berpakaian rapi.
"Nyonya, nyonya mau ke mana?" tanya bibi Tini yang saat ini sedang membersihkan pecahan kaca di lantai.
"Aku mau pulang ke rumah ayahku, bibi," ucap Aleta.
"Tapi nyonya nanti tuan marah kalau nyonya keluar tanpa izinnya."
"Aku tidak peduli," ucap Aleta lalu menghubungi taksi. Hatinya begitu sakit saat ini. Pikirannya menjadi labil.
Saat memasuki taksi, hujan tiba-tiba turun dengan deras. Taksi membawa Aleta ke rumah orangtuanya. Aleta menangis sepanjang jalan. Bayangan yang mengerikan yang baru saja terjadi bermain di benaknya.
"Ayahku benar, sebaiknya aku bercerai dengan mas Revan. Dia tidak menyayangiku. Aku yang terlalu bodoh tertipu dengan ucapan manisnya. Memang tidak ada yang enak dirasakan saat kita mencintai milik orang lain," batin Aleta sambil mengusap air matanya. Namun tiba-tiba ia merasakan kontraksi membuat Aleta teriak sakit.
"Ya Allah, apakah aku akan melahirkan sekarang?" gumam Aleta merasakan ada yang keluar di bagian intinya.
"Apakah ketuban nya pecah?" tebak Aleta karena belum paham ciri-ciri wanita melahirkan.
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina