Seorang pemuda yang di tolak cintanya dengan kejam oleh seorang gadis cantik. Tiba tiba di datangi seorang gadis cantik dan merubah jalan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wang Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Penolong.
Bagian 21.
"Amora...Kapan kamu akan mengajariku bertarung"
Wang Lee mengernyitkan wajahnya ketika lagi lagi hari ini menyuruhnya berlari.
Amora hanya memandang dengan sudut mata indahnya, lalu lengkungan samar menghiasi bibirnya.
Banyak kondisi di butuhkan untuk menjadi petarung sepertiku dan kamu baru mulai dari titik nol.
"Jika kamu telah bisa berlari bebas dan bergerak bebas di dalam ruangan ini, aku akan mengajarimu lebih lanjut" Kata Amora.
Walaupun sebenarnya Wang Lee tidak keberatan, bahkan melakukan ini saja sudah banyak manfaat dan sungguh kemajuan yang luar biasa.
Namun ia sedikit ingin tau apa yang akan di rencanakan oleh Amora.
Dan tanpa henti ia mulai melakukan pelatihannya yang membosankan. Mencoba berlari dan membiasakan dirinya di dalam ruangan berat ini.
Setelah beberapa jam kemudian ia merendam tubuhnya di dalam kolam yang membuat tubuhnya panas dan menyakitkan.
Setelah kembali kembarnya, Wang Lee melakukan kegiatan seperti biasa nya.
Ia melompat dari atap rumah ke atap rumah lainnya, ia merasakan tubuhnya sangat ringan dari sebelum sebelumnya.
Melompat, bersalto. Bahkan mengambil lompatan yang cukup jauh dari sekarang.
Setelah malam beranjak cukup jauh hampir tengah malam, Wang Lee berencana pulang melalui jalan besar.
Ia mengendap endap di atap genteng rumah yang berbatasan langsung dengan jalan.
Setelah memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya, Wang Lee dengan gerakan bersalto berjumpa lita dan mendarat ringan di trotoar.
Sedikit menepuk debu di tangannya, Wang Lee memperhatikan sekelilingnya dan mengingat di mana lokasinya sekarang berada.
Kemudian ia berlari maraton setelah memilih arah jalan yang benar.
Wang Lee cukup puas dengan perkembangannya sekarang, ia mengantisipasi hal hal dan hasrat yang akan di lalui selanjutnya.
Memikirkan banyak hal, ia merasa dirinya penuh semangat dan vitalitas.
Lampu Mercuri jalan menyinari trotoar jalan, sebagian lagi menimpa daun akasia dan mahoni yang tumbuh menjulang di kedua sisi jalan.
Wang Lee terus berlari dan sesekali memperhatikan kendaraan lewat, jalanan sangat sepi, karena ini telah lewat jam sebelas malam.
Sebuah mobil bermerek Mercedes Benz C-Class terbaru melintas di sampingnya.
Wang Lee memperhatikan dengan takjub, itu mobil keluaran terbaru. Pemuda sepertinya bermimpi pun tak mungkin bisa membelinya.
Namun mengagumi sebuah mahakarya bukanlah sebuah dosa, ia menghayal suatu saat nanti ia memiliki beberapa mobil mewah dan berkelas di garasi yang saat ini masih kosong.
Tak lama kemudian deru knalpot dua tak Honda Scrambler terdengar di belakangnya. Suara sepeda motor itu sangat mudah di kenali.
Jenis Honda itu sangat di sukai oleh para pembalap pembalap liar, Para pemuda kaya, Para pembegal jalanan.
Wang Lee menoleh kebelakang, Namun yang mengendarai bukanlah pemuda kaya seperti yang di perkirakannya.
Dua orang tinggi besar memakai jaket kulit hitam dan juga memakai helm tertutup.
Mereka melaju dengan kecepatan tinggi, Wang Lee mengikuti dengan pandangan matanya.
Namun beberapa saat kemudian, jantung Wang Lee berdetak cepat.
Ia melihat sepeda motor itu menempel Rapat dengan mobil Mercedes yang ada di depan, orang yang duduk di belakang itu menyuruh mobil itu berhenti.
Dalam pandangan mata Wang Lee orang yang duduk di belang sepeda motor itu mengeluarkan sepucuk senjata Laras pancang.
"Deg....!"
Perampokan dalam hati Wang Lee.
Wang Lee hampir berteriak dari kejauhan, wajahnya pucat pasi, kentutnya keluar, utung dia tidak kencing dalam celana. Masih untung, karena ia bukan penakut, tapi karena terkejut.
Wang Lee menghentikan larinya karena gugup, sesaat kemudian menyembunyikan tubuhnya di balik sebuah pohon.
Mobil mewah itu berhenti, seorang membuka pintu depan dan turun dari dalam mobil.
Seorang wanita paruh baya dengan gaun pesta, Wang Lee terus memperhatikannya.
Ketika pintu sebelah kiri juga terbuka, seorang gadis cantik muda sesuaiannya turun dengan wajah ketakutan.
Melihat pakaian yang di kenakan mereka, sepertinya mereka baru pulang menghadiri sebuah acara.
Tiba tiba mata Wang Lee terbelalak lebar dan bergumam.
"Moon Li..!"
Ia tak percaya apa yang di lihatnya, dengan lompatan ringan ia maju ke batang pohon berikutnya.
Jaraknya hanya tinggal dua puluh meter dan itu cukup dekat dengan jangkauan bidikan peluru.
Wang Lee memperhatikan gadis itu lagi dan dengan mudah mengenalinya.
Itu adalah seorang gadis yang selalu membuat masalah untuknya.
Wang Lee menunggu kesempatan untuk maju lebih dekat ke pohon didepannya.
Namun pohon di depannya terlalu dekat dengan mobil mewah itu.
"Keluar sekarang, atau kuledakkan dengan senapan ini!" Perampok itu berteriak dengan kasar dan mengancam.
Pintu depan sebuah sopir terbuka dan seorang pria kira kira berumur lima puluh tahun atau enam puluh tahun mengangkat tangannya.
"Jangan tembak, lepaskan kami!" Pria tua itu ketakutan.
"Minggir!" Perampok itu mengangkat senapan Laras panjang memberi isyarat kepa pria tua itu menjauh.
Pria tua itu memutari mobilnya menuju kearah Anak dan Istrinya yang ketakutan.
Perampok yang di atas motor memberikan instruksi kepada kawannya sambil menunjuk sisi kiri sebelah mobil.
Kemudian perampok yang memegang senjata berteriak.
"Tutup pintunya!"
Perintahnya melihat pintu mobil di sebelah kiri masih terbuka.
Dengan gugup pria tua itu menurutinya, kemudian membanting daun pintu mobil dengan keras.
Namun berbareng dengan suara bantingan daun pintu mobil, suara berderak daun pohon terdengar ketika bayangan hitam turun dengan kaki menghujam terarah ke kepala perampok yang memegang senjata Laras panjang tersebut.
Duaaaagggghhhh....!
Tendangan itu tepat mengenai kaca helm saat ia mendongakkan kepalanya keatas.
Kaca helm itu pecah dan kaki si penyerang menghantam mukanya dengan telak.
Perampok itu merang raung kesakitan memegang wajahnya. Beberapa serpihan kaca masuk kedalam matanya.
Wang Lee mendarat di jalan beraspal dengan cepat memutar tubuhnya hendak menyerang parampok satu lagi ketika ia melihat parampok itu langsung tancap gas motornya kabur melarikan diri.
Melihat situasi telah berubah, pria tua itu tak tinggal diam saja dengan cepat dia mendekati kearah perampok yang telah di lumpuhkan dan mengambil senapan Laras panjang yang telah terjatuh.
Namun dengan ekspresi marah pria tua itu membanting senapan Laras panjang itu ketujuh sang perampok itu, karena senjata itu hanyalah senjata mainan.
Dengan kemarahan yang meluap luap ia menginjak tubuh sang perampok yang terduduk di atas aspal.
Sang perampok itu meminta ampun sambil memegangi kepalanya. Moon Li dan Ibunya berteriak teriak meminta tolong dan mendekati pria tua itu yang terus menendang sang perampok malang tersebut.
Wang Lee berdiri memandangi sang perampok satunya yang kabur dan menghilang di kejauhan.
Ia membalik tubuhnya, Namun menjadi gugup ketika matanya bertatapan langsung dengan mata Moon Li yang tepat sedang menatap kearahnya.
Moon Li akan mengalihkan pandangannya ketika ia tertegun dan kembali menolehkan pandangannya lagi kewajah penolongnya itu.
Meskipun wajah Wang Lee tertutup kain hitam dan penutup kepalanya, ia melihat mata penolongnya terlihat akrab.
Wang Lee yang menyadari keterkejutan Moon Li, ia melangkah mundur membalikkan tubuhnya kemudian berlari ketrotoar dan menghilang di balik kegelapan.
Moon Li memandanginya dengan tercengang, ia tidak tau siapa penolongnya. Namun terlihat begitu akrab dan sosoknya tidak asing.
Tersadar ketika melihat sekitarnya telah menjadi ramai, Moon Li mendekati Ibunya. Ia menyaksikan para warga menangkap dan mengikat sang perampok itu.
Bagian 22. Bersambung.