Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tidak Akan Meninggalkanmu
"Aku tidak akan meninggalkanmu karena kamu pujaan hatiku," ujar Juliette lembut sambil membelai rahang mukanya Ronald.
Ronald tersenyum tipis, menandakan bahwa dia senang dengan ucapan Juliette. Ronald menangkis jarak wajah mereka sehingga wajah mereka menempel. Juliette dan Ronald memejamkan kedua mata mereka. Ronald mencium bibirnya Juliette yang sangat dia dambakan sehingga membuat dia kecanduan untuk menyentuhnya. Sebuah ciuman yang penuh kasih sayang. Ronald menghentikan kegiatannya.
"Buka bibirmu dan balas ciumanku, Sayang," pinta Ronald dengan suara yang berat namun lembut.
Sontak Juliette membuka bibirnya. Ronald kembali mencium bibirnya Juliette dengan lembut. Juliette mengikuti gerakan Ronald dengan kaku. Mereka saling mengkulum, menghisap dan membelit lidah mereka sehingga ciuman mereka menjadi ciuman yang berhasrat. Spontan kedua tangannya Ronald membuka kancing coat yang sedang Juliette pakai.
Menyingkap kaosnya Juliette. Menggerayangi tubuhnya Juliette dengan sentuhan seringai laba-laba. Menyingkap kaca mata kuda yang sedang dipakai oleh Juliette, lalu memeras salah satu gunung milik Juliette. Hasratnya Ronald menggebu sehingga bibirnya dia menjelajahi rahang muka dan lehernya Juliette sambil menyentuh kedua gunung secara bergantian.
"Aakkhhh .. .," desah Juliette sambil merasakan sensasi yang baru pertama kali dia rasakan.
Tiba-tiba Ronald mengingat ucapan Juliette yang tidak ingin berhubungan intim sebelum menikah dan kaki kanannya Juliette yang keseleo. Jika dia meneruskan tindakannya sekarang, bisa-bisa mereka bercinta. Ronald membuka kedua matanya. Kemudian Ronald menghentikan kegiatannya. Mencium keningnya Juliette dengan lembut. Menjauhkan wajahnya dari leher jenjangnya Juliette.
Membenarkan kaca mudanya dan kaosnya Juliette. Juliette membuka kedua matanya. Melihat Ronald menegakkan kepalanya. Juliette menatap Ronald dengan tatapan mata yang sayu. Ronald tersenyum manis melihat wajahnya Juliette yang memerah karena libidonya. Membelai mukanya Juliette dengan penuh kasih sayang.
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melecehkan kamu dan aku tidak mau melanjutkan kegiatan kita," ujar Ronald lembut.
"Terima kasih karena mengingat keinginanku," ucap Juliette lembut.
"Aku carikan obat dulu," ucap Ronald.
"Obatnya ada di kotak P3K."
"Kotaknya di mana?" tanya Ronald sambil beranjak berdiri.
"Di ujung meja pantry, Sayang."
Kemudian Ronald berjalan ke pantry apartemennya Juliette untuk mencari kotak P3K. Setelah dia menemukan kotak itu, dia membuka kotak itu dan mencari obat untuk keseleo. Akhirnya dia mendapatkan obat keseleo yang berupa salep. Dia menutup kotak P3K. Tak lama kemudian Ronald membalikkan badannya dan berjalan ke Juliette.
Dari kejauhan Juliette melihat sosok Ronald yang sedang berjalan menghampiri dirinya. Ronald menghentikan langkah kakinya di hadapan Juliette, lalu berlutut. Dia membuka tutup wadah obat itu dan menaruh tutup wadah obat itu di atas lantai. Mengeluarkan obat itu dari wadahnya. Mengoleskan obat salep itu secara perlahan dan ekstra hati-hati.
Ada getaran di relung hati mereka yang sangat besar saat kulit mereka bersentuhan. Mereka berdua menahan rasa itu. Saking menahannya, Ronald tak mau menatap wajahnya Juliette. Selain itu, detak jantung mereka tak beraturan. Ronald mengambil tutup obat salep itu, lalu menutupnya. Ronald beranjak berdiri sambil membawa obat salep itu.
Ronald merasakan getaran yang berasal dari smartphone miliknya. Merogoh kantung dalam coat yang dia pakai. Mengambil smartphonenya di kantung sebelah kanan. Tersenyum tipis melihat tulisan Mommy2 di layar smartphonenya. Menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan telepon itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
"Hallo Mom!" sapa Ronald dengan sopan.
"Hallo Nak, jam berapa kamu pulang ke rumah?"
"Nanti jam 8 malam Mom, Mom lagi di mana?"
"Di penthousemu Nak."
"Kok Mommy nggak kasih tahu mau ke rumahku, aku kan bisa jemput Mommy di bandara. Mommy ke Los Angeles sama siapa?"
"Sama Jennie, udah dulu ya Nak, Mom, mau masak buat makan malam kita."
"Mommy nggak perlu memasak, Mommy istirahat aja," ucap Ronald lembut namun tegas.
"Baiklah, Mommy tidak akan masak, Mommy akan mengarahkan Jennie untuk memasak makanan kesukaanmu. Oh ya, nanti keperluan kamu disiapkan oleh Jennie."
"Ok, aku pasti pulang Mom."
"Bye."
"Bye."
Tak lama kemudian sambungan telepon itu terputus. Ronald menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya lalu menaruhnya di tempat semula. Juliette menduduki tubuhnya ketika Ronald membalikkan tubuhnya. Juliette menyipitkan kedua matanya ketika Ronald melangkahkan kakinya ke arah pantry. Dari kejauhan Juliette melihat gerak - gerik Ronald yang santai. Ronald membalikkan tubuhnya lagi setelah menaruh obat itu di tempat semula. Berjalan menghampiri Juliette sambil tersenyum manis.
"Yang telepon tadi siapa, Sayang?" tanya Juliette lembut ketika Ronald menghentikan langkah kakinya di hadapan Juliette.
"Mommyku," jawab Ronald santai.
"Bukannya Mommymu sudah meninggal dunia?" tanya Juliette bingung.
"Tante Rosalinda, aku memanggilnya dengan sebutan Mommy," jawab Ronald sambil menduduki tubuhnya di samping kanan Juliette.
"Boleh aku mengenalnya langsung?" tanya Juliette sambil menatap Ronald dengan sorot mata yang lembut.
"Tentu boleh Sayang, besok malam kita makan malam di mansionku. Besok aku jemput kamu lagi di rumah sakit," ucap Ronald lembut.
"Besok aku tidak ada jadwal praktik di rumah sakit."
"Aku jemput kamu di sini."
"Ok. Kamu nggak ke kantor?"
"Kamu ngusir aku?"
"Nggak, aku hanya heran saja sudah dua hari kamu tidak bekerja."
"Aku kan bos, bisa kerja kapan saja."
"Justru kamu bos, kamu harus memberikan contoh yang baik untuk para karyawanmu. Tidak bisa memperlihatkan kerja semaunya."
"Nanti saja ke kantor karena di luar hujan salju. Tadi pagi aku sempat dengar dari berita bahwa siang hari ini, kota Los Angeles akan mengalami badai salju. Jadi sebaiknya aku di sini aja sampai badai salju itu selesai. Lagipula aku bisa menemani sepanjang waktu hari ini. Aku ingin bermesraan denganmu lebih lama lagi."
"Masa sich?" tanya Juliette antara percaya dan tidak percaya.
"Kalau tidak percaya belah dadaku."
"Terserah kamu. Kalau kamu haus dan ingin minum yang hangat, di termos ada air jahe. Di dalam lemari makanan, ada makanan, kamu tinggal mengambilnya. Lemari makannya ada di atasnya meja pantry," ucap Juliette sambil beranjak berdiri.
"Kamu mau ke mana?" tanya Ronald.
"Mau ke kamar, mau istirahat." jawab Juliette santai.
"Mau aku gendong lagi."
"Tidak perlu, kalau mau apa-apa, ambil aja sendiri.
Tak lama kemudian, Juliette melangkahkan kakinya menuju ke kamar. Tiba-tiba smartphone milik Ronald bergetar. Ronald merogoh kantung dalam coatnya. Mengambil smartphone itu. Ronald mengerutkan keningnya melihat nama Ed, menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan itu. Mendekatkan benda itu ke telinga kirinya.
"Hai Bri, lagi di mana?" ucap Ryan santai.
"Lagi di apartementnya Juliette. Ada apa?" ujar Ronald tegas.
"Pantesan tadi aku ke rumah perusahaan kamu, kamu nggak ada, ternyata eh ternyata lagi bikin anak," celoteh Ryan.
"Jangan ngawur, ada apa telepon aku?"
*Ada undangan makan malam dari keluarga besar Mottola di Mansion Andrew Mottola pada tanggal dua puluh lima Februari, dan jangan lupa ada klien dari klan Moreno yang memesan barang kita. Lucio Moreno mau bahas bisnis itu denganmu besok jam sembilan pagi di Posting 896 Italian And Hungaria Cuisine."
"Ok, terima kasih."
"Kamu tidak ke markas?"
"Besok aku ke markas, setelah bertemu dengan Lucio."
"Bagaimana perkembangan hubungan asmara kalian?"
"Nanti kalau di markas, aku ceritakan."
Tak lama kemudian, Ronald menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya. Menyentuh ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu. Menaruhnya di atas meja samping kiri sofa. Beranjak berdiri, lalu membuka coat panjangnya. Menaruhnya di atas sofa dengan asal. Berjalan menuju kamarnya Juliette. Masuk ke dalam kamar itu. Tersenyum tipis melihat Juliette yang sedang terlelap.
"Apapun rintangannya, aku tidak akan meninggalkanmu," gumam Ronald bermonolog.