Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Tega tidak tega tapi ini yang harus dilakukannya, kedua orang tuanya terbaring koma di rumah sakit dan sangat membutuhkan banyak uang. Bagi Asih, hanya Teo yang sanggup membantunya dan sebagai timbal baliknya dia harus mengerjakan apa yang diperintahkan Teo.
Asih dan Siti sudah berada di lobby hotel, selain voucher menginap ada juga voucher makan di beberapa restoran yang ada di dalam hotel. Menikmati makanan dan minuman terenak yang di sana. Dan rasanya memang sangat enak.
Siti selalu berkabar kepada suami tercinta yang sibuk bekerja namun masih bisa merespon pesan yang dikirimnya. Dan sempat Siti ingin membatalkan ajakan Asih menginap di hotel, mengingat kedua orang tua Asih sedang terbaring.
Tapi Asih begitu ingin menginap di sana dengan alasan untuk sekedar refreshing dari banyaknya pekerjaan dan kalutnya pikiran. Siti pun tidak tega membiarkan temannya itu sendiri, takutnya malah kenapa-kenapa dan di sini lah mereka saat ini.
"Tapi ngomong-ngomong kamu dapat dari mana voucher gratis menginap di hotel mahal ini."
"Dari teman," jawabnya tanpa mau melihat wajah Siti.
"Sangat baik, ya, temanmu?."
Asih hanya tersenyum.
Kemudian keduanya memasuki kamar hotel, tak tanggung-tanggung kamar hotel president suite yang telah disediakan. Percaya tapi tak percaya tapi ini yang terjadi, hati Siti meragu tapi dia percaya dengan Asih yang mengatakan ini hadiah dari temannya sebagai kado ulang tahunnya yang telah lewat.
Meski hanya berdua saja di dalam ruangan kamar itu tapi tidak sekali pun Siti melepaskan cadar apalagi hijabnya. Dia tetap memakainya, menutupi wajah yang hanya boleh dilihat oleh suaminya.
Siti dan Asih duduk di depan tv berukuran besar. Mereka sangat puas menonton drama korea yang sedang menuju ending.
Siti begitu fokus dengan layar besar itu sampai tidak menyadari kalau Asih sudah memasukkan sesuatu ke dalam gelas milik Siti.
"Maafkan aku, Siti. Hanya ini yang bisa menyelamatkan nyawa kedua orang tuaku. Aku tidak berdaya di depan setumpuk uang yang sanggup memberikan harapan kesembuhan untuk mereka yang aku sayangi." Batin Asih kemudian dia kembali fokus pada layar tv.
Asih menatap jarum jam, detik demi detik menanti dia akan meninggalkan Siti di sini bersama Teo menghabiskan malam panjang. Pria itu sangat ingin melihat Siti dan Gio berpisah, itu sebagai puncak dari kemenangan sejatinya.
Di depan matanya, Siti meneguk habis minuman yang telah diberinya obat. Hanya dalam hitungan detik saja Siti sudah tidur di sofa. Asih tersenyum lalu dia mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada Teo. Melaporkan pekerjaannya sudah selesai dan dia meminta uang bayarannya untuk secepatnya di transfer.
Asih tersenyum saat Teo mentransfer lebih banyak uang dari kesepakatan mereka di awal. Belum lagi Asih memintanya waktu di apartemen Teo.
"Nilai jual Siti ternyata semahal ini." Dia tersenyum menatap Siti yang tertidur pulas.
Kemudian Asih bangkit dan sudah harus pergi dari sana sebelum Teo datang ke kamar ini.
Di lain tempat, Gio sangat sibuk tapi tidak jauh dari ponselnya. Menanti kabar dari istri tercinta. Semua pekerjaannya harus selesai tepat waktu guna menjaga kepercayaan klien-kliennya.
Sudah pukul 23.30 wib, istrinya belum ada lagi mengirim kabar kepadanya. Sudah hampir lima jam dari pesan yang terakhir dikirimnya.
"Tumben tidak ada kabar," batin Gio tapi masih bisa berpikir positif. Mungkin saja istrinya sudah tidur atau sedang asyik bercerita dengan Asih. Menghibur Asih yang sedang ditimpa kemalangan.
Lanjut lagi bekerja, Gio sudah bertekad akan kerja sampai pagi di saat berjauhan dengan istrinya. Supaya lebih cepat selesai dan dia bisa menghabiskan waktu bersama Siti.
Setelah semua pekerjaan selesai, Gio sudah berencana akan membawa Siti liburan. Sebab mereka belum ada meluangkan waktu pergi bersama setelah menikah. Ya, minimal pengganti bulan madu yang sudah lewat. Uang yang dimilikinya sudah cukup longgar setelah digunakan untuk menyicil sisa utang.
Hingga saat ini pun baik Mama dan Papanya tidak ada yang menghubunginya. Padahal biasanya mereka suka menelepon balik kalau tahu dia menelepon.
Pagi sudah hilang berganti siang, Gio masih sibuk bekerja tapi pikirannya tetap tertuju pada Siti yang belum juga ada mengabarinya. Barulah Gio merasa khawatir, dia menghentikan pekerjaannya. Lalu mencoba menghubungi nomor istrinya, menyambung tapi tidak ada respon. Kembali Gio menghubunginya tapi responnya masih tetap sama.
Gio hafal dengan hotel tempat menginap istrinya, dia pun bergegas ke sana guna melihat apa yang terjadi kepada istrinya. Hatinya sudah tidak karuan, entah apa yang dirasakan detik ini. Khawatir, takut, was-was dan masih banyak lagi yang tidak bisa dijelaskannya.
Lagi, Gio menghubungi nomor istrinya. Masih menyambung tapi belum juga ada respon. Detak jantungnya semakin tidak terkendali, ponsel masih di dalam genggamannya. Beberapa detik kemudian, sebuah notifikasi pesan masuk dengan cepat Gio membukanya. Berharap itu dari sang istri, tapi sayangnya bukan dan yang lebih mengejutkannya.
Membuat dunianya runtuh, jantungnya berhenti berdetak, penglihatannya gelap setelah melihat sebuah foto istrinya yang sedang tidur terlelap tanpa cadar bersama seorang pria yang sangat dikenalnya.
"Teo!." Suaranya memang sangat pelan tapi itu sudah menujukkan lebih dari kemarahannya. Darahnya mendidih dan siap meledak tanpa ampun.
Harga dirinya terlempar dan injak-injak telak oleh Teo, istrinya dimiliki juga oleh pria yang merupakan sahabatnya.
Brak
Tendangan maut dilayangkan Gio pada Teo yang masih tidur terlelap di samping istrinya yang masih tidur juga.
"Awww...." Selain meringis Teo juga membuka mata. Menatap Gio lalu pada orang yang masih tidur atas kasur.
Teo tersenyum lalu bangkit, menahan rasa sakit yang teramat luar biasa pada bagian perutnya. Namun bercampur bahagia ketika dia melihat wajah Siti di bawah sinar cahaya. Sebab semalam seingatnya dia bercinta tanpa adanya pencahayaan.
Siti sangat cantik...
"Awww..." untuk kedua kalinya Teo meringis. Menerima tendangan lagi dari Gio yang mengenai punggungnya. Darah segar keluar dari mulutnya.
"Aku akan membuatmu lebih hancur lagi!,"
Bugh
Satu pukulan mengenai wajah Teo sebelum akhirnya pria itu tumbang.
Barulah Gio menoleh pada Siti yang masih tidur. Dia percaya istrinya tidak mengkhianatinya tapi...
"Siti, bangun," dengan perasaan hancur Gio menyentuh wajah istrinya. Wajah yang telah dilihat bahkan disentuh oleh pria lain.
Gio duduk membelakangi Siti namun tangannya masih memegangi wajah istrinya.
"Mas, kamu di sini?" Siti bangun dan beringsut duduk. Menyentuh pundak Gio yang masih membelakanginya.
"Asih di mana?," tanya Siti. Kemudian mengedarkan pandangannya ke seisi kamar.
Napasnya terasa berhenti saat matanya menangkap sosok Teo yang tergeletak tanpa busana ada di dalam kamar yang sama dengannya. Air mata dan rasa takutnya berlomba memenuhi kesedihannya.
"Mas, apa yang terjadi? Kenapa Teo bisa ada di sini?." Siti terisak sambil menutup wajahnya.
"Kamu dan Teo menghabiskan malam bersama di atas tempat tidur ini."
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti