Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 12
Meskipun Aiden meminta lebih awal untuk bisa bekerja, tapi tetap saja pihak universitas tidak bisa melakukannya. Semua harus sesuai prosedur, ada persiapan juga yang tidak bisa diabaikan. Maka dari itu Aiden pasrah menunggu satu pekan lagi untuk bisa bekerja.
Hal tersebut berarti dia harus melakukan rencana keduanya yakni membuat mini lab.
"Halo Hend, apa kamu sibuk? Bisakah membantu ku?"
"Tidak terlalu ada apa?"
"Tolong carikan tukang atau apa yang biasa untuk merenovasi rumah. AKu ingin sedikit membuat perubahan di rumah ini?"
"Aah begitu, baiklah. Itu mudah. Tunggu, hari ini juga aku akan mencarikan untuk mu dan mengirimkannya ke rumah."
Rupanya Hendrik sungguh sangat bisa diandalkan. Seperti yang sudah dikatakan bahwa hari itu juga ada seorang tukang yang dikirim oleh Hendrik ke rumah. Siapa sangka Aiden langsung cocok. Semua itu karena si tukang langsung mengerti apa yang diinginkan oleh Aiden.
"Kamar ini yang akan di ubah, apakah bisa selesai dengan waktu yang cepat?"
"Bisa Meneer, saya nanti akan membawa rekan saya."
"Bagus, itu sungguh melegakan."
Aiden juga menggunakan alasan ini agar Elsye tidak lagi mengusiknya. Semakin kesini semakin jelas saja tujuan wanita itu sehingga membuat Aiden risih.
Aiden bukannya anti berhubungan dengan wanita. Tapi jika wanita itu sudah mulai terlihat tujuan aslinya yakni ingin memikat Aiden, maka Aiden langsung akan menjaga jarak.
Dalam proses pembuatan mini lab nya, tak hanya sekali Elsye datang, dan tak hanya sekali juga Aiden menolaknya mentah-mentah.
Ya saat ini Aiden bahkan secara terang-terangan mengusir Elsye yang menurutnya sangat mengganggu.
"Apa kau tidak melihat kalau aku ini sedang sibuk, Nona? Aku heran, setiap hari kau berkeliaran di sekitar ku, memangnya tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan hah?"
Degh!
Elsye sedikit tersentak. Dia pernah mendengar dari para pengikutnya kalau Aiden merupakan pengajar yang killer dan juga ketus serta tak berperasaan. Tapi saat mendengar dan melihatnya sendiri, Elsye tidak menyangka akan semenakutkan ini.
Tapi dia tidak menyerah begitu saja. Elsye tidak akan mundur meskipun Aiden bersikap kerasa padanya.
"Aku tahu kamu sibuk, Aideen. Aku hanya ingin dekat dengan mu. Bahkan aku bisa membantu mu untuk menyuguhkan makanan dan minuman kepada para pekerja itu."
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri. Jadi ku harap pergi dari rumahku sekarang. Bukannya membantu, tapi aku merasakan bahwa kehadiran mu menganggu ku."
Gluph!
Elsye menela saliva nya dengan susah payah. Kali ini dia tidak bisa berkutik dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Terlebih Aiden langsung pergi begitu saja ke dalam rumah.
"Sial!"umpatnya kesal. Ya, Elsye sangat kesal karena dirinya merasa saat ini tengah ditolak secara mentah-mentah oleh Aiden.
Di ujung halaman, seseorang menyeringai. Dia mendengar semuanya dengan sangat jelas sekali. Dan dengan seringainya itu dia berjalan menghampiri Elsye.
"Rasakan sendiri, makanya jangan jadi wanita yang sok. Tidak semu pria akan tertarik padamu. Tidak semua pria akan mengejar-ngejar mu layaknya pengikut-pengikut mu di media sosial itu."
"Sialan, apa urusan mu hah? Kau dari pertama Adien kemari kulihat tidak senang sekali saat melihatku. Kau seolah tidak ingin aku dekat dengan Aiden."
Hahaha
Tawa meluncur dari bibir Hendrik, ya orang itu adalah Hendrik, sepupu jauh Aiden. Apa yang dikatakan Elsye memang benar adanya bahwa dia sama sekali tidak menyukai Elsye yang mencoba mendekati Aiden.
"Memang, memang benar aku tidak menyukaimu dekat-dekat dengan Aiden. Sebagai saudara meskipun aku adalah saudara jauh, aku tidak ingin wanita seperti mu ada di sekitar Aiden. Awalnya aku akan bergerak jika kau terus ngeyel, tapi ternyata Aiden bisa mengambil sikapnya sendiri."
Grrrrrttt
Elsye menggertakkan gigi-giginya karena saking kesalnya. Dia sungguh dari dulu tidak menyukai pria ini. Jika bisa dia bahkan tidak ingin bertemu muka dengannya.
"Apa urusan mu sebenarnya. Aiden mau dekat dengan siapa saja itu kan urusan dia. Kau sama sekali tidak berhak ikut campur."
"Memang benar demikian, dia mau dekat dengan siapa saja aku tidak seharusnya ikut campur, tapi tidak dengan mu. Kamu adalah pengecualian Elsye. Itu karena aku tahu siapa kamu. Orang-orang di sini, para pengikut mu di media sosial, bahkan ibu mu tidak tahu siapa kamu. Tapi aku tahu betul siapa kamu."
Sambil mengangkat satu sudut bibirnya, Hendrik bicara demikian. Matanya juga memicing tajam membuat Elsye namak gelagapan.
Wanita itu bak orang yang ketauan karena melakukan sesuatu. Seperti itu lah ekspresi wajah Elsye saat ini.
"A-apa yang kau bicarakan, Hendrik? Jangan pernah sekalipun mengarang cerita tentangku ya. Itu akan jadi pencemaran nama baik."
"Ohooo, mana ada mengarang cerita. Semua yang terjadi adalah sebuah fakta yang ada di lapangan."
"Huh dasar brengsek, dasar tidak jelas."
Elsye pergi dari teras rumah Aiden dengan sedikit terburu-buru. Tentu saja mulutnya sembari mengucapkan sumpah serapah kepada Hendrik. Sedangkan Hendrik, dia hanya menyeringai. Pria itu tahu kalau Elsye sedikit takut dengan ucapannya.
"Kau pikir aku tidak tahu perbuatan buruk mu di luar. Mereka saja yang bodoh karena mengidolakan wanita semacam itu. Terlihat cantik, imut, anggun dan sebagainya tapi ternyata di luar adalah wanita yang sangat liar. Haaah, anak muda jaman sekarang sungguh menakutkan."
Hendrik membuang nafasnya kasar. Dia bersyukur Aiden tidak terjebak dengan Elsye. Itu akan menjadi hal yang tidak bagus baginya ketika benar dia akan menjadi pengajar nanti.
"Hai, bagaimana progresnya?"
"Oh Hendrik, terimakasih telah mengirimkan mereka. Sungguh luar biasa, mereka melakukannya dengan cepat. Bahkan mungkin satu pekan saja selesai."
Hendrik tersenyum senang mendengarnya. Dia merasa puas jika bantuannya berguna.
"Ah iya, Aiden aku harap kau tak berdekatan dengan wanita itu."
"Elsye? tidak, aku pun enggan dengannya. Tenang saja untuk hal itu."
"Ya baguslah kalau begitu."
Jika menelisik wajah Aiden, terlihat bahwa Aiden tidak lah terpengaruh dengan wanita semacam Elsye. Tidak sepeti pria-pria di luar sana yang disuguhi wajah cantik dan tubuh yang seksi saja langsung gelap mata.
Tapi ada sesuatu yang mengganjal hati dan pikiran Hendrik tentang Aiden. Sebagai psikiater dan juga psikolog, Hendrik bisa melihat kalau sepupunya ini tengah berada di kondisi psikis yang tidak senormal manusia kebanyakan.
"Aiden, maaf sebelumnya bukannya aku mau ikut campur tentang hidupmu, hanya saja apa sekarang kamu sedang memiliki masalah? Raut wajah mu tidak baik, bukan, tetapi pikiranmu. Aku melihat kamu tengah merasa gelisah sekarang."
Degh!
Aiden terkejut dengan ucapan Hendrik. Bagaimana bisa orang itu mengetahui apa yang dia rasakan sekarang.
"Semenjak kembali ke sini, setiap malam aku bermimpi aneh. Hanya itu Hend. Mimpi itu belum pernah aku alami sebelumnya. Tapi semenjak kembali ke sini, mimpi itu berulang. Dan sama persis."
Hmmmm
TBC
eh kok ada Brisia disini, Brisia apa Gryas kak? hehe
Arlo masih cadek jadi makin gemesin