Tang Qiyue adalah seorang pembunuh bayaran nomer satu, dijuluki "Bayangan Merah" di dunia gelap. Di puncak kariernya, dia dikhianati oleh orang yang paling dia percayai dan tewas dalam sebuah misi. Saat membuka mata, dia terbangun dalam tubuh seorang gadis desa lemah bernama Lin Yue di Tiongkok tahun 1980.
Lin Yue dikenal sebagai gadis bodoh dan lemah yang sering menjadi bulan-bulanan penduduk desa. Namun setelah arwah Tang Qiyue masuk ke tubuhnya, semuanya berubah. Dengan kecerdasannya,kemampuan bertarungnya, dan insting tajamnya, dia mulai membalikkan hidup Lin Yue.
Namun, desa tempat Lin Yue tinggal tidak sesederhana yang dia bayangkan. Di balik kehidupan sederhana dan era yang tertinggal, ada rahasia besar yang melibatkan keluarga militer, penyelundundupan barang, hingga identitas Lin Yue yang ternyata bukan gadis biasa.
Saat Tang Qiyue mulai membuka tabir masalalu Lin Yue, dia tanpa sadar menarik perhatian seorang pria dingin seorang komandan militer muda, Shen Liuhan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayucanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Jejak Baru di Tanah Lama
Waktu terus berlalu tanpa menunggu siapa pun.
Shen Yuhan, anak laki-laki Lin Yue dan Shen Liuhan, tumbuh menjadi bocah yang ceria, cerdas, dan penuh rasa ingin tahu. Setiap hari ia berlari-lari di halaman, memanjat pohon, dan bermain dengan teman-teman sebayanya. Ia menyukai cerita-cerita sebelum tidur yang Lin Yue ceritakan setiap malam, terutama kisah pahlawan tak dikenal yang melawan kegelapan demi orang yang mereka cinta.
Lin Yue memperhatikannya dengan hati yang hangat. Kadang, ia tersenyum sendiri, teringat betapa dahulu ia nyaris tidak percaya bahwa kebahagiaan seperti ini mungkin terjadi padanya. Dulu, setiap pagi baginya adalah awal dari pelarian. Kini, setiap pagi adalah awal dari kebahagiaan yang tenang.
Namun, masa lalu adalah sesuatu yang kadang tetap meninggalkan jejak, bahkan ketika kita sudah melangkah jauh darinya.
Suatu sore, saat Lin Yue sedang memetik sayuran di ladang bersama para ibu-ibu di desa, seorang pria tua yang tak dikenal tiba-tiba datang. Ia tampak kelelahan, membawa tas kain lusuh dan mengenakan topi jerami.
Wajahnya asing, tapi ada sesuatu di matanya yang membuat Lin Yue langsung waspada. Matanya seolah membawa kenangan lama, sesuatu yang tak bisa dipalsukan.
"Maaf, apakah anda Lin Yue?" tanya pria itu dengan suara tenang namun berat.
Lin Yue mengangguk dengan hati-hati. "Benar. Ada keperluan apa?"
Pria itu mengeluarkan sebuah benda kecil dari sakunya, sebuah lencana perak kecil dengan simbol yang rumit, sesuatu yang Lin Yue kenali sebagai lambang organisasi waktu dari masa depan.
"Jangan khawatir. Aku bukan musuh. Aku datang bukan untuk membawamu kembali. Aku hanya ingin menyampaikan pesan."
"Pesan dari siapa?"
"Dari seseorang yang dulu menjadi atasanmu. Dia bilang... Kau sudah bebas. Kami tidak akan mencari mu lagi. Tapi jika suatu hari kau membutuhkan jalan pulang, portal itu masih ada. Pilihan tetap ada pada dirimu."
Lin Yue terdiam. Dunia lamanya, yang selama ini terasa seperti bayangan jauh, kini seakan muncul kembali dalam sekejap.
"kenapa kau menyampaikan ini padaku sekarang?" tanyanya pelan.
Pria tua itu tersenyum samar."Karena dia tahu kau sudah membangun hidup baru. Dia hanya ingin kau tahu, pintu itu tidak pernah benar-benar tertutup."
Setelah itu, pria itu pergi tanpa menoleh lagi, menyatu dengan matahari senja yang mulai tenggelam di balik perbukitan.
Lin Yue menggenggam lencana itu erat. Jantungnya berdebar kencang, tapi bukan karena takut melainkan karena kesadaran bahwa pilihannya memang sungguh final. Ia merasa seolah sedang memegang takdirnya di tangannya.
Malam itu, Shen Liuhan memandangnya yang duduk di depan rumah sambil menatap lencana perak itu dibawah cahaya api unggun.
"Kau masih ingin kembali?" tanyanya lembut.
Lin Yue menatap suaminya dan tersenyum kecil."Tidak. Aku hanya ingin memastikan pintu itu tetap tertutup."
Ia melempar lencana itu ke dalam api unggun, membiarkannya meleleh bersama kayu yang terbakar. Api berkedip-kedip seperti menari, membawa simbol masa lalu itu menjadi abu.
"Aku sudah memilih jalanku. Rumahku ada di sini. Denganmu dan Yuhan anak kita."
Shen Liuhan menggenggam tangannya erat. "Dan kamu tidak akan pernah melepaskan mu."
Hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa. Lin Yue kembali menjadi ibu dan istri yang penuh kehangatan. Ia menanam bunga baru di pekarangan, sesekali menulis puisi di lembaran kertas tua, dan membuat kue sederhana untuk anak-anak di desa.
Yuhan terus tumbuh, semakin mirip ayahnya dalam ketegasan, tapi dengan senyum dan keteguhan hati yang ia warisi dari ibunya. Suatu hari, Yuhan pulang dari hutan kecil sambil membawa seekor kelinci kecil yang terluka, dan berkata."Ibu bilang kita harus melindungi yang lemah."
Lin Yue memeluknya erat, menyadari bahwa anaknya sudah tumbuh dan mengerti arti dari melindungi dan mengasihi.
Beberapa tetua desa mulai berkata, "Lin Yue seperti bintang jatuh yang jatuh ke desa ini untuk membawa cahaya." Tapi bagi Lin Yue, dirinya bukan bintang, bukan juga bayangan melainkan seseorang yang akhirnya tahu caranya hidup.
Ia menulis ulang dirinya sendiri bukan dengan senjata, tapi dengan cinta dan pilihan. Jejak masa lalu itu perlahan menghilang.
Dan yang tertinggal hanyalah langkah baru yang mereka bangun bersama. Di tanah lama ini, Lin Yue telah menulis kisah yang sepenuhnya miliknya.
Kisah seorang pembunuh yang memilih menjadi seorang ibu.
Kisah seorang bayangan merah yang menemukan cahaya.
Kisah tentang hidup yang ia pilih sendiri.