Siapa bilang pria dingin yang telah tumbuh dewasa itu tidak menyimpan rasa pada sang adik angkat, yang jelas-jelas dirinya hanyalah kakak angkat yang kebetulan di rawat oleh keluarga Satuan.
"Siapa suruh kamu begitu menarik, jangan salahkan kakak jika kamu selama ini jadi fantasi kakak, kamu cantik dannnn menarik Sea. " Delane menatap bingkai foto milik Sea.
Tapii, hubungan itu telah membawa keduanya ke jenjang yang seharusnya tidak di lakukan. Apalagi setelah itu mereka terpisah negara dan juga waktu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21.dibuat panas dingin
Sky penasaran.
"Spil foto kak, nanti aku review dehhh, apakah gadis ini cocok dengan kakak atau tidak. " Ngeyel ternyata.
Delane diam saja, di sana ada foto Sea, Sky tak boleh tau.
Ia menyuruh Sky keluar dari kamarnya dengan mendorong tubuhnya.
"Kakkk please, siapa dia. Cantik gak, Sky mau tau kak, " Tak di pedulikan yang terpenting Sky keluar dari kamarnya.
Fantasinya belum tuntas tadi, mungkin mulai malam ini dan detik ini akan tersalurkan dengan mudah tanpa harus membayangkan orangnya melalui bingkai foto saja.
"Seeeaa, kenapa kamu begitu mempesona. Sampai-sampai aku ingin memiliki kamu. " Ia tak dapat menahannya jika sudah menyangkut Sea.
Antara takut tapi ingin memiliki seutuhnya.
"Bulan depan aku sudah berangkat, bagaimana jika aku meminta satu hal darinya? " Delane berpikir sejenak.
Sedangkan Sea asik menonton drama melalui ponselnya sambil berbaring sesekali merubah posisinya mencari tempat ternyaman.
"Aaahh rasanya kok jadi ingat kak Delane, aaaa hentikan Sea berhenti. Jika daddy dan mommy tau, apakah kamu yakin hidupmu akan baik-baik saja. Oh tentu saja tidak, yang ada kami berdua akan di pisahkan apapun caranya. Belummm siapppp, " Cemberut, lalu Sea merenungi nasibnya jika hal sampai itu terjadi.
Brian dan Gea berada di ruang keluarga sambil menonton film romantis.
"Ay."
"Iya mas, ada apa? Kenapa sedari tadi aku lihat wajahmu aneh sih mas. Udah ngantuk jam segini? " Melihat jam menujukkan pukul 12 malam.
"Ya, lumayan sih ay, tapi mas gak bisa tidur ay? "
Gea tatap manik mata sang suami dan mencari apa yang membuat suaminya gelisah begini.
"Cerita mas, mungkin saja aku bisa kasih solusinya, " Menyentuh tangan Brian lalu di balas olehnya.
"Sepertinya putri kita akan patah hati ay. "
Patah hati, kenapa?
"Mas, memangnya Sea suka pada siapa? Kenapa putri kita sampai patah hati. Apakah laki-laki itu dingin dan acuh ke putri cantik kita? " Sebagai seorang ibu yang telah melahirkan mereka membuatnya resah serta gelisah.
Brian mengangguk, "Dan sepertinya, laki-laki itu sangat mencintai pasangan pilihan hatinya. Oh putriku yang malang," Sedih sebagai seorang bapak untuk putrinya melihat sang putri patah hati ia tak kuat.
Mereka berdua saling berpelukan melepaskan beban sejenak dalam diri mereka.
"Ay, yuk kita buat satu adik untuk mereka? "
"Enggak deh mas, sakit tau melahirkan si kembar eh endingnya operasi juga, "
"Mas pengen loh ayyyy. "
"Kalau buat ayo, tapi kalau jadi enggak deh mas, repot di usia tua mas mau anak lagi. Takutnya mas mendadak meninggalkan kami atau aku yang meninggalkan kalian, "
"Ayyy, kok ngomong gitu sih. Mas gak suka kamu bilang gitu ay. "
Brian melumat bibir Gea yang memang manis dan ranum sekali.
"Mas, hentikan. Aku datang bulan, "
Kepala Brian mendadak pusing, namun bukan Brian namanya jika tidak bisa menyelesaikan masalah pusing kepalanya bagian bawah.
"Pakai ini ay, kan bisa. " Senyumnya sangat manis.
Brian ada-ada saja.
Tadi pagi sebelum demam.
"Mom."
"Sea, ada apa nak? "
"Hari ini kan hari sabtu, boleh gak Sea jalan-jalan. Dekat kok ma, paling gak sampai malam udah pulang? "
Gea mengangguk.
"Boleh, nanti sisanya biar mommy yang urus, "
"Beneran? " Matanya berbinar cantik sekali.
"Benar Sea, percaya sama mommy ya. " Meyakinkan sang putri.
Sea kegirangan, hari ini hari yang ia tunggu-tunggu selama ini. Tapi nyatanya apa, sakit dan gak jadi jalan-jalan dan Dokter itu pasti sudah datang, mengingat sekarang pukul berapa. Yups sekarang pukul 2 dini hari dan hari ini hari minggu.
"Ke kamar mandi dulu deh. " Tiba-tiba mengingat momen dimana Delane mengungkapkan perasaan terhadap dirinya, duhh jadi malu kalau di ingat-ingat.
Belum lagi saat dirinya di himpit sampai tembok dan hampir menyentuh ttnya karena pengaitnya sudah di lepas.
Puk puk puk.
Ia menepuk kedua pipinya agar sadar, apa yang di lakukan tidak benar saat dirinya di sentuh demikian oleh Delane, tapi penasaran rasanya. Apalagi Delane sudah bersama-sama dengan dirinya sejak lahir, gak masalah jika hal itu terjadi.
Usai dari kamar mandi Sea menempatkan posisinya dan membuka ponselnya untuk mengecek aplikasi yang memang selama ini menjadi wadah ia menuangkan ide-ide dalam cerita buatannya.
Ting.
Satu pesan masuk.
Dari Delane.
Sea, kamu baru bangun?
Sea terkejut, Delane tidak ada di ruangan ini tapi kenapa sampai tau bahwa dirinya baru bangun.
Iya kak, kok kakak tau.
Tak berselang lama Delane membalasnya.
Aku mengambil air di dapur setelah itu aku lihat kamar kamu sepertinya kamu bangun, aku kesana,
Sea terkejut sampai ponselnya terjatuh, Delane mau kesini? Ngapain sih?
Kalau sampai orang rumah tau gimana, mampus yang ada, belum lagi kedua orang tuanya gimana coba.
Ceklek.
Delane masuk dengan senyum tampannya tak lupa ia kunci pintu tersebut.
"Sea. Kamu sudah benar-benar sembuh? " Mengeceknya.
Mengangguk. "Udah kok kak, "
"Kok masih panggil kakak? " Menyatukan kening keduanya.
"Lalu? "
"Panggil yang manis, boleh kok panggil nama saja, " Berbisik dan mengecup daun telinga Sea dan membuatnya merinding.
Lalu Delane mengambil ponsel Sea dan melihat Sea sedang apa dan ternyata.
Jeng jeng jeng.
"Kamu menulis berbau dewasa hemmm, mau kakak ajarin gak secara langsung untuk praktek dan menjadi inspirasi kamu, kesayangan ku, " Mengecup bib ir Sea sekilas.
Sea malu, ia reflek menutup bi birnya yang baru di kecup olehnya. "Jangan, aku gak mau sampai semua orang tau Delane. A-aku emmm kak emmm. "
Kecupan Delane menuntut bahkan tangan kanannya sudah masuk ke punggung Sea lalu ke arah depan perutnya dan semakin turun, Sea menikmati semua itu apalagi saat Delane masuk ke celana tidurnya yang memang ia kenalan sehari-hari.
"Sea? " Tangannya menyentuh inti Sea.
Mereka saling tatap satu sama lain.
"Aku hanya menyentuhnya, boleh? "
Sea terdiam lalu sebelum ia setuju justru satu jemari Delane sudah masuk ke dalam sana, Sea tak mengenakan dalaman sehingga Delane dengan muda masuk dan bermain disana.
"Buka lebar Sea. "
Sea menurut dan membuka kakinya lebar-lebar. "Aaahhh kak, aahhh jangan kak aahh. "
Delane menambah tempo saat mengocoknya. Ia langsung me lumat bi bir itu agar semakin intens saat melakukan hal ini, tak dapat di pungkiri Sea seperti wanita murahan siap diapa-apakan, jika Delane seperti ini dan laki-laki yang paling sempurna yang pernah ia temui.
Seolah-olah belum puas Delane membuka celana itu lalu membuangnya ke sembarangan arah, tanpa menunggu persetujuan Sea.
Ia menyingkap baju Sea lalu mengecupnya dan memberikan tanda-tanda di perut Sea. Sea merasakan geli di sana tapi ia menikmati, oh jadi rasanya seperti ini, enak juga.
Lalu.
"Aaaahhh kakk. " Tubuhnya melengkung ke atas saat Delane berada di kedua pahanya tepat di intinya.