NovelToon NovelToon
Dijodohin Dengan Kepala Desa

Dijodohin Dengan Kepala Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cintamanis / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: komurolaa

Ketika Olivia, gadis kota yang glamor dan jauh dari agama, dipaksa menikah dengan Maalik—kepala desa yang taat, dunia mereka berbenturan. Tapi di balik tradisi, ladang, dan perbedaan, cinta mulai tumbuh… pelan-pelan, namun tak terbendung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon komurolaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[ BAB 21 ] Rahasia Kecil Maalik

Maalik duduk di ruang kerja kecilnya dengan laptop terbuka. Jari-jarinya mengetik pelan di papan ketik, menelusuri berbagai artikel dan forum kesehatan. Matanya berulang kali mengernyit ketika membaca ulasan yang berbeda-beda. Ia mencari dengan sabar, tidak ingin asal mencoba, karena menyangkut kesehatan istrinya sendiri.

Sudah beberapa hari terakhir hati Maalik benar-benar tidak tenang. Sudah hampir sebulan disini Olivia hampir tak pernah mau menyentuh nasi. Setiap kali waktu makan tiba, ia hanya memilih buah segar, sesekali sepotong roti gandum, lalu menutup hari dengan segelas susu kedelai hangat yang selalu Maalik buatkan dengan tangannya sendiri.

Kekhawatiran itu membuat Maalik akhirnya bertanya pada mertuanya. Jawaban Mami Olivia membuat dadanya semakin sesak. Sejak dulu, Olivia memang sulit sekali diajak makan nasi. Bahkan untuk satu sendok saja, harus dengan bujukan panjang atau janji liburan yang menggiurkan. Dan bila berhasil, itu pun hanya beberapa suap yang berakhir sia-sia.

Maalik bisa merasakan betapa Mami dan Papi Olivia pun menyimpan kegelisahan yang sama. Putri tunggal mereka terlalu keras menjaga bentuk tubuh, seakan tak rela satu butir nasi pun mengganggu citra dirinya. Padahal, di mata Maalik, semua itu justru membuatnya khawatir—seolah Olivia sedang menyiksa tubuh mungilnya sendiri dengan cara yang perlahan tapi pasti.

“Kalau begini terus... nanti Olivia bisa sakit,” gumamnya lirih sambil mengusap wajah.

Setelah cukup lama membaca, pandangan Maalik terhenti pada sebuah artikel herbal Jawa kuno. Di sana dijelaskan tentang ramuan sederhana yang bisa menambah nafsu makan, terbuat dari bahan alami: temu lawak, jahe merah, dan sedikit madu asli. Ramuan itu, menurut penjelasan, aman diminum harian, bahkan bisa dicampur ke dalam minuman hangat.

Maalik mengangguk pelan, hatinya merasa sedikit lega. “Alhamdulillah... ini bisa dicoba.”

Ia segera menutup laptop, lalu menyalin daftar bahan itu ke secarik kertas. Keesokan paginya, selepas salat Subuh, Maalik menyempatkan diri mampir ke warung jamu di pasar kecil dekat masjid. Di sana ia membeli serbuk temulawak, jahe kering, serta sebotol madu murni yang langsung diperas dari petani lebah.

Sesampainya di rumah, Maalik menyimpan ramuan itu baik-baik di dapur. Tangannya berhenti sejenak di atas toples kaca berisi serbuk temu lawak. Hatinya diliputi keraguan sesaat.

“Apa ini benar? Kalau Olivia tahu... dia pasti marah,” bisiknya pelan.

Namun kemudian ia tersenyum, membayangkan wajah cemberut istrinya yang sering berubah jadi manis bila dibujuk dengan lembut. Ia tahu, kalau diberi tahu terang-terangan, Olivia tidak akan mau minum jamu.

“Biar saya yang ikhtiar dengan cara ini... semoga Allah kasih kesehatan untuk kamu, Olivia,” doanya lirih.

Sebelum Olivia bangun, Maalik sudah menyiapkan susu kedelai hangat seperti biasa. Hanya saja, kali ini ia menambahkan sedikit serbuk temu lawak dan jahe ke dalam panci, mengaduk pelan hingga aroma hangat rempah meresap lembut. Agar rasanya tidak terlalu kuat, ia menambahkan madu secukupnya.

Setelah menuangkannya ke dalam gelas keramik kesayangan Olivia, Maalik membiarkannya sejenak hingga uap panasnya mereda. Senyum tipis pun mengembang di wajahnya.

“Bismillah... semoga ini membuat kamu lebih sehat, Olivia,” bisiknya, sebelum melangkah menuju kamar.

Maalik masuk ke kamar dengan langkah hati-hati. Olivia masih tertidur pulas, wajah polosnya terlihat begitu tenang. Rambut panjangnya terurai berantakan di atas bantal, tapi justru menambah kecantikannya. Maalik menatap sejenak, hatinya berdesir. Ada kelembutan yang tak pernah gagal menyentuhnya setiap kali melihat istrinya tidur seperti itu.

Ia lalu mengambil Al-Qur’an dari nakas, membentangkan sajadah di dekat sofa, dan duduk bersila. Suaranya lirih ketika ayat-ayat suci mengalir dari bibirnya, memenuhi ruangan dengan ketenangan yang damai.

Beberapa menit kemudian, setelah menyelesaikan bacaannya, ia menutup mushaf dengan penuh hormat. Sajadah dilipat rapi, kemudian disimpan kembali. Maalik berganti pakaian, lalu melangkah mendekati ranjang. Dengan sabar ia menunduk, mencoba membangunkan istrinya.

“Olivia...” panggilnya lembut. “Olivia, bangun...”

Namun tak ada jawaban. Hanya napas teratur dan gerakan kecil tubuh yang enggan bergeser dari posisi nyaman.

Maalik tersenyum tipis, lalu kembali mencoba. “Olivia...” suaranya lebih manis, sambil jari-jarinya mengusap lembut alis istrinya. Sentuhan hangat itu membuat Olivia menggeliat, perlahan membuka matanya.

“Ayo bangun...” ucap Maalik lagi, penuh kesabaran.

Olivia mengerang manja, suaranya serak oleh kantuk. “Gue masih ngantukk...” ujarnya, lalu segera membenamkan wajah ke bantal, seakan ingin lari dari kewajiban.

Maalik terkekeh pelan melihat tingkah itu. Ia duduk di sisi ranjang, lalu menepuk pelan punggung istrinya. “Kalau terus tidur, nanti keburu siang. Ayo, bangun dulu.”

Olivia mendengus dari balik bantal. “Nggak mauuu... biarin aja gue tidur. Lagian di kampung ini nggak ada kerjaan juga.”

Senyum Maalik tak luntur sedikit pun. Ia tahu benar, menghadapi Olivia butuh kesabaran ekstra. “Ayo bangun dulu. Saya sudah buatkan susu kedelai hangat kesukaan kamu.”

Olivia perlahan mengintip dari balik bantal, matanya setengah terbuka. “Udah bikinin?” tanyanya malas, tapi nada suaranya penuh harap.

Maalik mengangguk. “Sudah. Tinggal kamu bangun dan minum.”

Olivia duduk dengan enggan, lalu menyeret langkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Sesudahnya, ia keluar kamar beriringan bersama Maalik.

Maalik menyerahkan gelas itu perlahan ke tangan Olivia. Sang istri langsung meneguk sedikit, lalu mendadak alisnya berkerut. "Rasanya kok agak beda?” tanyanya sambil menatap curiga.

Maalik menahan napas sejenak, tapi tetap berusaha tenang. Ia tersenyum tipis, mengelus kepala istrinya. “Saya tambahin madu. Biar lebih manis dan sehat,” jawabnya dengan tenang.

Olivia mengernyit kecil, tapi tak bertanya lebih jauh. Ia kembali meneguk, lalu mengembuskan napas lega. “Hmm... lumayan enak sih,” gumamnya, sebelum kembali bersandar malas di kursi.

Maalik menatapnya penuh rasa sayang, hati kecilnya berbisik doa agar ramuan sederhana itu benar-benar membawa kebaikan. Melihat Olivia meneguk habis susu kedelai hangat itu membuat dadanya sedikit lebih lega.

1
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor /Good/
komurolaa: terimakasih kak💗
total 1 replies
Gái đảm
Endingnya puas. 🎉
Hoa xương rồng
Teruslah menulis dan mempersembahkan cerita yang menakjubkan ini, thor!
komurolaa: terimalasih kak
total 1 replies
Dani M04 <3
Menggugah emosiku.
komurolaa: terimakasih sudah mampir kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!