Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.
Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.
Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Pelukan Hangat
Gerbang tinggi tegap dengan logo CALLENORA besar di tengahnya itu tampak berdiri dengan kokoh, menyambut kedatangan Seraphina ketika kembali ke mansionnya.
Gerbang otomatis itu terbuka lebar, mempersilahkan mobil yang dikendarai Orion untuk masuk. Sebelum memasuki pintu utama mansion, mereka masih harus melewati pepohonan yang tersusun rapi dan taman yang luas. Lima menit kemudian barulah mobilnya berhenti di depan pintu utama.
Orion bergegas turun dari mobil
"Kita sudah sampai, Tuan Putri…" Orion membukakan pintu mobil lalu mengulurkan tangannya kepada Sera.
Sera tersenyum tipis lalu menyambut uluran tangan pria itu. "Kamu tidak perlu mengantar aku ke dalam, Rion," ucap Sera.
"Kenapa?" Orion menatap lekat Seraphina yang menundukkan kepalanya.
"Kamu harus pulang dan segera istirahat," jawab Sera.
"Kamu mengusirku?" tanya Orion dengan ekspresi sedihnya.
"Bukan begitu…" Seraphina terkekeh kecil. "Semalaman kamu menjagaku dan tidak istirahat sama sekali, kan?" tanya Sera.
"Aku istirahat sebentar," sahut Orion.
"Aku ingin kamu istirahat yang banyak, Rion. Aku tau tidurmu tidak nyenyak selama beberapa hari di rumah sakit," Sera membelai lembut rambut Orion.
"Tapi aku masih ingin menemanimu, Sera. Aku khawatir kal—"
"Kalau kamu tidak mau istirahat—aku tidak akan mau menemuimu lagi!" tegas Sera memotong ucapan Orion.
Orion menghela napas berat. "Baiklah. Aku akan pulang dan istirahat," jawabnya sambil mengusap lembut puncak kepala Seraphina.
"Nona!" Alina berlari menghampiri Sera.
Beberapa pelayan lain sudah menyambut kedatangan Seraphina dan sibuk membawakan barang miliknya.
"Akhirnya kau pulang, Nona!" Alina menatap Sera dengan mata berkaca-kaca.
"Tentu aku pulang, Alina. Kau tahu—aku bosan dengan rumah sakit. Bau obat di sana membuat kepalaku semakin sakit. Bukannya sembuh aku malah semakin sakit," keluh Sera.
"Aku akan siapkan air hangat untuk kau berendam agar tubuhmu menjadi segar. Setelah itu aku akan membuatkanmu teh herbal," ujar Alina panjang lebar.
Orion dan Sera hanya tertawa mendengar antusiasme Alina. Setidaknya Orion merasa lega karena ada yang mengurus Sera dengan baik.
"Aku titip Sera, ya, Alina. Jika ada yang menyakitinya, kau harus langsung menghubungiku," jelas Orion.
"Tenang, Tuan. Aku tidak akan membiarkan Nona Selina menyakiti Nona Sera lagi," jawab Alina dengan mengecilkan volumenya.
"Terima kasih, Alina. Aku senang kau bisa menjaga milikku dengan baik." Orion mengecup pipi Seraphina dengan lembut.
Para pelayan yang melihat itu langsung membulatkan mata mereka karena kaget. Namun mereka langsung bergegas menundukkan kepala mereka.
"Apa kau lupa, Tuan? Sebelum Nona menjadi milikmu—dia milikku terlebih dahulu," ucap Alina diiringi tawanya.
"Hei! Beraninya kau meng-claim kalau Sera adalah milikmu?" Orion mengernyitkan dahinya.
"Tapi dia benar Orion…" jawab Sera.
"Ah, sepertinya aku menemukan rivalku!" Orion mendengus sebal.
"Jika kau menyakiti Nona Sera, aku akan merebutnya kembali, Tuan Orion Altair. Aku harap kau menjaganya dengan baik," tegas Alina.
"Tentu saja aku akan menjaga MILIKKU dengan baik." Orion menekankan kata milikku dengan dalam. "Tidak perlu khawatir, kau tidak akan mendapatkan Seraphina kembali," ujarnya angkuh.
"Wah pertengkaran kalian sungguh manis…" Seraphina tertawa kecil melihat Orion dan Alina saling melempar tatapan tajam.
"Dia berani sekali menatapku seperti itu, Sera. Apa dia punya sembilan nyawa?" tanya Orion.
Seraphina tertawa mendengar candaan Orion. Dia pasti heran dengan sikap Alina yang sangat pemberani. Ah, selain keluarganya sendiri—Alina mampu melawan siapapun yang menyakiti Seraphina.
"Kau bukan siapa-siapa, Tuan. Aku pelayan dari keluarga Callenora—hanya akan menghormati mereka," jawab Alina.
"Bagus, Alina. Kau menjaga Seraphina dari dunia luar dan aku akan menjaganya dari Callenora itu sendiri." Orion menatap sudut jendela di lantai atas mansion.
Dia merasakan tatapan tajam dari sana sejak tadi. Dan Orion tahu—Selina Callenora sedang memperhatikan mereka dari balik kaca jendela itu.
"Kembalilah pulang. Aku ingin segera mandi!" Sera mendorong tubuh Orion.
Orion mendekat lalu berbisik lirih. "Peluk aku dulu. Jika tidak mau—aku akan menyelinap ke dalam kamar mandimu."
Wajah Seraphina memerah mendengar ucapan Orion. Ia bergegas memeluk tubuh pria itu lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu.
Orion tertawa kecil. Seraphina sangat lucu jika sedang salah tingkah. "Aku akan sangat merindukanmu…" bisik Orion.
"Aku juga…" jawab Sera.
"Aku akan sibuk dalam beberapa hari ke depan, Sera. Kita akan mempersiapkan pernikahan kita," jelas Orion. "Kamu harus selalu menghubungiku. Jika dalam lima jam kamu tidak ada kabar—aku akan langsung datang."
Seraphina mengangguk cepat. "Aku akan selalu menghubungimu."
Orion melepaskan pelukan mereka meskipun terlihat enggan berpisah. Setelah memastikan Seraphina masuk ke dalam mansionnya—Orion pun bergegas pergi dari sana.
---
Seraphina menenggelamkan tubuhnya di dalam bathtub. Ia memejamkan matanya, menikmati suasana hangat dengan baik. Sementara di sampingnya—Alina sibuk merapikan kukunya.
"Apa Mama tidak tau aku pulang hari ini?" tanya Seraphina.
Kemarin ibunya sempat menemaninya beberapa hari di rumah sakit. Setelah itu ibunya berpamitan pulang karena ada pekerjaan.
"Tuan dan Nyonya sedang dalam pekerjaan di london, Nona," jawab Alina.
"Jadi di rumah ini hanya ada Selina?" tanya Sera.
"Iya, Nona. Dia membawa teman-temannya untuk datang. Dia bahkan membawa pria yang berbeda-beda setiap harinya," jelas Alina. "Dia sangat senang jika Tuan dan Nyonya sedang dalam perjalanan bisnis. Karena dia bisa berhubungan sex sepuasnya!"
Seraphina tertawa kecil mendengar ucapan Alina. Dia tahu—Selina memang terlalu liar. Jika ada yang tau tentang hal itu, nama baik keluarga mereka dipertaruhkan. Karena itu Seraphina memilih bungkam meski tahu segalanya.
Selain itu juga, Seraphina tidak ingin membuat ibunya terluka karena sikap menjijikkan Selina. Hanya saja dia benar-benar ingin ayahnya tahu tentang kebusukan putri kesayangannya itu.
"Menurutmu apa yang akan Papa lakukan jika dia tahu kelakuan Selina?" tanya Sera.
"Aku tidak bisa menjawab dengan pasti, Nona. Karena menurutku jawabannya ada dua. Dia bisa saja sangat marah ataupun memaafkan sikap Nona Selina," jelas Alina.
"Perbandingannya berapa persen?"
"50/50."
"Ah, terlalu beresiko untuk memberitahu hal itu kepada Papa," ujar Sera. "Lebih baik aku diam saja kan, Na? Aku juga sebentar lagi akan keluar dari mansion ini!"
"Nona tidak perlu memikirkan hal itu sekarang. Aku akan mengurusnya nanti. Jika Nona Selina membuat masalah lagi—aku yang akan mengadukannya pada Tuan Damian!" seru Alina.
"Tidak, Alina. Itu berbahaya untukmu!" jawab Sera.
"Tidak ada hal berbahaya jika untuk melindungimu, Nona!" jawab Alina.
"Tetap saja, aku tidak mau kehilanganmu, Alina," lirih Sera. "Jika aku keluar dari mansion ini, kau harus ikut denganku!"
"Tentu saja, Nona! Kemana pun kau pergi, aku akan selalu ada di sampingmu!" jawab Alina.
🍁🍁🍁
Bersambung...