Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Belanja Bersama
Hari Sabtu, Excel berada di rumah, karena kantornya hanya lima hari kerja. Zinni melakukan tugasnya layaknya seorang ART.
"Pak Excel sarapannya sudah saya siapkan," ujar Zinni memberitahu. Excel meletakkan Hp nya, ia menyudahi perselancarannya di dunia maya sejenak.
Excel berjalan menuju meja makan. Di atas meja sudah ada lauk yang kelihatannya sangat menggiurkan. Ada sop iga, lengkap dengan irisan bawang dan sambelnya, tidak lupa kerupuk melinjo dalam sebuah wadah berbentuk tabung transparan.
Excel menduduki kursi makan, lalu meraih piringnya. Dia mengambil nasi sendiri tanpa bantuan Zinni.
"Ke mana si Zinni?" gumam Excel mencari Zinni yang tadi memberitahunya sarapan. Karena rasa lapar yang sudah membuncah, Excel tidak sabar lagi ingin segera menikmati sop iga yang wangi dan menggiurkan.
"Apakah bumbunya dan rasanya pas?" gumamnya seraya menuangkan sop iga ke dalam piringnya, tidak lupa ditaburi bawang goreng dan sambalnya.
"Wangi benar." Excel mulai menyuap, satu suapan ia mulai merasakan rasa sop iga itu.
"Enak dan pas," pujinya. Excel melanjutkan makannya sampai ia selesai.
"Lumayan juga gadis itu bisa masak, padahal dia masih muda. Seperti Elyana, yang juga pandai memasak." Excel kembali memuji, tapi kali ini disandingkan dengan Elyana yang memang pandai memasak. Meskipun ada Bi Ocoh, akan tetapi Elyana lah yang selalu memasak, walaupun dirinya jarang makan masakan Elyana, hanya sesekali saja.
"Aku dulu jarang menikmati masakan Elyana, padahal dia sering memasak untukku dan masakannya memang enak. Aku memang tidak menghargai Elyana. Tapi, sekarang Elyana sudah bahagia, mendapatkan Mas Rafka, pria yang begitu meratukan Elyana. Aku minta maaf Elyana. Sekarang aku lega, karena kamu sudah mendapat pengganti aku yang justru lebih baik segalanya dariku," batin Excel mengenang kembali kebersamaannya dulu dengan Elyana yang ia sia-siakan.
"Zinni," panggil Excel saat Zinni melintas melewati dapur seraya menjinjing pel-an dorong.
"Ya, Pak?" Zinni menatap ke arah Excel.
"Kamu belum sarapan?"
"Belum, Pak. Nanti saja setelah selesai ini," ujarnya seraya merendahkan bahu, lalu bergegas menuju ruang cuci baju.
Excel melihat sekilas kepergian Zinni, setelah itu dia bangkit dan bergegas menuju ruang tamu. Biasanya dia akan santai di sana sambil menikmati kopi dan rokok. Tapi, ternyata Excel lupa berpesan pada Zinni untuk membuatkan kopi.
Namun, tidak lama dari itu, tiba-tiba Zinni sudah berada di ruang tamu seraya membawa baki yang di atasnya ada secangkir kopi panas yang wangi.
"Pak Excel kopinya," ujar Zinni seraya meletakkan cangkir kopi itu di atas meja.
Excel sedikit tercengang, padahal barusan dia ingin kembali ke dapur untuk membuat kopi. Tapi Zinni keburu datang.
"Terimakasih Zinni. Kopinya sangat wangi," ucap Excel.
"Sama-sama, Pak. Kalau begitu, saya kembali ke dapur," pamitnya seraya membalikkan badan.
"Zinni, terimakasih untuk sarapan paginya. Sop iga buatanmu lumayan enak. Oh iya, nanti siang kamu ikut saya," ujar Excel berterimakasih, di akhir kalimat Excel menyampaikan ajakannya yang entah akan mengajak Zinni ke mana.
"Terimakasih untuk pujiannya, Pak. Tapi, sop iga itu menjadi enak, itu karena saya hanya memakai bumbu racik yang sudah jadi," ungkap Zinni.
"Tidak peduli bumbunya sudah jadi atau bumbu yang sudah di dalam kemasan. Urusan saya adalah menyampaikan kalau makanan yang kamu buat lumayan enak," ujarnya seraya meraih cuping cangkir kopi panasnya, lalu Excel mulai menikmati kopi itu.
Excel mencium harum yang dihasilkan dari kopi itu. Rasanya sungguh nikmat, sampai Excel menghisapnya begitu dalam. Zinni tersenyum manis menyaksikan Excel menikmati kopi hitam buatannya.
"Zinni, kamu masih di situ?" sentak Excel. Zinni sedikit terperangah, wajahnya kaget sekaligus memerah.
"I~iya, Pak. Saya permisi," ujar Zinni, lalu segera bergegas meninggalkan Excel yang kini sedang menikmati kopinya.
Zinni kembali ke dapur, dia merasa senang pagi ini, yakni masakannya dipuji, kopi buatannya juga mendapat pujian dari Excel.
"Pak Excel sungguh berbeda kalau dia sedang mengagumi sesuatu. Wajahnya terlihat baik dan semakin tampan," pujinya keluar begitu saja dari bibir sedikit bervolume gadis muda itu.
***
Siang harinya, Excel tiba-tiba mengajak Zinni untuk berbelanja. "Zinni, lusa Bi Ocoh kembali, hari ini saya mau ajak kamu belanja kebutuhan pokok ke swalayan. Tolong temani saya," ujar Excel. Zinni setengah terkejut ketika Excel mendatangi kamarnya, untung saja dia sedang menyisir rambutnya karena siang ini baru saja mandi.
"Oh baik, Pak."
Zinni segera bersiap, meraih hijab segi empat, lalu berdandan sedikit.
"Ayo," ajak Excel seraya menatap Zinni diam-diam. "Cantik juga si Zinni," gumamnya dalam hati mengagumi kecantikan Zinni. Ciuman di pipi Zinni saat di pesta ulang tahun Wando, terbayang kembali.
"Kenapa pula harus ada hukuman ciuman itu, sih?" gumam Excel masih di dalam hati.
Mereka kini sudah berada di dalam mobil. Mobil Excel menuju sebuah swalayan besar kota itu. Swalayan yang harganya grosir dan sama persis dengan harga di pasar.
Apa yang dibeli Excel hari ini adalah bahan pokok dan sayuran, serta lauk, yang sudah habis di dalam kulkas.
Hampir satu jam lebih, Excel berbelanja. Setelah semua keperluan dapur terpenuhi, Excel segera mendorong keranjang belanja menuju parkiran.
Satu per satu kantong belanjaan itu Excel masukkan ke dalam mobil, dibantu Zinni. Pada saat Excel dan Zinni akan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja seseorang melihat ke arah mereka dan sangat mengenali keduanya.
"Seperti Mas Excel dan Guru TK nya Nada. Apa mataku tidak salah? Mereka seperti baru saja belanja. Kenapa mereka seperti sudah kenal dekat?"
"Kenapa Sayang?" Seorang pria tampan berperawakan atletis, menghampiri Elyana.
"Itu Mas, Papanya Nada dekat dengan seorang perempuan. Kebetulan perempuan itu adalah mantan Gurunya Nada saat Nada masih di TK Dahlia," ujar Elyana seraya menunjuk ke arah mobil Excel.
"Ohh, Gurunya yang sering Nada ceritakan itu?" tanya pria yang ternyata Rafka.
"Iya. Yang aku heran, kenapa Mas Excel bisa sedekat itu dengan Bu Zinni. Apa mereka ada hubungan, atau sekedar dekat begitu saja? Padahal mereka baru kenal beberapa bulan saja," ujar Elyana lagi.
"Sayang, kamu tidak sedang cemburu, bukan?" tuding Rafka sembari mengerutkan kening.
"Tidak dong, Mas. Aku hanya heran saja dengan kedekatan Bu Zinni. Lagian Mas ini kenapa bisa berpikiran seperti itu? Aku justru malah kepikiran seandainya Bu Zinni menjadi pendamping baru Mas Excel, rasanya aku tidak perlu merasa khawatir, sebab Nada sudah dekat dengan Guru itu," ungkap Elyana.
"Oh, ya? Iya juga, ya? Seandainya perempuan bernama Zinni itu jadian dengan Excel, maka kita tidak perlu khawatir lagi, karena perempuan itu sudah dekat dengan Nada," timpal Rafka sepemikiran.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan