Raihana ayu,ibu muda berusia 25 tahun ini harus menerima kenyataan pahit.luka sayatan bekas oprasi caesarnya belum juga kering tapi harus menerima kenyataan pahit suami yg menikahinya 14 bulan lalu menjatuhkan talak 3 atas dirinya.dengan langkah gontai ia keluar bersama putri cantiknya yang baru berusia 45 hari.hana memilih menjauh,meninggalkan kota kelahirannya yang penuh dengan kenangan pait.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mayra Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
azzura berulah
Usai insiden amara tadi mahes dan yang lain duduk di ruang tamu rumah hana.sementara hana sedang menenangkan langit di kamar.bagaimana pun langit tetaplah seorang anak yang masih rapuh jiwanya.jangankan langit orang dewasa pun akan merasakan sakit dan kecewa jika menghadapi ibu macam amara.
" bun !"
" apa sayang ?" hana mengusap lembut lengan langit.
"apa memang kehadiranku ini hanya untuk merasakan sakit ?" hana tertegun.
" kenapa kakak bicara begitu ?"
"nyatanya memang begitu kan bun " hana tau langit sedang begitu terluka,dengan lembut dia bawa langit ke dalam pelukannya.
" bun..." ucap langit usai melerai pelukan hana.
" jangan pernah tinggalin dan acuhin aku ya bun !"
"mana bisa bunda acuhin anak sendiri ,ganteng gini kok di tinggal.sayang nanti di angkut nenek lampir "hana memcoba mengoda langit.
" bunda mah !" hana senang langit memajukan bibirnya.
" iya-iya...mulai sekarang jangan lagi merasa sendiri ya.kamu punya bunda,bunda juga tidak akan kemana-mana.akan tetap disini untuk anak-anak bunda."
" bunda tau,aku sempat merasa,aku ini adalah anak yang tidak di inginkan.mama tidak pernah mau menemui ku,sementara papa...." hana membiarkan langit mengeluarkan segala isi hatinya.sambil terus mengusap pungung langit.
" langit tau bun,papa bekerja keras juga demi terjaminnya masa depan langit.tapi saking sibuknya papa sekali dalam sebula bisa bertatap muka dengan papa itu rasanya sangat istimewa bun.meski pun kalau ketemu ya gitu cuma saling diam mentok-mentok papa marah karena ada aja hal yang langit lakukan tak sesuai harapan papa."
" beruntung ada yang ngroyok aku kemaren,jadi bisa ketemu bunda " ada ya anak keroyok malah bersyukur.
" kamu tau kan sayang,sebagai seorang pemimpin seperti papamu itu mempunyai tanggung jawab yang begitu besar.sabar sama kesibukan papamu,bunda yakin setelah ini papamu akan meluangkan banyak waktu untukmu.toh sekarang ada bunda dan adik kan ?" langit menganguk
" toh sekarang papamu juga sudah sering meluangkan waktu sama kamu kan ?"
" itu juga karena aku hilang kemaren bun,kalau tidak aku jamin papa masih sampai sekarang." hana gemas dengan jawaban langit.
" is kakak mah,di syukuri dong papanya berubah "
" iya bunda iya.." hans mengacak gemas rambut langit.
" kita keluar yuk,temui papa.takutnya papa masih mencemaskanmu "
" males bun..."
" nggak boleh gitu dong kak,papanya sudah perhatian lho.memang maunya kakak gimana ?"
" papanya cuek salah,perhatian males.nggak boleh gitu dong kak " hana berusaha membujuk langit
" iya bunda ini langit keluar " hana tersenyum melihat langit melangkah keluar kamar.
sampai di ruang tamu mereka di suguhi pemandangan menyejukkan.zura nampak nyaman tertidur di atas dada bidang mahes.segitu rindunya zura akan sosok papa.
" pah...!"
" syutttt pelan-pelan kak.adiknya baru tidur lagi ini" hana hanya mengeleng melihat tingkah zura.
" waduh maaf pak mahes,zura pasti acting ini " mahes menoleh kearah hana,lalu terkekeh.
" ogh....jadi litle princes papa acting ini.cuma pura-pura tidurnya?" dengan gemas mahes mencium pipi zura.
" kenapa musti acting sih dek?" langit ikut mencium pipi adiknya.
" ulla ndu apah ?"
"trus kenapa pura-pura tidur,biar apa coba ?"
" iyar apah no ja !" semua sontak terbahak.
" ada aja kamu dek"
" ya sudah sekarang adek sama mbun dulu yuk.kasihan papanya kak langit pasti capek " hana mencoba membujur zura.
"apah ulla mbun,no apah atak !"ucap zura sembari mengeratkan pelukannya di leher mahes.
" iya ini papa princes zura." mahes pun memeluk zura tak kalah erat.
"ya udah kalau adek mau papanya kakak ambil saja,biar mbunnya buat kakak ya. ?" langit sepertinya sengaja mengoda zura.
" hua.....atak no atak,mbun ulla atak" langit terbahak,dia senag berhasil mengoda adiknya.
Sementara zura nampak berusaha turun dari pangkuan mahes,lalu berjalan tertatih kearah bundanya.
Zura merengek minta di gendong bundanya,mau tak mau hana membawa zura ke dalam ke dalam gendongannya.meski bahunya masih teras sakit usai tendangan tadi.
Hana pun terlihat merintih.lama-lama tak kuat juga menahan rasa sakitnya.
" bunda kenapa ?" langit peka rupanya.
"bundamu tadi kena tendangan di bahunya kak" ucap anita yang datang dengan membawa minuman dan camilan.
" benar begitu mbak hana?" hana menganguk,sambil mencoba menahan zura agar tak jatuh.
" zura sama papa dulu ya,kasian itu mbunnya lagi sakit ?"
" mbun atit ya" hana menganguk,akhirnya zura pu mau berpindah le gendongan mahes.
" kita kerumah sakit ya mbak ?"
" tidak perlu pak,saya ada kok obatnya."
" hana benar pak mahes,pendekar kayak kami ini ada ramuan tersendiri untuk meredakan nyeri akibat pukulan."
sebenarnya mahes khawatir,takut terjadi sesuatu dengan tulang hana.bayangkan tubuh semungil hana di tendang seorang pengawal yang pasti memiliki postur tubuh yang tegap.tapi,mau memaksa hana pun ia tak enak.